Sorry, we couldn't find any article matching ''
Martha Tilaar, "Suami Istri Harus Bisa Saling Mengisi"
"Tangan manusia hanya dua, ketika sudah menikah dan punya anak tentu perlu bantuan dari suami. Kalau mau sukses menjadi orangtua, suami istri tentu saja harus kompak, saling terbuka dan mengisi untuk mencapai goal yang diinginkan," ungkap Martha Tilaaar
Beberapa waktu lalu saya punya kesempatan bertemu dan ngobrol dengan Ibu Marha Tilaar, Founder & Chairwoman Martha Tilaar. Ditemani secangkir teh manis dan sajian jajanan pasar, obrolan kami pun terasa semakin hangat. Sudah bisa dipastikan, banyak sekali insight menarik yang saya petik sepanjang berbincang dengan beliau.
Saya pun bisa melihat di usianya yang sudah tidak bisa dikatakan muda, semangat beliau tidaklah luntur. Setidaknya, sepanjang obrolan saya bisa melihat antusiasme Ibu Martha saat membahas bisnisnya, termasuk ketika dirinya menjalankan peran sebagai ibu, nenek dan sekaligus istri.
Seperti yang sudah sempat saya ceritakan dalam artikel 3 Hal yang Perlu Dilakukan Saat Menyiapkan Kehamilan, perjalanan Ibu Martha untuk mendapatkan anak memang tidaklah mudah. Setelah menikah 16 tahun dan di usianya yang ke-42 tahun, ibu Martha Tilaar baru bisa hamil. Sebelumnya pun beliau sempat divonis tidak bisa memiliki keturunan.
“Waktu saya sudah menikah 13 tahun masih belum punya anak, saya pergi ke Amerika Serikat, Switzerland, ke Belanda, dan semua dokter bilang saya tidak bisa punya anak. Di Indonesia, salah satu profesor dokter juga menyatakan saya tidak bisa punya anak. Hal ini dikarenakan selama tinggal di Amerika saya takut hamil, dan minum birth control pills yang membuat rahim saya kering kerontang,” ungkapnya.
Banyak yang bilang, mengandung di usia di atas 40 tidak mudah, bagaimana dengan Ibu Martha?
Banyak sih ya... saya merasa capek, tapi saya nggak ada problem selain itu. Mungkin hanya itu saja, jadi saya harus lebih menjaga stabilitas kesehatan supaya tidak mudah lelah karena usia 40 tahun mengandung memang nggak mudah.
Dalam pola asuh, bisa diceritakan sejauh mana keterlibatan suami dalam membesarkan anak-anak?
Sebagai ibu dan perempuan bekerja saya memang tidak bisa punya banyak waktu di rumah, menghabiskan waktu bersama anak-anak. Oleh karena itu saya selalu berbagi peran dengan suami. Bekerja sebagai pendidik, suami punya kesempatan dan waktu yang lebih banyak dari saya untuk bisa bersama anak-anak di rumah.
Tangan manusia hanya dua, ketika sudah menikah dan punya anak tentu perlu bantuan dari suami. Kalau mau sukses menjadi orangtua, suami istri tentu saja harus kompak, saling terbuka untuk mencapai goal yang diinginkan. Tentu saja perlu saling mendukung, suami saya tidak malu mengakui pada anak-anak kalau penghasilan saya lebih besar darinya tapi kami bisa saling mengisi.
Saya banyak belajar dari suami saya, dulu saat beliau bekerja Bapenas itu ada kesempatan untuk korupsi tapi suami saya memang selalu mengajarkan hidup jujur. Waktu saya hamil usia hampir 45 tahun seperti waktu itu, saya sempat minta tolong untuk membantu membuat surat izin mendirikan pabrik, tapi beliau malah meminta saya untuk mengurus sendiri. At that time, di Dirgen POM belum ada lift, jadi saat usia hamil besar saya harus jalan menaiki tangga step demi step. Waktu itu saya sampai nangis, marah sekali rasanya waktu itu sama suami. Tapi itulah pembelajaran yang penting buat saya. Perempuan harus mandiri dan memang tidak boleh memanfaatkan kekuasaan. Mengapa sekarang banyak orang yang korup. Kalau dulu itu saya selalu diajarkan keras, kita nggak boleh seperti itu sehingga bisa membangun sustainable business.
Dalam menjalankan bisnis, prinsip seperti apa yang selalu Ibu Martha pegang teguh dari dulu hingga sekarang?
Buat saya pendidikan agar tidak korupsi memang harus dimulai dari pedidikan di dalam keluarga. Disiplin, Ayah saya dulu pernah bilang kalau kamu mau jadi mencetak sejarah sukses dan ‘menguasai’ dunia, you harus jadi manusia jitu. Jujur , disiplin, iman, inovatif, pro aktif, tekun, dan ulet. Begitu ada orang yang tidak jujur, ya, langsung keluarkan saja. Kita percaya, tapi disalahgunakan buat apa? Prinsip inilah yang saya terus pegang dalam berbisinis.
Bagaimana pandangan Ibu Martha soal perempuan yang merdeka?
Kalau melihat dari sejarah itu Ibu Kartini saat penjajahan, perempuan bisa dibilang sebagai adalah sumber makan, sumber papan. Semua tergantung pada suami, kalau sekarang kita kan banyak peningkatan. Contohnya bisa dilhat dari Sri Mulyani, kita sebagai masyarakat punya harapan yang besar padanya. Menurut saya Sri Mulyani adalah contoh permpuan yang luar biasa, tidak tergantung dan kemampuannya, kompetansinya diakui oleh semua orang, Buat saya itulah perempuan merdeka. Jadi perempuan itu memang harus mandiri.
Walaupun usianya sudah tidak muda lagi, namun banyak nasihatnya yang saya rasa bisa diterapkan dalam hubungan saya dengan suami saat ini, termasuk nasihat untuk membesarkan anak saya, Bumi.
Share Article
COMMENTS