Kebayang nggak, sih kalau kita selalu menuntut anakmendapatkan hasil yang terbaik? Buat saya, anak justru perlu belajar untuk gagal sehingga kelak mereka bisa bisa menerima tekanan dalam hidupnya.
Yah, namanya juga hidup kan, ya. Nggak akan mungkin bisa berjalansesuai keinginan dan kehendak hati. Makanya dalam hidup kita perlu kemampuan untuk mengatasi segala masalah dalam hidup. Kata kerennya, sih, daya lenting.
Ada yang familiar dengan kata daya lenting? Daya Lenting atau resilience bisa diartikan sebagai sistem untuk kembali lagi ke kondisi awal atau semula setelah mengalami gangguan. Baik itu dengan cara bertahan ataupun beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Dengan kemampuan untuk bisa menerima tekanan dalam hidupnya, saya rasa anak-anak akan mampu bangkit dan bisa tumbuh jadi sosok orang dewasa yang nggak mudah menyerah. Seperti pepatah bijak yang mengatakan, bahwa sebenarnya yang paling penting adalah bukan seberapa sering kita terjatuh, tapi seberapa kuat upaya kita untuk bisa bangkit lagi.
Ok, mengingat saat ini usia anak saya Bumi baru 6 tahun, problem hidupnya tentu belum banyak. Masalah anak kecil apa, sih? Paling berebutan mainan dengan temannya di sekolah atau saat playdate, atau kecewa tidak menjadi juara saat ia mengikuti suatu perlombaan.
Ah, saya jadi ingat waktu masih duduk di bangku TK, Bumi pernah mengikuti lomba mewarnai. Sejak awal, saya sudah berusaha meyakinkan Bumi bahwa tidak apa kok, kalau pada akhirnya kalau memang nggak jadi pemenang. Yang paling penting, anak saya sudah berusaha semaksimal mungkin.
Namanya orangtua, siapa sih yang nggak ingin anaknya mendapatkan hasil yang terbaik? Tapi, bukan berarti saja jadi ibu yang hanya bisa menuntut anaknya untuk jadi juara. Toh, seperti yang psikolog anak katakan kalau mengajarkan anak berkompetisi juga ada batasannya.
Lagi pula buat saya, ketika anak dilatih untuk menerima kekalahan, maka anak pun bisa mematangkan kepribadiannya. Bahwa, nggak apa-apa kok, sesekali gagal. Karega gagal merupakan bagian hidup. Kalau memang merasa sedih dan kecewa, ya, nggak apa. Namun, kekecewaan itu perlu dihadapi dan dilampiaskan dengan cara yang sehat. Contohnya, bisa dengan dengan mengajak anak berolah raga atau melakukan kegiatan fisik.
Biar bagaimana pun, ketika anak sudah semakin besar, mau nggak mau akan menerima berbagai tantangan hidup. Jatuh, kalah atau merasa gagal tentu saja sulit dihindari, justru dengan mangalami kegagalan akan ada banyak yang bisa anak pelajari. Benarkan?