Menyedihkan! Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah prevalensi perokok aktif tertinggi di dunia. - Global Adult Tobacco Survey (GATS), 2011.
Data di atas jika diterjemahkan ke dalam presentasi, terdiri dari 67% pria dan 2,7 perempuan perokok jenis tembakau. Data dari sumber lainnya menyebutkan, lebih dari 2.677.000 anak juga menjadi perokok aktif. Dan secara komposisi, pria dewasa, anak muda laki-laki dan perempuan yang merokok di Indonesia lebih tinggi daripada negara berpendapatan menengah lainnya.
Melihat data di atas rasanya, kok, kesehatan itu dengan mudahnya digadaikan ke sebatang rokok yang jelas-jelas punya setidaknya 7.000 bahan kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh. Jangankan untuk perokok, orang yang terpapar asapnya saja nyatanya berpotensi lebih berbahaya terkena dampak buruknya. Apalagi anak-anak, duuh makanya kalau mau melindungi anak, salah satu caranya berhenti merokok mulai dari sekarang.
Selain itu, bayangkan deh kalau dari kecil anak Mommies dan pasangan melihat orangtuanya merokok. Yang namanya anak kecil, kan, paling gampang mencontoh apa yang pernah dia lihat? Nggak heran deh, ada beberapa studi yang menunjukkan kalau pria dewasa mulai menjadi perokok sejak usia 12 tahun *miris.
Dalam sebuah acara kampanye “Rokok Merusak Tubuhmu” 2 September lalu di Jakarta, hasil kerja sama Vital Strategies dan Kementerian Kesehatan, dibeberkan fakta-fakta rokok yang (harusnya) bisa menimbulkan kesadaran perokok untuk segera menghentikan kebiasaannya ini. Saya rangkum beberapa di antaranya, terutama yang berdampak langsung dengan dunia keluarga, perempuan dan anak-anak ya, Mommies:
Sekitar tiga dari lima (58.2%) pelajar yang saat ini merokok umumnya membeli rokok mereka di toko atau warung. Hampir dua – tiga (64,5%) pelajar tersebut tidak ditolak saat membeli rokok mereka karena mereka anak di bawah umur. Jadi setuju dong, dengan wacana harga rokok yang akan dinaikkan oleh Pemerintah. --> Kalau saya sih, lebih baik lagi kalau perbatangnya jadi 50 ribu!
Jumlah pria (19,8%) dan wanita (8,1%) yang meninggal karena penggunaan tembakau di Indonesia lebih banyak dibandingkan jumlah rata-rata di negara-negara berpenghasilan menengah. --> Bayangkan deh, pria kan kalau sudah bekeluarga akan menjadi tulang punggung keluarga. Lalu apa jadinya kalau sang Ayah sakit-sakitan karena rokok? :(
Asap rokok menyebabkan penyakit arteri koroner, kanker paru-paru, efek reproduksi pada wanita, stroke dan iritasi hidung pada orang dewasa. --> menyeramkan!
Beberapa studi menunjukkan asap rokok menyebabkan kanker payudara, kelahiran prematur, kanker sinus hidung, faring dan laring, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), gejala pernapasan kronis, asma, fungsi paru-paru terganggu dan aterosklerosis (penebalan dinding arteri) pada orang dewasa. Asap rokok terkait dengan Sindrom Kematian Bayi Mendadak, gangguan fungsi paru, penyakit pernapasan bagian bawah, gejala pada sistem pernapasan (batuk, mengi, sesak napas) dan penyakit telinga tengah pada anak-anak. --> lagi-lagi anak yang jadi korbannya, masih tega mau merokok?
Beberapa studi menunjukkan keterkaitan antara asap rokok dengan ketidakmampuan belajar, asma, TBC, penyakit alergi limfoma, serta leukemia pada anak-anak. --> asapnya saja bisa sampai menyebabkan leukemia.
Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS): Indonesia Report 2011, keluarga termiskin di Indonesia menghabiskan hampir 12 persen dari pendapatan mereka untuk rokok. --> sudahlah kemampuan ekonominya pas-pasan tapi tetap kekeuh merokok.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2015, rokok merupakan pengeluaran rumah tangga terbesar kedua setelah makanan jadi baik di pedesaan maupun perkotaan. --> lebih baik dibelanjakan makanan sehat, toh? Atau ditabung buat persiapan dana pendidikan anak.
Jika dipandang dari pendapatan dan pengeluaran negara untuk rokok, berdasarkan temuan dari Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Soewarta Kosen, kerugian total akibat konsumsi rokok selama tahun 2013 mencapai Rp 378,75 triliun. Jumlah itu berasal dari kerugian akibat membeli rokok Rp 138 triliun, hilangnya produktivitas akibat sakit, disabilitas dan kematian prematur di usia muda sebesar Rp 235,4 triliun, dan biaya berobat akibat penyakit-penyakit terkait tembakau sebanyak Rp 5,35 triliun. --> bayangkan kalau angka-angka di atas dikonversi ke dalam bentuk fasilitas umum, atau membangun sekolah di pedalaman. Rasanya nggak ada lagi deh istilah “desa tertinggal” atau “anak busung lapar.”
Dalam kesempatan yang sama, juga diluncurkan iklan layanan masyarakat yang bisa Mommies lihat di www.suaratanparokok.co.id. Semoga makin banyak, ya pihak-pihak yang membuat kampanye serupa. Semata-mata kan untuk kesehatan sendiri, mau dong melihat anak tumbuh besar dan kelak bisa membanggakan kedua orangtuanya :)
COMMENTS