banner-detik
PARENTING & KIDS

Sejauh Mana, Sih, Boleh Membantu Anak Mengerjakan PR Anak?

author

adiesty23 Mar 2017

Sejauh Mana, Sih, Boleh Membantu Anak Mengerjakan PR Anak?

Meskipun sekolah anak saya bukan tipe sekolah yang senang mejejali muridnya dengan setumpuk PR, tetap saja sesekali Bumi dapat PR. Urusan membantu anak mengerjakan PR, saya memang punya aturan sendiri.

"Ibu, aku dapat PR, nih, dari Miss... Ada dua halaman yang harus aku kerjain. Nanti kalau ibu sudah pulang, bantuin kerjain PR, ya."

Kalau dapat PR dari wali kelasnya, biasanya akan jadi salah satu obrolan ketika saya menelepon Bumi ke rumah.  Kalimatnya, ya, seperti ini. Sebenarnya, sekolah anak saya, bukan tipe sekolah yang sering memberikan PR. Anak-anak lebih sering dapat Home project yang sering berkaitan dengan hasil observasi lingkungan. Tapi bukan berarti nggak ada PR sama sekali, kok. Kalau ada siswa yang dinilai ketinggalan pelajaran lantaran sakit, biasanya anak dapat PR untuk mengejar materi yang tertinggal.

Mungkin tidak sedikit dari Mommies yang ikut dibikin stress karena tugas PR anak yang bejibun. Untuk meringankan tugas anak, orangtua juga banyak turun tangan membantu mengerjakan PR. Membantu tentu saja boleh. Tapi kalau menurut saya, sih, tetap saja ada batasnya.

Sejauh Mana, Sih, Boleh Membantu Anak Mengerjakan PR Anak? - Mommies Daily

Ekspektasi jangan terlalu tinggi.

Pertama kali membantu Bumi mengerjakan PR, saya suka dibikin geregetan. Mulai dari sikap Bumi yang terlalu santai, terlihat ogah-ogahan saat mengerjakan tugas, sampai dengan hasilnya yang kadang saya nilai kurang maksimal. Hahahaa... Iya, ekspektasi memang ketinggian. Dulu pernah, ketika Bumi mengerjakan PR latihan menulis huruf dan hasil tulisannya acak-acakan, saya sudah gatal mau hapus dan meminta Bumi mengerjakan lebih baik lagi. Untungnya, otak waras saya langsung mengingatkan, kalau PR itu kan bagian dari latihan anak. Artinya, hasilnya juga boleh saja nggak sempurna, kok. Kadang, karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi malah memancing kita lebih emosi.

Cari informasi lewat wali kelas atau sesama orangtua murid.

Memang, ya, komunikasi itu memang paling itu. Hal ini berlaku dalam segala aspek. Hubungan dengan kantor, hubungan dengan pasangan, termasuk hubungan dengan pihak sekolah. Beruntung, komunikasi dengan wali kelas ataupun sesama orangtua murid bisa terjalin cukup baik dengan adanya grup. Selain itu, komunikasi juga bisa dijalankan lewat buku komunikasi. Dengan begitu, saya bisa mengetahui secara detail, materi apa saja yang dirasa memang belum dikuasai Bumi sehingga perlu dilakukan pendalaman. Kalau komunikasi sudah berjalan, saya juga bisa tahu perkembangan Bumi. Jangan-jangan anaknya punya problem dalam belajar, susah konsentrasi atau bermasalah dengan teman-temannya.

PR kamu... Tanggung jawab kamu...

Setuju, dong, ya, kalau saya bilang sejak dini anak perlu diajarkan untuk bertanggung jawab. Makanya saya selalu menekankan ke Bumi, anak saya bahwa mengerjakan PR bagian dari tanggung jawabnya sehingga harus dikerjakan sendiri. Kalau memang nggak diselesaikan, artinya ada konsekuensi yang mesti dirasakan. Tapi tentu saja kesepakatan ini perlu didiskusikan sejak awal. Misalnya, nih, kalau nggak mau mengerjakan PR jatah nonton TV akan hilang, atau harus menunda waktu bermainnya.

Cukup jadi pengawas.

PR anak artinya, ya, pekerjaan rumah anak. Jangan sampai saya yang mengambil alih tugas mereka. Kalau saya yang mengerjakan, sama saja saya ikut andil membuat anak malas. Nggak mau berusaha mencari tahu jawabannya. Kalau sudah benar-benar merasa kesulitan, baru deh ikut campur. Itu pun sambil memberikan contoh lain sebagai latihan, sehingga anak punya gambaran dan mengerti bagaimana meneruskan PR-nya sendiri. Setelah selesai, baru dikoreksi bersama.

Berikan pujian, tapi jangan berlebihan.

Siapa juga yang nggak suka dipuji, apalagi pujiannya datang dari hati. Anak juga pasti akan senang kalau orangtuanya bisa kasih pujian kalau memang sudah bisa melakukan proses yang baik. Segala usaha yang sudah dilakukan oleh anak. Apalagi kalau anak memang melakukannya dengan baik, nggak banyak ngeluh, dan berusaha keras untuk mencari jawaban yang tepat. Kalau anak memang malas-malasan, ya, nggak perlu dipuji.

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan