banner-detik
PARENTING & KIDS

7 Alasan Jangan Sampai Kita Golput

author

?author?31 Jan 2017

7 Alasan Jangan Sampai Kita Golput

Sudah bukan zamannya golput, banyak pelajaran berharga kalau kita melek politik. Setidaknya ini 7 alasan saya nggak mau golput.

Tahu dong ya, beberapa bulan belakangan ini media televisi, dan social media ramai dengan pemberitaan Cagub dan Cawagub DKI 2017. Sanking ramainya dan malah sempat memanas, nggak jarang antar kubu “perang” melalui berbagai postingan di social media. Dan yang nggak kalah seru, membaca komentar dari pihak lawan, maupun yang menganggap satu suara dengan seseorang yang sedang nge-share berita tersebut. Baik itu perempuan, laki-laki, tua, muda, pokoknya lengkap!

Ini kabar baik buat saya pribadi, karena banyak yang melek politik dan minimal pasti mereka mikir dong, buat ngetik komentar yang dimaksud? Atauuu, lebih jauh lagi mereka, pasti sudah condong dengan salah satu kandidat jagoan, alias nggak golput.

7 Alasan Jangan Sampai Kita Golput - Mommies DailyImage: www.mytoba.ca

Saya malah miris kalau ada teman yang  menyatakan nggak mau milih, alias “golput”, saya sendiri? Nggak dong, tetap milih, walau saya akui harus kerja ekstra keras, untuk mencari tahu sepak terjang bakal calon gubernur  dan wakil gubernur Banten untuk 5 tahun mendatang :D Terus ngapain capek-capek korek informasi sana-sini tentang jagoan pemimpin kita, dan berusaha untuk nggak golput?

Menjadi bagian dari sejarah

Pemilihan gubernur, wakil gubernur atau presiden adalah bagian dari sejarah besar Indonesia. Pertanyaannya sekarang, sejarah yang seperti apa yang mau kita wariskan kepada anak, cucu nanti? Apakah kita mau jadi bagian presentase angka golput di kemudian hari yang akan tercatat di berbagai media? Nggak mommies, saya nggak mau kayak gitu. Nantinya, mommies bisa bangga cerita ke si kecil, kalau dari sekian juta jumlah pemilih , ibu dan ayah adalah salah satunya. Intinya mengambil peran, nggak hanya duduk berpangku tangan, dan seenaknya melancarakan kritik sana-sini, padahal milih aja nggak.

Apatis sama sekali nggak menyelesaikan masalah

Sejujurnya walau saya masih suka sebal dengan peraturan birokrasi di tempat daerah saya tinggal, Tangerang Selatan. Saya masih punya harapan, kalau Tangsel dan wilayah lainnya di Indonesia punya sistem birokrasi yang 100% memihak rakyat, sampai ke pelosok negeri. Birokrasi cuma contoh kecil dari sekian banyak permasalahan negeri ini yang perlu dibenahi. Walau nggak bisa dipungkiri sikap apatis bisa muncul karena makin rendahnya tingkat kepercayaan terhadap para elite politik yang (sebagian) dari mereka makin “gemar” korupsi.  Singktanya, integritas mereka diragukan, betul? Tapi sayangnya, kalau mommies memutuskan nggak memberikan hak suara mommies kepada siapapun, nggak akan bisa mengubah keadaan di atas yang sudah seperti lingkaran setan. Nggak tertutup kemungkinan lho, bakalan lebih parah. Pilih yang menurut mommies bisa kasih perubahan untuk kepentingan rakyat.

