Sorry, we couldn't find any article matching ''
Ma, Kenapa Sih Kita Harus Menolong Orang Lain?
Saat si kecil memberikan pertanyaan seperti judul tulisan saya di atas, saya lumayan bingung sih. Harus jawab apaaaaaaa cobaaaaaa......
Selain cuci mata melihat postingan-postingan yang bikin 'ngiler' di Instagram, salah satu bentuk me time saya paling gampang, tentu saja baca buku atau nonton DVD or film di bioskop. Hitung-hitung me time supaya tetap waras :D. Kenapa saya suka banget membaca atau menonton film? Karena saya percaya banget kalau sebuah film selalu memilikiinsight menarik buat saya, contohnya seperti beberapa film keluarga yang bikin hubungan dengan suami jadi kian mesra.
Ada satu film yang ngenaaaaaa banget buat saya. Film tentang kehidupan seorang anak berumur 8 tahun yang berpikir untuk melakukan kebaikan bagi orang di sekitarnya. Jika kebaikan dan pertolongan yang ia lakukan untuk orang lain diteruskan kembali, tentu dunia ini akan diisi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Judul filmnya adalah Pay It Forward.
Sudah nonton belum? Kalau belum, langsung tonton, deh. Saya sendiri belum kesampaian nonton bersama Bumi. Tapi saya ingin banget mengajak Bumi nonton ini karena saya ngerasa dari film ini Bumi bisa belajar betapa pentingnya menebar kebaikan dan memberikan pertolongan untuk orang lain. Melihat situasi seperti sekarang ini, banyak masyarakat yang kehilangan empati dan merasa dirinya paling benar dan tahu segala-galanya seperti Tuhan, saya, sih, cukup ngeri.
Baca juga : 4 Cara Mengajarkan Anak Untuk Bisa Berempati
Baca juga : Para Orangtua Juga Perlu Belajar Tentang Empati
Suatu ketika Bumi juga pernah tanya ke saya, kenapa sih, Bu kita harus menolong orang lain? Sebuah pertanyaan sederhana, tapi buat saya perlu ekstra hati-hati ketika menjawabnya. Ketika itu saya pun akhirnya memberikan beberapa jawaban.
Pada dasarnya kita, manusia adalah mahluk sosial
Waktu itu saya menjawab dengan pertanyaan, “Mas Bumi kebayang nggak kalau hidup di dunia ini sendirian? Nggak sama ibu, bapak, enin, aki, embah, bude, dan saudara-saudara yang lain? Kira-kira bisa nggak?”. Setelah anak saya menggeleng, saya pun mencoba menerangkan kalau pada dasarnya manusia memang mahluk sosial, dan susah sekali untuk hidup sendirian. Dengan saling tolong menolong, tentu kita bisa menjalani semuanya lebih mudah. “Misalnya, nih, ketika Mas Bumi jatuh dan luka, rasanya akan lebih senang kalau ada orang yang bisa bantu bukan?”
Karena kita tidak akan pernah tahu kapan giliran kita yang membutuhkan bantuan
Jawaban lain yang saya berikan merujuk dari satu buku cerita favorit Bumi yang mengisahkan soal tikus dan harimau. Buku ini menggambarkan keajaiban tolong menolong dan empati di mana awalnya si harimau sang raja hutan yang mau memangsa tikus membatalkan niatnya, tidak lama kemudian ketika harimau terperangkap oleh jaring pemburu, si tikus dengan sigap membantu dengan mengerat jaring sehingga harimau bisa bebas.
Kalau kita menolong orang lain, maka kita sebenarnya sedang membantu diri sendiri.
Saya paham sekali waktu memberikan jawaban ini, Bumi mungkin tidak bisa langsung mencernanya. Benar saja, ketika itu Bumi pun langsung tanya kembali, “Maksudnya apa, bu?”. Saya mencoba menerangkan bahwa dengan menolong atau melakukan sesuatu hal baik buat orang lain, biasanya akan timbul rasa bangga dan bahagia. “Coba ingat, deh, kalau Mas Bumi bisa membantu ibu melakukan sesuatu, rasanya gimana? Senang kan? Nah, jadi kalau memang menolong orang lain, kita bisa bangga dengan diri kita sendiri”.
Mengingatkan prinsip lebih baik tangan di atas dari pada di bawah.
Poin yang nggak kalah penting untuk terus mengingatkan prinsip yang satu ini. Sejak kecil saya memang sudah mengenalkan Bumi mengenai hal ini. Iya, saya nggak mau kalau anak saya tumbuh menjadi sosok yang celamitan. Biar bagaimanapun, memberi akan jauh lebih baik dari pada menerima.
Begitu saya bertanya ke Mbak Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si, ia pun memberikan gambaran serupa dengan apa yang sudah saya lakukan. Ia pun menambahkan, “Tapi ingatkan anak juga, kalau saat menolong kita juga perlu ikhlas. Jadi nggak perlu menunggu dan berharap akan dapat balasannya.”
Wah, ini sih saya setuju banget!
Oh, ya, kalau mommies punya cara berbeda bagaimana menerangkan dan mengajarkan ke anak pentingnya tolong menolong, tolong share ke saya juga, dong!
Share Article
COMMENTS