banner-detik
PARENTING & KIDS

Menyiapkan si Kecil Masuk SD

author

adiesty22 Aug 2016

Menyiapkan si Kecil Masuk SD

Setelah tiga tahun bermain dan belajar di TK, tibalah saatnya anak saya, Bumi masuk SD. Hal apa saja yang perlu disiapkan sebelum anak memasuki dunia barunya?

"Ibu.. bapak... Bumi nggak mau mau SD"

"Lho, kenapa memangnya?"

"Bumi kan nggak kenal sama ibu guru dan teman-temannya. Nanti kalau bu gurunya seperti dinosaurus bagaimana?"

"Maksudnya seperti dinosaurus bagaimana?"

"Ya, galak.... dinosaurus itu kan galak, bu...rrrrrrghhh...."

Kira-kira beginilah celoteh anak saya, Bumi, menjelang dirinya mau masuk SD. Sebagai orangtua, saya dan suami cukup paham kalau Bumi punya rasa khawatir yang cukup besar. Ibaratnya, kan, dia seperti masuk 'hutan', sebuah lingkungan yang sama sekali belum dia ketahui. Lagipula, suasana TK dengan SD tentu sudah jauh berbeda, nggak hanya terbatas pada lingkungannya saja. Tapi termasuk isi kegiatan saat belajar, durasi belajarnya, termasuk kurikulum sekolah  yang diterapkan.

Sampai hari pertama masuk sekolah, saya sempat was-was kalau Bumi tidak merasa nyaman di sekolah barunya. Syukurnya, di hari pertama sekolah, saya dan suami punya kesempatan untuk menemani. Hari pertama sekolah tentu saja hari yang sangat penting dan punya peran besar untuk ke depannya. Lalu, nyamankah Bumi melalui hari pertama sekolah?

“Ibu... Bumi suka masuk SD. Ternyata Miss di kelas nggak kaya dinosaurus, kok. Miss-nya malah lucu bikin aku dan teman-teman ketawa. Temen-temen aku juga pada baik”.

hari pertama sekolah

Kalimat inilah yang dilontarkan Bumi ketika saya menjemputnya di depan sekolah. Seketika itu juga saya dan suami langsung mengucap syukur. Semoga saja, SD-nya Bumi memang sekolah yang ramah anak. Sebagai orang tua, saya dan suami sama-sama sadar kalau ada beberapa hal yang perlu kami siapkan lebih dulu sebelum anak memasuki jenjang sekolah dasar.

Persiapkan mental anak

Saya yakin, tidak hanya Bumi yang punya rasa khawatir saat dia masuk ke lingkungan sekolah baru. Bisa dibayangkan, sih, kita saja yang sudah dewasa kalau mau masuk ke kantor baru juga suka deg-degan dan butuh waktu untuk menyesuaikan diri, bagaimana dengan anak kecil? Untuk itulah mental seorang anak diperlukan.

Salah satu cara yang kerap  saya dan suami lakukan adalah bercerita pengalaman kami saat mau masuk SD. Katakan saja, kalau Ibu dan bapak dulu juga punya rasa khawatir yang sama karena akan masuk ke lingkungan baru. Tapi, dengan bertambahnya teman baru dan guru, itu juga hal yang sangat menyenangkan. Bahkan waktu itu saya sempat membongkar koleksi foto zaman SD, sehingga Bumi punya gambaran masa SD adalah masa yang menyenangkan.

Sering mengajak ke lingkungan baru

Menjelang dirinya mau sekolah, saya dan suami pun makin sering mengajaknya ke lingkungan baru. Tujuannya sederhana, kami ingin Bumi lebih terbiasa dengan lingkungan baru. Selain itu, setiap ada kesempatan kami pun sering melewati sekolah SD yang dipilih Bumi, sehingga ia bisa merasa lebih familiar dengan lingkungan barunya.

Selain itu, dengan sering mengajaknya datang atau melewati sekolah barunya, memberikan kesempatan pada Bumi untuk lebih dulu mengenal lingkungan sekolah. Bisa saja kan dia jadi bangkit rasa percaya dirinya.

Melatih kemadirian

Mengajarkan anak mandiri tentu saja harus dimulai sedini mungkin, maksudnya jangan baru mengajarkan konsep kemandirian ketika anak mau masuk SD. Saya masih ingat sekali, menurut psikolog anak, Ibu Elly Risman, kunci mengajarkan anak untuk mandiri adalah oarang tua perlu sabar dan punya waktu yang banyak. Artinya, proses anak mandiri tidaklah kilat. Kemandirian yang saya maksud di sini lebih ditekankan pada rutinitas. Di mana setiap hari, anak perlu tugas yang harus dilakukan. Misalnya menyiapkan perlengkapan sekolahnya sendiri, termasuk seragam yang akan ia kenakan. Dengan memiliki tugas rutin seperti ini, harapannya Bumi bisa lebih bertangung jawab dan mandiri.

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan