Mengajarkan anak untuk paham dan bisa memiliki integritas tentu saja perlu dilakukan sedini mungkin. Jangan sampai anak kita, sebagai penerus bangsa mengalami krisis integritas. Yuk, lakukan beberapa cara seperti yang di bawah ini.
Ngeri nggak, sih, melihat kondisi korupsi di Negara kita? Kalau saya, sih, ngeri. Korupsi ini bisa terjadi tentu saja karena banyak faktor. Selain faktor adanya peluang, menurut saya sih ada beberapa faktor lain yang nggak kalah penting. Salah satunya adalah soal krisis itegriras.
Kalau membaca KBBI, integritas ini bisa diartikan sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan atau kejujuran.
Intinya, sih, integritas merupakan suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, atau prinsip-prinsip mengenai berbagai hal yang dihasilkan. Kalau seseorang sudah paham dan mampu mengaplikasikannya akan integritas maka dirinya memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Nah, siapa yang tidak ingin punya anak dengan karakter seperti ini?
Belajar dari pengalaman pribadi, khususnya ilmu yang diajarkan oleh mama dan ayah saya, selain menjadi contoh yang konkrit sehingga dapat dilihat dan diikuti oleh anak, ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam rangka mengajarkan integritas.
Menanamkan keimanan pada anak.
Poin ini, kok, terasa ‘berat’, ya? Tapi memang hal inilah yang selalu ditanamkan oleh kedua orangtua saya. Tapi bukan berati saya meng-klaim kalau saya ini punya iman baik, ya. Maksudnya, sampai sekarang saya pun masih terus berproses. Tapi saya percaya, jika kita punya iman setidaknya sudah punya pondasi yang baik dan tahu batasan untuk melangkah. Kalau iman lemah, tentu akan lebihmudah mudah melakukan tindakan kejahatan, misalnya tidankan korupsi.
Menerapkan aturan yang jelas
Siapa yang menerapkan aturan di rumah? Misalnya, aturan kapan boleh bermain game, atau nonton TV, termasuk aturan di meja makan. Tanpa disadari dengan adanya aturan-aturan yang diterapkan di rumah, bisa mengajarkan anak nilai integritas, lho. Aturan yang saya maksud juga termasuk aturan dalam bermain.
Contohnya, ketika sedangan bermain petak umpet, main ulang tangga, bahkan aturan ketika mereka sedang bermain sepeda. Dengan aturan yang jelas, anak-anak bisa mulai belajar dan paham bagaimana melakukan permainan dengan cara yang sebenar-benarnya. Jangan sampai, deh, kita mengajarkan bagaimana caranya menipu atau melanggar peraturan hanya untuk memenangkan pertandingan atau permainan yang sedang dilakukan.
Pentingnya budaya antre
Suka kesel nggak melihat orang yang nggak bisa antre? Contohnya banyak kok, pemandangan seperti ini masih sering saya lihat di jalan atau saat antre mamasuki pintu tol. Saya paling geregetan kalau melihat mobil mentereng tapi nggak mampu antre. Mobil boleh bagus, tapi kok mental seperti itu?
Saya sih, percaya kalau mengajarkan anak budaya antre itu banyak manfaat, dan hal ini termasuk mengajarkan nilai integritas. Dari sini anak tidak hanya dilatih untuk bersabar, tapi juga bisa belajar untuk menjalani proses dalam mencapai tujuannya. Anak juga bisa belajar hukum sebab akibat, misalnya kalau anak datang terlambat maka harus bisa menerima risiko akan dapat antrian di belakang. Dengan belajar antre, anak juga bisa diajarkan untuk menghormati hak orang lain yang sudah datang lebih dulu. Jangan sampai anak terbiasa untuk melakukan serobot karena merasa diri penting. Bahaya banget kalau anak nggak punya rasa malu ketika ia menyerobot antrian.
Bercerita, baik dengan dongeng, membacakan buku cerita atau nonton pertunjukan.
Saya termasuk orangtua yang beruntung karena anak saya, Bumi punya ketertarikan dengan buku dan senang kalau saya ataupun suami mendongengkan sebuah cerita. Dari sini sini, kami bisa memilih cerita yang sarat anak nilai integritas.
Beberapa waktu lalu saya menyaksikan pertunjukan Teater Musikal Raksasa. Acara ini digagas KPK dalam rangka peringatan Hari Anti Korupsi se-dunia tahun 2016. Teater yang dikemas dengan pendekatan Seni Budaya, ini benar-benar keren. Saya sampai takjub sepanjang cerita. Nggak cuma ide ceritanya saja yang keren, tapi video maping dan musiknya juga layak dapat empat jempol! Kerennya lagi, pemeran dalam pentas tetrikal ini adalah sanak-anaka dan para remaja yang sebelumnya mengikuti workshop nilai integritas.
Pementasan teater ini terdiri dari 6 babak, di mana setiap babak selalu ada nilai integritas yang ingin disampaikan. Seperti bagaimana anak perlu berani, mandiri, disimplin dan bertanggung jawab. Cerita di mulai ketika anak-anak sekolah bersama gurunya melakukan perjalanan ke sebuah gunung. Perjalanan tersebut akhirnya membawa anak-anak memasuki dunia mimpi yang mengajarkan nilai integritas. Bahwa kekuasaan dan keserakahan tidak akan membuat hidup jadi damai dan bahagia. Bahwa hidup ini harus dijalankan dengan kejujuran.
Ada salah sau adegan yang cuku mengena buat saya, di mana ada seorang ibu, Ibu Mughi yang punya dua orang anak yang hidup dalam keterbatasan tapi selalu menjunjung tinggi arti kejujuran. Ketika ada salah satu anaknya yang mencuri tas salah satu anak siswa sekolah , dia pun meminta anaknya untuk segera mengembalikan. “Kita memang miskin, tapi kita bukan pencuri,” katanya.