Sorry, we couldn't find any article matching ''
Serba Serbi Inseminasi
Lama menanti kehadiran anak ke-2, saya kok, jadi kepikiran mencoba melakukan program inseminasi, ya. Sebelum melakukannya saya pun mencari informasi lebih dulu mengenai inseminasi pada dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG, Msc dari Rumah Sakit Pondok Indah.
Di antara mommies ada yang pernah melakukan program inseminasi? Berhasil atau nggak? Saya sendiri belum tahu persis mengenai tingkat keberhasilan program hamil lewat inseminasi. Yang jelas, kakak pertama saya, dulu sempat melakukannya untuk mendapatkan anak kedua. Sayangnya setelah ikut program inseminasi dua kali, kakak saya belum kunjung hamil juga.
Mungkin karena kakak saya perlu melakukan program inseminasi lanjutan, atau bisa juga karena memang belum rezekinya. Entahlah... Yang jelas beberapa waktu lalu saya punya kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai inseminasi lewat acara diskusi media bersama RS.Pondok Indah.
Ternyata peluang untuk mendapatkan anak lewat inseminasi memang lebih kecil ketimbang lewat bayi tabung. Menurut dr. Yassin inseminasi memiliki tingkat keberhasilan 10 % per siklus. Sementara itu, kalau lewat program bayi tabung tingkat keberhasilannya lebih tinggi, sampai 40%. Tapi, dr. Yassin menambahkan kalau sebenarnya tingkat keberhasilan inseminasi akan meningkat hingga 20 % kalau didukung dengan pengobatan dan suntikan hormon.
Baca juga : Berhasil Menjadi Ibu Berkat Bayi Tabung
Selain itu, semakin sering prosedur program inseminasi dilakukan, tingkat keberhasilan juga akan semakin tinggi. “Kalau dlakukan hingga 6 kali secara berturut-turut, keberhasilan hamil bisa mencapai 39-60 persen,” ujar dr. Yassin. Kalau boleh saya menyimpulkan, kalau mau melakukan program inseminasi, ya, jangan nanggung-nanggung.
Dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG, Msc juga menjelaskan bahwa metode inseminasi merupakan sebuah teknologi yang bisa dilakukan untuk program kehamilan dengan cara menyemprotkan sperma yang sudah diseleksi ke dalam rongga rahim. Pada inseminasi, proses pertemuan antara sperma dan sel telur tetap terjadi di dalam tubuh ibu.
Sperma yang dimasukan tentu saja sperma yang sebelumnya sudah dipilih, sehingga kualitasnya pun yang terbaik.“Karena sebelum proses inseminasi, sperma suami akan melalui proses wash lebih dulu,” ucapnya.
Pada dasarnya semua pasangan bisa melakukan proses imseminasi, namun dr. Yassin menjelaskan kalau memang sebaiknya sudah dilakukan ketika usia perempuan di bawah 35 tahun. Hal ini dikarenakan kualitas sel telurnya yang masih bagus, “Selain itu perlu dipastikan lebih dulu kalau tidak ada sumbatan pada ovarium serta memiliki cadangan telur yang tinggi. Sedangkan untuk suami, gangguan pada sperma tidak boleh berlebihan," papar dr. Yassin.
Baca juga : Mengapa Perempuan Usia Di Atas 35 Tahun Lebih Susah Hamil
Duh, mendengar penjelasan dr. Yassin ini saya kok, jadi ‘tertampar’ ya. Merasa agak terlambat untuk melakukan program kehamilan. Lah wong, usia saya sudah 36 tahun. Tapi saya dan suami masih percaya, kok, nggak ada yang nggak mungkin. Setidaknya saya sudah usaha lebih dulu, termasuk melakukan cek HSG.
Untuk membantu pasangan yang sedang resah, dan gundah gulana menanti kehadiran anak semacam saya ini, dr. Yassin merekomendasikan untuk melakukan bantuan inseminasi intrauterin untuk mempermudah pembuahan.
Ada beberapa kondisi yang pasutri yang membutuhkan inseminasi. Misalnya unexpected infertility, sebuah kondisi di mana kondisi sperma dan sel telur tidak mengalami masalah, dan tidak diketahui pula apa penyebab pasangan tidak kunjung hamil.Termasuk kasus endometriosis yang ringan.
Untuk biaya, ternyata proses inseminasi ini tentu aja berbeda dengan bayi tabung. Di mana biaya inseminasi lebih tersangka, sekitar Rp 3,5 juta, biaya ini pun sudah mencangkup proses sperm washing dan suntik rongga rahim. Namun memang belum termasuk obat-obatan, termasuk terapi hormon yang bisa diperlukan.
Jadi gimana, bersabar dulu lagi... atau lebih baik langsung inseminasi saja, nih? *berpikir keras*
Baca juga : Program Bayi Tabung Tidaak Selalu Mahal
Share Article
COMMENTS