Semua orang tentu saja membutuhkan manfaat dari berolahraga, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. Apa alasannya, dan apa saja pilihan olahraga untuk anak berkebutuhan khusus?
Berhubung hari ini adalah Hari Olahraga Nasional, kami mau fokus membahas tentang olahraga untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Secara keseluruhan menurut dr. Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, olahraga dibutuhkan ABK karena dapat meminimalisir deconditioning syndrome (sekumpulan gejala yang menimbulkan kapasitas fungsional menurun pada beberapa sistem tubuh akibat imobilisasi/gerakan tubuh berkurangdalam jangka waktu yang lama), mengoptimalkan fungsi fisik, meningkatkan well-being mereka, meningkatkan kemampuan sosial juga.
Secara umum kemampuan motorik mutlak diperlukan dalam kegiatan fisik olahraga ini. Namun untuk kondisi tertentu, misalnya anak dengan down syndrome biasanya kemampuan fisiknya berada di bawah anak lain yang sebaya. Pertimbangan lainnya, dalam beberapa penelitian menunjukkan anak dengan down syndrome menunjukkan beberapa kekurangan yang spesifik, seperti keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan otot. Kondisi inilah yang membutuhkan kejelian dalam memilih tipe olahraga. “Misalnya, anak ini belum mampu menjaga keseimbangan, tak mungkin kita minta untuk bersepeda. Namun secara garis besar, beberapa ativitas fisik dan olahraga yang dapat dicoba oleh anak DS adalah menari, senam, berjalan, memancing dan bersepeda,” jelas dr. Meta.
Sementara itu, kegiatan olahraga ini juga bisa diakali sambil bermain, “Bermain aktif untuk anak dapat dikatakan sebagai olahraga selama kegiatan tersebut membuat anak berkeringat dan bernapas lebih keras,” terang dr. Meta. Jadi memang pintar-pintar memilih jenis permainan, misalnya bagi ABK yang gerak motoriknya sudah jauh membaik – bermain di trampolin bisa jadi pilihan menarik, asalkan selalu dalam pengawasan orangtua.
Secara spesifik ada yang dinamakan olahraga adaptif, “Merupakan aktivitas fisik yang dimodifikasi untuk orang-orang dengan kemampuan yang terbatas. Tujuannya untuk memberikan kesempatan pada ABK untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik atau olahraga,” terang dr. Meta.
Selain itu, dari sebuah jurnal yang ditulis oleh Sigit Nugroho, M.Or Sumarjo, M.Kes Fatkurahman Arjuna, M.Or Yuyun Ari Wibowo, M.Or, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu keolahragaan, dengan judul “Implementasi Olahraga Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Daerah Yogyakarta”, disebutkan tujuan yang lebih spesifik dari olahraga adaptif:
Mengenai bentuk olahraga adaptif, dalam jurnal tersebut disebutkan Bulutangkis, Bocce (permainan yang mengadaptasi permainan Bowling, prinsip kerjanya mendekatkan bola besar ke bola kecil), Sepakbola Kelimaan dan Bola basket.
Poin "e", menurut saya menarik, karena dengan melakukan olahraga, seorang ABK dapat menunjukkan atau mengekspresikan emosinya. Misalnya jika dia menang, akan ada luapan emosi positif yang ditunjukkan. Namun, jika kalah, ia harus belajar menerima kekalahan itu, dengan wajar. Dan yang paling penting mereka merasa memiliki harga diri. Jika saya memosisikan diri saya, di posisi mereka, maka yang saya rasakan saya merasa bangga telah dipercaya mencoba dan berlatih jenis olahraga tetentu. Apalagi bisa berkompetensi dengan sesama teman ABK, perasaan yang terus membuat jiwa teman-teman ABK besar.
Selamat Hari Olahraga Nasional, Mommies :)