banner-detik
SPONSORED POST

Cegah Pertumbuhan Sandwich Generation dengan Perencanaan Keuangan yang Matang

author

adiesty18 Jan 2017

Cegah Pertumbuhan Sandwich Generation dengan Perencanaan Keuangan yang Matang

Berada dalam Sandwich Generation tentu tidak mudah. Bagaimana tidak, ketika harus memenuhi kebutuhan anak dan keluarga inti, kita pun perlu membiayai orang tua. Padahal, dengan perencanaan keuangan yang matang, Sandwich Generation bisa dicegah.

Cegah Pertumbuhan Sandwich Generation mommiesdaily

Siapa di antara Mommies yang masih saja menganggap anak sebagai investasi orangtua? Terus terang saja, kalau saya pribadi tidak sependapat dengan hal ini. Begini, lho… kalau belum apa-apa kita sudah berpikir anak merupakan bentuk investasi di masa depan, kok, sebagai orangtua kita terlihat jadi melihat untung rugi dalam membesarkan anak, ya?

Sebagai orangtua, siapa sih, yang nggak mau anaknya mampu memberikan kasih sayang yang tulus tanpa embel-embel balas budi? Saya pun menginginkan hal yang sama.Walaupun begitu, bukan berarti ketika saya sudah menua jadi menggantungkan hidup pada anak-anak. Ketika kulit sudah mulai berkeriput, ketika warna rambut kian memutih saya dan suami punya keinginan yang sama, agar masa tua kami tidak banyak merepotkan anak-anak, khususnya urusan finansial.

Iya, saya tidak ingin anak-anak saya menjadi Sandwich Generation. Sandwich Generation merupakan analogi yang sering digunakan untuk menggambarkan generasi yang terjepit antara harus memenuhi segala kebutuhan anak yang terus membengkak dan segala kebutuhan orangtuanya.

Beberapa waktu lalu, Mommies Daily sempat mengadakan talkshow  bersama DBS Bank dengan tema Guide to Living an Awesome & Smart Life with DBS: “Menjalani Peran Sebagai Sandwich Generation, Apa Saja yang Perlu Kita Ketahui?”

Cegah Pertumbuhan Sandwich Generation

Lewat acara ini, saya semakin diyakinkan kembali bahwa salah satu kunci agar bisa memutus Sandwich Generation adalah dengan perencanaan keuangan yang matang.  Di awal acara, Novita J. Rumngangun, Chief Marketing Officer Manulife Indonesia, membuka pemaparan dengan fakta bahwa usia produktif di Indonesia saat ini lebih dari 70%.

“Katakanlah saat ini ada 120 juta penduduk yang memiliki income, tapi yang punya program pensiun hanya 3,3% saja.  Jadi hanya 3,3% yang sudah sadar pensiun dan menginginkan masa pensiunnya nggak akan merepotkan keluarga termasuk anak-anaknya ”

Nah, kebayang kan kalau sekarang pertumbuhan Sandwich Generation sudah makin pesat?

Jadi, pantas saja jika Novita mengatakan apabila kita tidak punya persiapan yang matang  sedini mungkin, maka kita harus siap untuk melarat berjamaah saat masa pensiun. “Karena ini realitanya Ketika masa pensiun dan usia sudah tidak produktif lagi, hidup tetap berjalan dong? Kalau tetep mau merasakan gaya hidup yang sama, tentunya perlu persiapan matang,” katanya lagi.

Begitu mendengarkan pemaparannya, saya seakan diingatkan kembali bahwa peran penting orangtua, bukan hanya memberikan pendidikan tinggi untuk  anak saja. Di mana, di bawah alam sadar hal ini bisa memunculkan pikiran, ‘Ah… nanti saat sudah tua, saat anak-anak sukses, mereka bisa taking care of me’.

Padahal, bukankan menjadikan anak sebagai investasi masa tua bukan hal yang tepat?! Toh, kita juga tidak pernah bisa menjamin bagaimana kondisi masa depan anak-anak kita bukan? Bagaimana kalau anak-anak kita memang terbebani  dan merasa terjepit dengan kondisi tersebut? Idealnya, kalau kita mencintai dan sayang pada anak-anak, sandwich generation ini perlu dihindari.

