Siapa sangka, pengalaman baby blues pasca melahirkan yang dirasakan Adianti Reksoprodjo justru membuatnya 'melahirkan' ‘Fit Mum and Bub’. Olahraga yang dilakukan bersama bayi ini tidak hanya membuat badan bugar, namun sekaligus jadi ajang bonding bersama si kecil.
Semua perempuan yang sudah bertsatus jadi ibu pasti sudah paham, kalau setelah melahirkan hidup kita akan tercurah dan fokus dengan si kecil. Kalau nggak siap menerima perubahan, bisa-bisa mengalami baby blues atau gangguan yang lebih parah lagi seperti PPD. Kondisi inilah yang sempat dirasakan Adianti Reksoprodjo, ibu dari dua orang anak sempat merasakan baby blues setelah melahirkan anak keduanya, Naya.
"Waktu setelah melahirkan anak kedua, aku itu baby blues parah. Lumayan nyereminah pokoknya. Baru bangun pagi, udah nangis, bahkan saat lihat alkohol yang aku gunakan buat bersihin pusar malah mau aku minum," ujarnya.
Kalau banyak yang mengalami baby blues lantaran kurang support system, tidak dengan Adianti. Ia merasa kesedihan yang kerap dirasakan lebih karena dirinya tidak lagi punya waktu untuk berolahraga. "Mungkin karena sebelum hamil, aku kan lama olahraga, jadi aktif banget. 3 tahun belakangan aku kan memang aktif banget di crossfit dan ambil sertifikasi. Saat hamil masih bisa terus olahraga sampai aku usia 7 bulan, tapi karena hamil kedua ini aku sudah usia 35 tahun, waktu itu ada saja masalahnya. Seperti preeklampsia. Memang sih setiap kehamilan itu aku sering diawali dengan keguguran dulu. Mungkin karena perutnya nggak kuat. Sebelum hamil ke dua juga gitu saya ngalamin kehilangan atopic sampai harus dikuret. Akibatnya, setelah hamil 7 bulan Adianti pun stop olahraga, karena bolak balik masuk UGD."
Ia melanjutkan, “Waktu itu ngelahirin sesar. Lalu mungkin aku agak naif saat itu, habis lahiran aku malah pindah rumah. Jadi saat awal pindah aku itu nangis terus terusan, sampai 3 hari. Meledaknya saat lihat botol alkohol buat bersihin puser anak, tahu tahu mau aku minum. Dari situ aku ngerasa ada yang salah, nih. Itu bukan aku. Ada something else, nih. Jadi akhirnya pulang ke rumah Mama.
Sempat konsultasi dengan psikologi nggak?
Iya, sempat ke psikolog juga dan memang dikatakan aku kena baby blues. Waktu itu kan ngak ada nanny hidup aku cuma di rumah dan ngurusin anak aja.
Lalu, gimana akhirnya kepikiran mendirikan Fit Mum and Bub?
Aku kan temenan sama Sigi Wimala, yang saat itu sama-sama baru melahirkan. Ngobrol-ngobrol, akhirnya dari sana kita kepikiran bikin hashtag train with your baby ID. Tapi karena Sigi sibuk, aku jalan sendiri aja.
Setelah bikin hashtag selanjutnya bagaimana lagi?
Dari sana bikin video bareng anak, aku kan memang sudah ada basic, jadi sudah tahu gerakan-gerakannya. Dari sana bikin video kemudian upload di Instagram. Belum kepikiran tuh bikin Fit and Mum. Tapi memang sudah ke arah sana. Tahu-tahu banyak yang direct message tanya soal gerakan. Tanya kalau lagi program anak boleh nggak sih melakukan gerakan tersebut. Akhirnya ngobrol sama suami, dan dia kasih ide. Katanya, ya coba aja bikin kelas karena seperti ada marketnya. Setelah aku perhatikan, di sini memang belum ada.
Baru setelah itu memperdalam dan ambil sertifikasi, ya?
Iya, kalau bikin kelas nggak enak kalau nggak ada back ground , jadi aku cari cari deh di online. Tapi modul ini tebel banget, modulnya itu kaya saya mau jadi dokter aja. Buat yang ambil sertifikasi ini memang harus sudah punya basic-nya. Jadi waktunya hanya 3 bulan lalu test. Alhamdulillah waktu itu langsung lulus. Itu modulnya nggak main main lho. Prenatal dan postnatal benar benar di break down, very deep. Kebetulan Papa aku itu ginekolog, jadi banyak tanya dan konsultasi. Dari sana akhirnya bikin kelas deh, cari cara gimana cari gerakan yang oke.
Jadi apa saja sih yang perlu diperhatikan kalau ada Mommies yang ingin ikut kelas ini?
Harus perhatiin kondisi ibu, sih. Belajar postur yang baik, gerakan fit mum sendiri sebenarnya gerakan basic yang sudah ada. Ini sebenarnya sama saja seperti melatih beban karena bawa anak kan.
Gerakan Postnatal ini baru boleh dilakukan saat anak sudah 3 bulan sampai 1.5 tahun. Soalnya kalau ada luka jahitan setelah sesar, atau melahirkan normal, setelah bulan dan secara alami juga sudah kering. Anak usia 3 bulan kan juga sudah kuat angkat lehernya. Jadi lebih aman.
Bagaimana dengan manfaatnya? Baik buat ibu dan anak?
Kalau aku, sih, merasa jadi lebih kurus, ya. Tapi kan aku juga melakukan banyak olahraga, nggak hanya fit mum saja. Tapi setidaknya ada 4 ibu yang bilang berat badannya turun dan hanya olah raga ini saja. Setelah melakukan fit mum selama 3 bulan, turun 2 kg. Pada dasarnya kan ini seperti latihan berat beban ya, jadi otot otot lebih dihancurkan.
Tapi sebenernya goal ibu-ibu yang ikutan memang ingin menguruskan badan, ya?
Nggak juga, kok. Kalau aku dari awal sudah bilang, jangan mikirin buat diet dulu. Biar gimana kan banyak yang menyusui.
Bagaimana manfaat buat anak?
Kalau untuk anak itu, sesi selalu diawali dengan stimulasi anak dulu, aku bikin kaya semi sekolah sekolah, buat latihan motorik halus, nanti ada nyanyi juga. Aku bikin kelas ini nggak mau egois hanya buat ibunya saja, tapi anaknya juga senang. Anak-anak kalau dari kecil lihat lifestyle orangtuanya sehat, ibunya rajin olahraga tentu bagus juga. Anak tiap kali digendong dan diajak olahraga, anak anak itu pada tidur lho, jarang yang nangis. Kalau nangis paling haus. Soalnya kan saat olahraga jantung kita bertemu kencang ya, jadi bikin anak nyaman. Bisa buat bonding antara ibu dan anak.
Mengingat yang diajak olahraga anak bayi, apa sih yang perlu diperhatikan?
Perhatikan kain gendongannnya, sih. Posisi postur anak juga harus benar dan diperhatikan supaya anak bisa nyaman. Sebelum oahraga pastikan juga kalau anak sudah kenyang. Tapi selama 45 menit latihan, kalau ada yang nangis dan mau menyusui, ya silakan saja.