Supaya bisa mengajarkan anak tentang banyak hal

Kalau anak-anak mommies sudah seusia SD, seperti teman-teman saya di kantor, mereka bisa belajar bahwa politik itu juga mengajarkan banyak hal. Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, mencontohkan dalam artikel Pilkada 2017, Saat yang tepat Mengajarkan Anak Tentang Banyak Hal. Di antaranya, punya pilihan itu adalah keistimewaan, pilihan calonnya sudah ada, tinggal pintar-pintar milih. Ditambah Indonesia dikenal dengan negara dengan tingkat demokrasi yang cukup tinggi. Selain itu, si kecil juga bisa menghargai keragaman yang ada di sekelilingnya. Berbeda suku, ras, agama, dan golongan itu biasa aja kok. Karena kan kita satu atap di bawah “Republik Indonesia”. Dan poin yang paling yang suka dari artikel itu adalah anak jadi tahu etika diskusi, berdebat dan menyampaikan pendapat. Hal ini bisa mommies ajarkan langsung, dengan menonton debat pasangan masing-masing calon. Menyampaikan kritik dan pendapat boleh aja kok, asalkan fokus ke permasalahannya, nggak usah tuh, pakai bawa-bawa pribadinya segala. Nilai “memanusiakan manusia” tetap harus dikedepankan.

Menggunakan hak pilih

Kita nggak bisa memungkiri, ada aja pihak yang mengambil kesempatan di tengah kesempitan. Seperti menyalahkan gunakan hak suara orang lain yang tidak gunakan untuk kepentingan sepihak. Nah, buat meminimalisir hal tersebut, menggunakan hak kita sebagai pemillih adalah jawaban yang paling logis. Tempat pemilihan suara juga nggak jauh kok dari rumah, tinggal berjalan kaki, coblos, lalu selesai. Mommies sudah menggunakan hak pilih sebagai warga negara yang baik. Oh iya, habis itu jangan lupa selfie terus posting ya, di social media :D

Jadi membiasakan diri baca, riset dan croscek

Mengingat bakal calon punya background yang berbeda-beda, wajib hukumnya untuk membaca dari berbagai sumber yang terpercaya tentang kualitas kerja mereka. Nggak hanya itu, tapi juga dari segi integritasnya. Inilah salah satu alasan saya, memilih untuk memilih. Saya jadi terpacu membiasakan diri membaca, riset dan kroscek tentang bakal calon pemimpin daerah. Di tengah pencarian tadi, bukan ngggak mungkin, lho, ada temuan-temuan menarik dan inspiratif. Misalnya, wah si “A”, ternyata memulai kariernya dari “0”, ya. Atau bisa mengambil nilai-nilai kepemimpinan mereka, untuk diterapkan di dunia pekerjaan.

Kaya akan cerita buat si kecil nanti

Pada masanya, si kecil akan belajar tentang sejarah, bagaimana sistem kepemerintahan di negeri ini, bagaimana Indonesia kaya dengan ragam budaya, agama, ras, dan bahasa. Dari contoh kecil pesta rakyat pemilihan gubernur misalnya, mommies bisa banget menggali banyak cerita. Contohnya kalau Indonesia, termasuk ke dalam 6 negara demokrasi terbesar di dunia, dan itu di urutan ke-3, lho. Bahwa pendidikan itu bisa membuat seseorang menduduki posisi penting dan berguna buat orang banyak. Bahwa sekecil apapun peran kita, sangat memungkinkan untuk membawa perubahan yang lebih baik untuk domisili kita tinggal. Coba bayangkan kalau golput? Mencari tahu saja nggak, bagaimana nanti mau punya cerita menarik untuk anak tentang demokrasi dari perspektif yang menarik? Berperan sebagai ibu, dan istri IMHO harus “doyan” melahap informasi apapun. Nggak mau kan, mati gaya saat mendapatkan pertanyaan-pertanyaan ajaib dari si kecil?

Memastikan terpillihnya pemimpin yang kredibel

Kita ambil contoh negara adi daya Amerika Serikat, sedari awal banyak pihak yang takut kalau Donald Trumph akan naik, karena pendapat-pendapat dia yang sentimen atas agama tertentu. Tapi nyatanya? 20 Januari 2017 lalu, Donald Trump resmi dilantik menjadi Presiden USA ke-45. Banyak pihak kaget, tapi nyatanya ini fakta yang harus diterima. Well, itu bisa aja terjadi dimana saja kan berarti? Termasuk Indonesia,  Jakarta dan kota lainnya. Setiap suara dari kita menyumbang penentuan, pemimpin macam apa yang akan “meladeni” rakyatnya.

Sudah siap menggunakan hak pilih mommies?

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan