banner-detik
PARENTING & KIDS

Jangan Katakan 7 Kalimat ini Pada Anak yang Beranjak Dewasa

author

?author?24 Aug 2016

Jangan Katakan 7 Kalimat ini Pada Anak yang Beranjak Dewasa

Hati-hati untuk Mommies yang memiliki anak beranjak remaja atau dewasa, hindari mengatakan 7 kalimat ini kalau Anda tak ingin hubungan antara anak dan orangtua jadi merenggang.

Meski anak pertama saya Jordy kini masih berusia 2 tahun, tapi harap-harap cemas sudah menghantui saya dari sekarang. Dalam hati inginnya Jordy masih bersedia saya cium dan peluk sesuka hati di depan umum *yeah! my wish :D

Dari sebuah situs luar www.boldsky.com yang saya baca, anak usia antara 7 hingga 18 tahun adalah masa-masa pembentukan karakternya. Di periode ini orangtua mesti sangat berhati-hati memperlakukan anak yang sedang beranjak besar. Karena berpotensi melukai perasaannya dan bahkan meninggalkan dampak negatif untuk selamanya.

IMG_9917

Di sinilah kemampuan orangtua dalam berempati sangat diuji, karena sesungguhnya di balik label mereka sebagai anak kita, anak juga manusia yang butuh dan wajib diperlakukan secara manusiawi, kan? Mulai dari usia toddler, aja deh misalnya – setidaknya ada 5 hal yang harus diketahui saat membesarkan anak di bawah usia 3 tahun ini. Jangan mentang-mentang kitalah orangtuanya, bisa semena-mena dengan anak. Tetap ada rumusnya, tetap ada aturannya, kalau perlu untuk masa depannya kelak kita bisa memberikan mereka dengan 11 hal yang bisa jadi pegangan hidupnya kelak. Tak melulu berupa materi dan berbau akademis, meminjam kalimat Managing Editor Mommies Daily, Fia “Supaya mereka siap menghadapi kerasnya dunia.”

Sudah kebayang dong, ya, betapa beratnya tanggung jawab yang diemban orangtua. Sedikit saja kesalahan bisa berdampak pada tumbuh kembangnya. Sebagian berpotensi mengalami gangguan psikologi. Salah satu yang bisa meminimalisir adalah memilah kalimat yang akan kita ucapkan dan di antaranya jangan pernah dilontarkan kepada anak. Apa saja?

  • “Papa atau mama lagi mau sendiri, ya”
  • Jangan terlalu sering mengatakan kalimat ini, karena berdampak si kecil tumbuh dalam ketidaknyamanan dan merasa tidak dicintai. Ngerti sih, kalau sebagai orangtua ada kalanya membutuhkan me time, tapi bukan lantas ini merenggakan hubungan Anda dengan anak. Bagaimanapun anak membutuhkan kehadiran kita, kalau memang sedang mau sendiri cari pengganti kalimat yang lebih nyaman didengar, “Habis Mama nemenin kamu membuat PR, Mama boleh nggak izin nonton DVD sendirian saja?”

  • “Duuuh, Mama capek deh ngadepin kamu!”
  • Ketika menghadapi Jordy saya sugestikan pikiran ini kalau saya dititipkan amanah oleh Tuhan. Yang namanya amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya, dalam keadaan apapun, Kan mereka juga “nggak pernah minta untuk dilahirkan”. Kebayang nggak kalau kalimat poin kedua ini terus menerus terngiang di telinga anak Mommies yang sedang beranjak besar? Daripada seperti itu, lebih baik mendekatkan diri, supaya mereka bisa menceritakan apapun masalahnya.

  • “Kamu tuh, cengeng banget deh jadi anak!”
  • Hei...hei...anak juga manusia lho, punya perasaan. Tanyakan dulu apa sih yang membuat anak sampai menangis, semakin dalam Mommies menggali emosi anak, maka juga akan semakin mudah menentukan apa penanganan yang paling tepat.

  • “Bisa nggak sih, jadi seperti si A, teman kamu yang pintar itu?”
  • Percaya deh, Anda saja kan nggak terima kalau dibanding-bandingkan dengan orang lain. Kalau hal ini berlangsung terus hanya akan menurunkan rasa percaya diri mereka dan yang paling bahaya memupuk rasa benci antara anak dan orangtua.

  • “Berhenti dong! atau Mama atau Papa akan memukul kamu!”
  • Yang namanya kekerasan fisik apapun itu bentuknya, entah itu Mommies benar-benar berniat melakukan atau hanya sekadar omongan, akan membuat anak takut. Lama kelamaan ia bisa saja tumbuh menjadi pribadi yang memberontak.

  • “Tahu nggak kamu, laki-laki atau perempuan tuh, nggak akan melakukan itu”
  • Sekarang udah nggak zaman deh yang namanya membedakan gender. Misalnya kenapa tidak anak laki-laki Anda belajar memasak. Coba lihat, berapa banyak chef kenamaan di luar sana yang berjenis kelamin laki-laki?

  • “Kamu kok gendut banget, deh!”
  • Mengkritik dari segi fisik bisa sangat merugikan tumbuh kembang si kecil. Lama-lama dia jadi tidak percaya diri akan kualitas dirinya. Kalau memang dirasakan anak Anda sudah berlebih berat badannya, cari cara lain yang manusiawi. Bisa dimulai dari memperkenalkan makanan yang lebih tinggi kadar serat, dan jelaskan kenapa ia membutuhkan makanan sehat.

    Bagaimana Mommies, ada versi kalimat lainnya ala Anda yang juga sebaiknya dihindari untuk diucapkan?

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan