Sorry, we couldn't find any article matching ''
Pisah Ranjang, Nambahin Masalah atau Menyelesaikan Masalah?
Punya konflik dengan pasangan, tentu sah-sah saja. Tapi bagaimana jika kondisinya sampai membuat pisah ranjang? Menyelesaikan masalah, atau malah membuat konflik kian runyam?
Belum lama ini salah satu temen saya curhat kalau dirinya sudah bertengkar dengan suaminya satu bulan. Saling nggak tegur sapa, saling nggak peduli, bahkan mereka sudah memutuskan untuk pisah ranjang. Si suami dibiarkan tidur terpisah di kamar tamu.
Sebagai teman, terus terang saja saya nggak mau terlalu ikut campur. Biar gimana kan itu urusan 'dapur' mereka. Apalagi jadi 'kompor' masalah rumah tangga teman yang saya nggak tahu secara mendetail persoalan yang mereka hadapi. Kalau pun tahu, ya, hanya sebatas dari kaca mata teman saya. Tidak dengan suaminya.
Ngomongin masalah pisah ranjang ini, saya kok lantas ingat dengan petuah dari mama saya, ya. Beliau bilang, apapun kondisinya, kalau memang lagi bertengkar sebaiknya nggak perlu pakai pisah ranjang segala. Pamali, katanya. Masih menurut mama saya, kondisi pisah ranjang sebenarnya tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah. Namun sebaliknya, cuma bikin runyam!
Eh iya, saya kok jad ingat dengan pemberitaan yang terkait dengan Melania dan Donald Trump, ya. Menurut sumber yang dikutip dari US Weekly, meskipun masih tinggal satu atap, ternyata mereka berdua kerap ‘hidup’ terpisah, termasuk soal pisah ranjang.
Ya kalau dipikir-pikir, lumrah saja sih, ya, kalau memang ada pasangan suami istri yang memutuskan untuk tidur terpisah setelah bertengkar. Dari pada gondok dan bawaannya mau nyakar muka suami, ya, nggak apa-apa juga sih, kalau mau tidur terpisah. Hahahaa…. iya nggak, sih? Tapi memang dengan catatan hanya untuk sementara waktu, bukan untuk dilakukan berhari-hari hingga bulanan.
Hal ini juga yang ditegaskan Nadya Pramesrani, M. Psi.,Psikolog. Waktu saya bertanya soal pisah ranjang, Co-Founder Rumah Dandelion mengatakan, “Sebenarnya nggak ada masalah dengan pisah ranjang, kok. Selama memang tujuan pisah ranjangnya itu untuk menenangkan diri. Masalahnya saat ini banyak yang menggunakan alasan pisah ranjang untuk menenangkan diri lebih dulu, tapi pada kenyataannya untuk ’kabur’ dari masalah. Jadi kapan masalah yang dihadapi mau selesainya, dong?”.
Nadya melanjutkan, pada akhirnya kondisi ini justru akan menimbulkan masalah baru lagi, di mana salah satu pihak malah akan saling menyalahkan. “Kalau memang kondisinya lagi emosi, dari pada sekamar malah gontok-gontokan, memang nggak apa untuk pisah ranjang lebih dulu. Misalnya suami tidur di luar dulu, ya nggak apa. Tapi kalau sudah tenang, ya harus balik lagi.”
Yah, namanya juga pernikahan, ya, mana ada yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo. Malah katanya, selama masih bisa berkonflik dan dapat menyelesaikan degan baik tanda pernikahan yang sehat, kok.
“Kalau memang harus berkonflik, ya nggak apa. Tapi fight fair-kan. Hal ini juga bisa mengajarkan ke anak, we fight but we make up, begitu juga dengan pasangan. Mind set-nya yang diubah, memutuskan pisah ranjang karena nggak akan berantem lagi dengan pasangan. Bukan seperti itu. Pisah ranjang nggak membuat masalah selesai tapi karena memang nggak mau diselesaikan.”
Baca juga : Problem Suami Isteri yang Bekerja
Lagi pula, nih, menurut saya mengingat kehidupan seksual dan keintiman ‘dibangun’ di tempat tidur, kalau kelamaaan pisah ranjang momen keintiman tentu saja bisa jadi hilang. Satu lagi, nih, frekwensi komunikasi juga bakal berkurang. Padahal kalau suami istri sama-sama kerja macam saya, saat malam hari leyeh-leyeh di kasur sambil ngobrol itu yang paling enak. Ya, istilahnya semacam pillow talk gitu, deh.
Jadi bagaimana menurut mommies, pisah ranjang ini menyelesaikan masalah atau makin bikin nambahin masalah aja?
Baca juga : Mengelola Konflik Keluarga dengan Cara Menyenangkan
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS