Shaken Baby Syndrome, Kekerasan Pada Anak yang Bisa Menyebabkan Kematian

Health & Nutrition

adiesty・29 Nov 2016

detail-thumb

Menimang bayi tentu saja hal yang lumrah dilakukan. Toh, hal ini memang bentuk kasih sayang orangtua terhadap buah hatinya. Tapi, tahukah Mommies kalau menimang bayi ini ada aturannya? Jangan sampai bayi mengalami shaken baby syndrome yang berakibat fatal pada anak.

Saya sering banget geregetan kalau melihat ada orang yang menggendong bayinya dengan kasar. Maksudnya seperti diguncang-guncangkan, gitu, lho! Saya ingat, waktu zaman Bumi bayi ada salah satu anggota keluarga yang menggendongnya secara berlebihan. Memang, sih, waktu itu kondisinya Bumi sedang menangis. Tapi bukan berarti bisa menggendong dengan mengayunkan secara lebai, dong?

shanken baby syndrom_mommiesdaily

Soalnya, setahu saya mengendong bayi dengan cara seperti itu bisa berakibat fatal bagi bayi. Kalau istilah kedokterannya adalah shaken baby syndrome. Sebuah sindrom yang terjadi akibat guncangan kepala hebat yang bisa menyebabkan perdarahan retina dan perdarahan otak.

Meskipun saya sudah nggak punya anak bayi lagi, tapi saya tertarik untuk bertanya lebih jauh soal shaken baby syndrome pada dr. Meta Hanindita, Sp. A. Bukannya apa-apa, soalnya sampai sekarang saya masih sering melihat orang tua yang kurang paham soal ini.

Menurut dr. Meta, shaken baby syndrome bisa terjadi karena memang pada dasarnya bayi dan balita sangat rentan terhadap guncangan"Otot leher pada balita terutama bayi masih sangat lemah. Akan sangat sulit untuk mereka men-support kepala dan melindungi mereka dari gerakan keras. Selain itu otak bayi pun lebih rentan dari dewasa, gerakan atau guncangan dapat menyebabkan otak bayi bergerak maju atau mundur dalam tulang kepala, sehingga dapat melukai otak dan merobek pembuluh darah kecil otak. Perdarahan yang terjadi ini tentu akan mempengaruhi fungsi otak, dan juga mata," papar dr. Meta.

dr. Meta melanjutkan, kalau shaken baby syndrome paling rentan terjadi pada usia kurang dari 1 tahun. Terutama saat anak usia 2-4 bulan, hal ini dikarena bayi usia ini cenderung lebih banyak serta lebih lama menangis dibanding di usia lain. Perlu dipahami, kalau bayi memang mulai akan menangis lebih banyak saat berusia 2-3 minggu, bahkan akan mencapai puncak saat bayi berusia 6-8 minggu, baru berkurang setelah 3-4 bulan. Meskipun begitu, dr Meta menambahkan kalau CDC melaporkan SBS dapat terjadi sampai anak berusia 5 tahun.

Untuk itulah, kita sebagai orangtua perlu paham dan tahu apa yang bisa dilakukan untuk menghindari agar anak tidak mengalami shaken baby syndrome.

"Pada prinsipnya, sih, goyangan atau guncangan sama risikonya dapat menyebabkan SBS. Apalagi saat orangtua sedang panik. Sebaiknya, tidak perlu deh dilempar ke udara segala, atau diajrut-ajrut. Jangan lupa beritahu bahayanya kepada pengasuh, nenek atau kakek karena biasanya yang melakukan ini justru mereka" ujar dr. Meta mengingatkan.

Memang, sih, mendiamkan anak saat menangis bukan perkara yang mudah karena cukup tricky. Paling tidak, hal inilah yang saya rasakan waktu Bumi masih bayi. Bayangkan saja, badan sudah letih dan kurang tidur, tapi anak malah nggak berhenti nangis. Kebayang, ya, rasanya seperti apa? Hihihi

Apabila kita mengalami situasi seperti ini, dr. Meta memberikan saran agar kita lebih dulu bisa mengendalikan emosi diri. Jadi, lebih baik tenangkan diri sendiri dulu, kendalikan emosi. Kalau mau menaruh bayi di crib nya, dan membiarkannya menangis sendirian untuk sementara, juga nggak apa-apa, kok. Tapi jangan sampai salah kaprah memahami bayi bau tangan, lho, ya.

Selain itu, nggak ada salahnya minta bantuan orang lain untuk mendiamkan anak. Soalnya, kata dr. Meta penyebab SBS terbanyak adalah emosi atau panik karena sulit mendiamkan anak menangis sehingga tanpa disadari menimang terlampau keras atau melakukan sesuatu yang berbahaya.

Bagaimana dengan  gejalanya?

dr. Meta memaparkan ada beberapa gejala yang bisa diamati. Seperti perubahan signifikan pola tidur, muntah lebih sering dari biasanya, sangat rewel, menangis dan tidak bisa dihentikan dengan cara apapun, tidak mau menyusu atau makan dan pada kasus yang berat bayi pun bisa jadi justru tidak sadar

Jika melihat beberapa gejala seperti di atas, jangan ragu untuk memberikan pertolongan pertama dengan cara langsung dibawa ke UGD rumah sakit terdekat. "Semakin cepat dibawa ke UGD, kerusakan otak lebih jauh dapat dicegah," ungkap dr. Meta.

Jika tidak, ada akibat yang bisa didapatkan karena shaken baby syndrome. "Menurut data CDC, 1 dari 4 anak yang mengalami SBS akan meninggal. Yang masih bertahan hidup pun mempunyai pengaruh jangka panjang terhadap kesehatannya seperti kebutaan, developmental delay atau retardasi mental. Cerebral palsy, kejang dan kelemahan otot gerak."

Jika anak sudah mengalami shaken baby syndrome, pengobatan SBS akan sangat tergantung dari keparahan yang terjadi. Namun, dr Meta menjelaskan, secara umum, bisa jadi dibutuhkan bantuan untuk pernapasan, kemudian terapi untuk menurunkan tekanan intra kranial yang meningkat . Bisa dengan obat-obatan, atau operasi untuk mengeluarkan darah di dalam otak. Tentu bisa menyebabkan kematian. 1 dari 4 anak yang menderita SBS akan meninggal.

Duh, nggak mau, dong hal ini sampai terjadi? Yuk, kita lebih hati-hati saat menggendong bayi. Lagi pula shaken baby syndrome  ini ternyata masuk dalam kategori child ebuse atau kekerasan pada anak, lho.