Risiko terburuk jika seorang ibu mengalami Plasenta Akreta ini adalah perdarahan, sayangnya belum banyak yang tahu kalau keadaan ini bisa dicegah. Seperti apa pencegahan dan gejalanya?
Tema ini bisa mampir di Mommies Daily, karena usulan dari seorang dokter, adalah Khanisyah Erza Gumilar, dr., SpOG Staf divisi Fetomateral RS Universitas Airlangga, Surabaya. Dokter yang berdomisili di Surabaya ini akrab disapa dr. Erza. Beliau mengungkapkan perihal plasenta akreta yang masih tergolong awam di kalangan masyarakat, padahal kelainan pada plasenta ini berisiko tinggi bagi ibu yang mengandung.
Kenapa dibilang berisiko tinggi? karena dr. Erza menyebutkan sang ibu bisa mengalami perdarahan yang massif dan terjadi dalam waktu singkat, hingga akhirnya berujung pada kematian. Selain itu, tema ini penting untuk diangkat (tanpa menyampingkan isu kesehatan pada bumil lainnya) karena “Kejadian plasenta akreta diprediksi akan meningkat di masa mendatang. Plasenta akreta erat kaitannya dengan komplikasi yang akan didapatkan ibu, misalnya perdarahan hebat, perawatan intensif ICU, cidera organ selain rahim bahkan kematian. Saat ini mungkin masyarakat masih belum banyak mengetahui. Namun angka kematian ibu di RS Dr Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa perdarahan akibat plasenta akreta mengalami peningkatan.”
Pengertian dan diagnosa Plasenta Akreta
Kata dr. Erza, Plasenta Akreta adalah bentuk umum dari segala kelainan implantasi plasenta. Dapat sebagian atau seluruh plasenta menginvasi dan atau menembus dinding rahim.
Plasenta Akreta terbagi menjadi tiga berasarkan invasinya di dinding rahim yaitu;
Sebelumnya Adisty, Editor Mommies Daily sempat menulis tentang plasenta previa, ternyata plasenta akreta ini erat kaitannya dengan tema yang pernah Adisty tulis. Seperti yang diungkapkan oleh dr. Erza “Plasenta akreta biasanya menyertai plasenta previa (implantasi plasenta pada segmen bawah rahim). Gejala dari plasenta previa adalah perdarahan pada kehamilan, yang berusia lebih dari 7 bulan. Biasanya TIDAK disertai nyeri dan darah berwarna merah segar. Pada kasus plasenta perkreta (tipe plasenta yang sampai menembus dinding rahim dan menginvasi kandung kemih) dilaporkan juga adanya keluhan kencing bercampur darah.”
Karena sifatnya yang bisa “menyerang” tiba-tiba, dr. Erza menyarankan mendiagnosa Index (PAI) dalam pemeriksaan USG untuk memprediksi ada tidaknya plasenta akreta. Tak hanya itu, dr. Erza bilang MRI juga bisa dipakai pada kasus plasenta akreta untuk membantu mengetahui sejauh mana invasi plasenta di organ sekitar rahim.
Penanganan plasenta akreta
Dari penuturan dr. Erza saya sendiri baru tahu kalau plaenta akreta ini tergolong dalam kategori kehamilan risiko amat tinggi, komplikasi yang berisiko dialami ibu hamil tergolong berat. Situasti ini menurut dr. Erza seharusnya dirujuk ke RS Tersier (RS dengan pelayanan yeng lebih mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas), untuk mendapatkan penanganan yang komprehensif.
Karena kasus ini termasuk dalam kategori kehamilan berisiko tinggi, dr. Erza mengatakan memerlukan kerjasama beberapa dokter spesialis:
Tak hanya tenaga medis, fasilitas kesehatan di bawah ini juga turut memengaruhi kelancaran proses penanganan kasus plasenta akreta:
Dan beberapa poin di atas tadi hanya bisa didapatkan di RS Tersier.
Meski kasus ini tergolong berat, tenaga medis masih belum bisa menjelaskan secara pasti apa penyebab plasenta akreta ini. Namun dr. Erza sempat menyebutkan ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan peluang terjadinya plasenta akreta:
Di kesempatan berbeda saya pernah baca kalau pasien mau sembuh total disarankan untuk pengangkatan rahim. Hal ini diamini oleh dr. Erza sebagai bentuk konsekuensi adanya plasenta akreta. Tapi tidak semua pasien mendapatkan tindakan yang sama, artinya penanganan plasenta akreta masih individual dan personal. Bergantung pada kondisi klinis pasien dan dignosis pra operasi.
Semoga informasi ini berguna ya, untuk Mommies. Jika ada hal lainnya yang ingin ditanyakan berkaitan dengan plasenta akreta, silakan tinggalkan pertanyaan Anda di kolom comment, siapa tahu saya bisa meneruskannya ke dr. Erza untuk dijawab.
Baca juga: