Sorry, we couldn't find any article matching ''
Sejarah Tentang MSG yang Menarik untuk Diketahui
Makan MSG itu bikin bodoh! Masa, sih? Telurui dulu yuk, bagaimana MSG itu ditemukan dan sejumlah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak MSG terhadap kesehatan manusia.
Masih sering nggak sih, kita dengar ucapan semacam tadi di lingkungan masing-masing? Kayaknya tuh, MSG tersangka utama penyebab kebodohan *___*, kasihan banget nasib si MSG ini, hahaha. Tapi apa iya MSG segitu berbahaya untuk tubuh?
Menurut FDA (US Food & DRUG Administration), MSG atau Monosodium Glutamate adalah gabungan daru garam natrium dan asam amino glutamat. Dan sebetulnya asam amino glutamat secara alami ada di dalam tubuh dan makanan, seperti daging, susu, dan keju.
MSG pertama kali di produksi massal di Jepang, pada tahun 1909, dengan merk dagang Ajinomoto, mommies pasti familiar kan? MSG di Jepang pertama kali muncul karena penelitian yang dilakukan oleh Kikunae Ikeda, sumber penelitian ia saat itu adalah rumpul laut berjenis Kombu. Dari objek tersebut Ikeda berhasil mengisolasi Glutamat dari Kombu, Glutamat dalam bahasa Jepang disebut Umami.
Seiring berkembangnya zaman, MSG juga dimasukkan sebagai penyedap makanan dalam berupa aneka camilan keripik dari kentang, makanan cepat saja berbahan dasar ayam. Tapi sebetulnya kandungan MSG ini juga bisa ditemukan secara alami di kentang, tomat, kacang polong, jamur, anggur dan beberapa jenis keju.
Setelah beberapa dekade, ditemukan terjadi kesalahpahaman tentang MSG, dimulai pada 1968. Adalah Dr. Kwok menulis surat ke New England Journal of Medicine tentang dirinya yang kemungkinan terkena “Chinese Restaurant Syndrome” setiap kali makan di restoran Cina, di Amerika Serikat.
Ketika berita ini sempat besar pada masanya, secara bersamaan juga dilakukan sejumlah penelitian ilmiah, untuk mengetahui, apakah ada korelasinya antara MSG dengan “Chinese Restaurant Syndrome” yang dialami oleh Dr. Kwok.
Laporan serupa banyak diterima oleh FDA. Akhirnya pada tahun 1990-an FDA meminta Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB) untuk mengkaji apakah MSG berbahaya untuk tubuh? Di tahun yang sama, FASEB’s mengeluarkan laporan yang menyatakan MSG aman dikonsumi. Ditemukan dalam laporan dari hasil penelitian, FASEB berhasil mengidentifikasi beberapa dampak jangka pendek berupa dan ringan seperti sakit kepala, kesemutan, jantung berdedar dan kantuk dan itu terjadi pada beberapa orang yang sensitif.
Dampak negatif jangka pendek tadi dengan catatan baru aku muncul seseorang makan minimal 3 gram MSG murni, artinya tidak dimasukkan dalam makanan dan makan dalam keadaan perut kosong. Secara logika, situasi ini jarang terjadi kan, ya, mommies. Karena umumnya MSG akan dicampur dalam masakan atau makanan. Batas ambang, yang disarankan oleh FDA adalah 0,5 gram atau sepertiga sendok teh per harinya.
Ketika membaca hasil penelitian di atas, saya jadi ingat kalau ternyata saya termasuk orang yang sensitif dan toleransi rendah dengan MSG dan rasa asin yang terlalu menyengat. Setelah saya tarik mundur, dari dulu Mama saya bukan pengguna MSG dan sedikit mungkin menggunakan garam.
Kesimpulan awam saya, mengonsumsi apapun, sebaiknya memang sewajarnya saja. Kan, semuanya harus seimbang, ya nggak, mommies? Kalau soal anggapan makan MSG itu bikin bodoh, bukan karena MSG-nya kali ya, tapi orangnya aja yang malas belajar sesuatu yang baru atau memperbaiki kesalahannya :D
Sumber:
Share Article
COMMENTS