Siapa yang setuju kalau saya bilang, hubungan dalam rumah tangga butuh apresiasi? Berikut beberapa cara yang terus saya pelajari dalam rangka memberikan apresiasi pada suami.
Kemarin, lagi asik-asiknya memantau Facebook, saya sempat melihat salah satu postingan ‘curhatan’ seorang teman. Dia menulis kalau selama ini sering merasa kesal kalau suaminya terlalu cuek. Apa yang sudah dia lakukan, seperti tidak pernah diberikan apresiasi.
Begitu baca, saya cuma bisa mesem-mesem sendiri aja. Ternyata, hari gini masih banyak banget ya, yang membuka permasalahan pribadinya di akun social media? Memang, sih, apa yang ditulis di akun social media, adalah hak si empunya. Tapi bukankah harusnya kita sadar, kalau social media itu ibarat ‘pasar’ dan tentunya bukan tempat yang tepat untuk jadi diary. Kalau saya, sih, mending curhat ke temen dekat saja. Kalau masalah ‘dapur’, ya, langsung bicarakan ke suami.
Eh, kok, jadi ngelantur ke mana-mana.
Balik lagi ke masalah cuhatan teman saya soal apresiasi suami. Memang, ya kalau dalam hubungan rumah tangga, apalagi buat pasangan yang angka usia pernikahannya sudah cukup banyak, sering kali melupakan apresiasi untuk pasangannya.
Menurut saya pribadi, apresiasi bisa diartikan sebagai bentuk penghargaan seseorang yang diberikan untuk kita. Bentuk apresiasi ini juga sebenarnya nggak hanya berupa hadiah berupa materi atau barang-barang fancy saja, kok. Sekedar ungkapan pujian saja sudah bisa dibilang sebagai bentuk apresiasi. Iya, sebagai individu rasanya memang selalu senang kalau dapat apresiasi. Jadi jangan dipikir anak kecil saja yang senang dapat pujian.
Saya jadi ingat, bagaimana saya bisa tersipu-sipu kalau suami memuji masakan saya. Padahal, menu yang saya buat juga sangat sederhana. Dengan mendapat apresiasi dari suami, saya pun jadi punya motivasi untuk bisa memasak lebih baik lagi. Iya, tanpa disadari apresiasi pasangan bisa menimbulkan rasa bahagia dan menumbuhkan intimacy.
Jadi ingat dengan apa yang dikatakan Mbak Nina Teguh selaku psikolog keluarga. Ia sering kali bilang, kalau dalam hubungan rumah tangga, membangun intimacy adalah sebuah keharusan. Bahkan katanya lagi, kalau perlu saat marah dengan pasangan saja perlu ada intimacy. Hahahaa…. Ini sih, susah banget buat dipraktikin. Kalau emosi sama suami, yang ada maunya ngegerundel terus, muka juga seringnya dilipat tujuh, hahaha.
Meskipun begitu, bukan berarti saya nggak berusaha untuk belajar memberikan apresiasi pada suami, lho, ya. Sejauh ini saya berusaha melakukan beberapa cara dibawah ini.
Senyum dan Tertawa
Terlihat sepele banget nggak, sih? Tapi menurut saya, sih, dengan senyum dan tertawa bersama-sama merupakan bentuk apresiasi yang sederhana yang bisa diperlihatkan pada pasangan. Setidaknya dengan senyum dan tawa bisa memperlihatkan kalau saya memang nyaman, dan selalu merasa lebih ‘hidup’ ketika bersamanya.
Aktif Mendengarkan
Ok, sebelumnya saya mau pengakuan dosa dulu. Soalnya ada kalanya saat ngobrol sama suami, mata saya masih saja bolak balik ke layar smartphone. Padahal, hal ini tentu saja menyebalkan. Oleh karena itu, saya ketika sedang ngobrol sama suami, saya pun berusaha menjauhkan smart phone. Dengan begitu saya pun bisa memberikan gesture yang menunjukan kalau saya memang mendengarkannya. Percaya, deh, cara ini bisa menumbuhkan perasaan lebih dihargai.
Tidak Menghakimi
Ah, pasangan mana sih yang nggak pernah cek cok? Adu mulut bahkan sampai diem-dieman dalam kurun waktu beberapa jam. Kalau saya, sih, pernah banget! Tapi syukurnya, suami saya selalu bisa memberikan respon yang baik kalau kami sedang cek cok. Setidaknya suami jarang sekali menyalahkan apalagi membuat saya tersudut. Dari sini saya pun semakin belajar bahwa penting bagi saya untuk mendengarkan pendapat pasangan lebih dulu sehingga ia pun bisa merasa dihargai.
Buat saya respon positif ini sangat diperlukan dalam hubungan rumah tangga. Kebayang, dong, bagaimana situasinya kalau pasangan kita memberikan respon negatif terus? Situasi seperti ini tentu bisa membuat hubungan jadi hambar. Dan saya rasa, cara terbaik membuat suami merasa diapresiasi adalah dengan tidak menghakiminya.
Umh, ada yang mau menambahkan kiat lainnya nggak?