Sementara Nadya Pramesrani M.Psi. Psi, selaku psikolog dan founder Rumah Dandelion, mengatakan biasanya Sandwich Generation ini dimulai pada saat  seseorang memasuki tahapan middle adulthood. “Biasanya, sandwich generation ini dimulai ketika sudah memasuki usia 40 tahun,  asumsinya orangtua berarti sudah berusia 60 tahun,  di mana mereka sudah butuh bantuan. Support finansial dan emosional sudah perlu dibantu oleh anak-anaknya.”

Nadya melanjutkan, untuk anak-anak yang berada dalam Sandwich Generation, yang memasuki tahapan middle adulthood pun akan punya issue sendiri, “Kita juga sudah mulai merasakan perubahan fisik, sudah ada uban timbul keriput, makan banyak tapi keluarnya nggak banyak. Nah, ada banyak kondisi yang menunjukkan kalau kita sudah mulai tua, Hal ini tentu saja memengaruhi kondisi psikologis juga.”

Tidak mengherankan, ya, kalau Sandwich Generation ini posisinya sangat terjepit.  Sementara masih banyak hal yang harus kita urus, untuk diri sendiri dan anak, kebutuhan orangtua pun harus bisa dipenuhi dengan baik.

Fifi Alvianto mengakui kalau ia banyak belajar dari kedua orang tuanya, bahwa sebenarnya urusan investasi harus diperhatikan. Jangan sampai semua kendaraan investasi yang dipilih hanya berupa tanah dan rumah saja, di mana investasi ini memang sulit dicairkan ketika memang sedang membutuhkan.

Cegah Pertumbuhan Sandwich Generation mommiesdaily1

Agar hidup terasa lebih mudah, untuk itulah dibutuhkan beberapa langkah yag perlu disiapkan. “Solusinya paling mudah, harus ada  persiapan dari muda, mulai dari melakukan pola hidup sehat, melakukan  medical check-up dan yang paling penting financial planning,” ungkap Nadya lagi.

Novita menambahkan, financial planning yang dimaksud sebaiknya lebih dulu mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Mempersiapkan  apa saja, termasuk asuransi, dan tentu saja dana darurat. Kemudian, kenali tujuan yang kita inginkan pada saat pensiun nanti. Karena apa pun tujuannya, tentu bisa terwujud jika punya perencanaan keuangan yang baik.

Sitti Annisa Busro, National Sales Head Manulife Indonesia menambahkan salah satu solusinya adalah produk asuransi MiTreasure Ultimate Protection. Produk ini memberikan ketenangan pikiran atau worry-less.  Karena dari tahun pertama, 100% alokasi premi sudah berjalan. Kemudian terdapat manfaat loyalitas 1% dari nilai tunai, dibayarkan setiap 3 thn, mulai dari tahun ke-6 serta berbagai manfaat lainnya seperti fleksibilitas, penggantian penghasilan dan lain sebagainya.

Mario Sabato, Head of Customer Loyalty & Portofolio DBS Bank juga menjelaskan kalau di DBS Treasures,kita akan punya "Relationship Manager" yang bisa membantu mengenali profil Mommies sebagai investor. Nantinya,  RM akan membantu mengupas kendaraan investasi yang tepat.

Di DBS Treasures ini juga ada tim yang bertugas mengantisipasi keadaan pasar uang terbaru. Jadi Mommies bisa terus memantau dengan lebih mudah. Sebenarnya ada banyak keuntungan atau reward jika tergabung dalam  DBS Treasures, mulai dari adanya fasilitas Airport Assistance, termasuk layanan limousine di bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta dan Ir. Djuanda, Surabaya. Keuntungan lainnya, akan ada event dengan Asian Food Chanel, untuk menikmati makan malam yang eksklusif dengan chef terkenal. Asik, ya?

Sudah bisa dipastikan ya, kalau investasi memang tidak bisa tunda, makin cepat, makin baik. Karena hal ini sangat berhubungan dengan masa depan kita dan anak-anak. Setuju, dong?

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan