Ditulis oleh: Rosalia Titi Wening
Ternyata dengan memiliki kesadaran finansial sejak dini, anak bisa belajar juga mengenai kejujuran, tidak konsumtif dan empati. Banyak kan manfaatnya!
Sejak Brillant berusia 5 tahun saya sudah mulai mengajarinya cara bertransaksi. Dari mulai hasil tabungannya yang kemudian ia gunakan untuk membeli Lego, kemudian saya membiarkan ia melakukan transaksi saat harus membayar ke kasir. Pelan-pelan ia mulai tahu berapa yang harus ia bayarkan dan berapa sisa atau uang kembaliannya.
Cara mengajari anak mengenal uang harus pintar-pintar ya Mom, sehingga mereka pun paham dan mengerti akan kesadaran finansial. Seperti yang dilakukan Prestasi Junior Indonesia (PJI) yang bekerja sama dengan HSBC mengadakan program literasi keuangan anak cerdas yang tahun ini memasuki tahun kedua.
Melalui aplikasi permainan edukatif di perangkat tablet atau digital learning, materi pembelajaran pada program anak cerdas ini dirancang sesuai dengan pola pikir dan usia anak. PJI dan HSBC merangkul level sekolah dasar dari mulai kelas 3-5. Materi diajarkannya pun berbeda-beda. Seperti untuk kelas 3, diajarkan pemahaman yang paling mendasar tentang perbedaan antara kebutuhan dan keingian. Untuk kelas 4, konsep pembelajaran dirancang untuk mampu mendorong anak mengenali lingkungan kemasyarakatannya. Dan kelas 5, belajar untuk mengenal dunia usaha secara langsung. Menarik ya Mom?
Saya jelaskan sedikit apa itu Program Literasi Keuangan Anak Cerdas ya Mom. Jadi, program ini yang mengarah atas pengenalan finansial pada anak yang menyertakan nilai-nilai budi pekerti luhur, seperti kejujuran, semangat bekerja penuh kesungguhan dalam mendapatkan penghasilan, bijak dalam mengelola pendapatan dan kebutuhan, menahan diri dari sifat konsumtif, hingga memiliki pemahaman fungsi finansial untuk kebutuhan sosial terhadap pembangunan karakter anak. Seperti yang dijelaskan di atas untuk anak 3-5 berbeda-beda untuk pemahamannya.
“Anak-anak di usia sekolah dasar masih berada di dalam proses pembentukan karakter. Program literasi keuangan yang menyertakan nilai-nilai budi pekerti merupakan salah satu pendekatan efektif yang dibutuhkan. Dalam kajian psikologi, literasi keuangan menyentuh aspek-aspek utama yang diperlukan untuk pembangunan karakter anak, seperti aspek atau domain fisik, kognitif, bahasa, emosi dan sosial,” terang Anna Surti Ariani, S. Psi., M.Si., Psikolog anak dan keluarga.
Lebih lanjut Mba Nina, begitu biasa ia disapa, menjelaskan bahwa tingkat literasi keuangan yang baik menjadikan individu mampu memahami perbedaan apa itu kebutuhan dan keinginan, memiliki komitmen tinggi untuk bekerja guna mendapatkan uang, cakap dalam perencanaan, bijak dalam membuat keputusan dan menjalankan eksekusinya, memiliki pengendalian emosi yang baik, tidak impulsif dan tidak konsumtif, memahami nilai-nilai yang tidak merugikan orang lain, hingga memiliki empati kepada lingkungannya.
Dalam kehidupan nyata anak menjadi tahu mengapa terjadinya korupsi karena sifat tamak, moral dan pengendalian diri yang lemah, penghasilan yang kurang mencukupi akibat ketidakmampuan perencanaan dan pengelolaan, munculnya gaya hidup konsumtif, dan sikap malas bekeja.
Untuk programnya itu sendiri telah dilaksanakan di 8 kota di Indonesia sejak 2015 lalu. Dan hingga kini pemahaman anak terhadap finansial sudah semakin meningkat hingga 80%, yang sebelumnya hanya di angka 40-60% setelah mengikuti program anak cerdas. Tentu saja ini menjadi prestasi PJI dan HSBC yang juga melibatkan 57 guru, 245 sukarelawan dan 1.883 siswa.
Ayo, ajari anak yang dimulai dengan kita memberinya contoh terlebih dahulu Mom!