Ada faktor fisik dan psikis yang berpotensi membuat produksi ASI seorang ibu menurun, duuuuh apa saja, ya?
ASI! Asupan nutrisi yang nggak perlu diragukan lagi manfaatnya untuk tumbuh kembang si kecil, di antaranya sebagai investasi kesehatan si kecil untuk jangka panjang. Namun, sang ibu juga harus memerhatikan asupan makanan yang bisa mendukung ASI-nya lebih berkualitas. Jangan lupa imbangi dengan minum air putih yang cukup, apalagi untuk busui yang bekerja, harus punya kiat khusus menjaga tubuh agar tetap terhidrasi.
Di sisi lain, kalau sudah menjaga asupan makanan, minuman dan malah ditambah olahraga rutin tapi produksi ASI tiba-tiba menurun, apa yaaa yang menjadi penyebabnya? Secara garis besar dr. Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya membaginya menjadi dua – faktor fisik dan psikis.
Image: www.sheknows.com
FISIK:
Masalah hormonal pada mommies. Misalnya pada mommies dengan PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), atau dengan kelainan hormon tiroid, mommies dengan diabetes atau hipertensi. Memproduksi ASI sangat berhubungan dengan “sinyal” hormonal yang dikirim ke payudara. Walaupun begitu, tidak berarti semua mommies yang memiliki masalah ini pasti tidak dapat menyusui. Konsultasikan ke dokter untuk mendapat solusi terbaik.
Mommies yang menggunakan pil KB yang mengandung estrogen. Estrogen adalah hormon yang dapat mengganggu proses menyusui. Solusinya adalah dengan mempertimbangkan alat kontrasepsi jenis lain. Tidak semua pil KB mengandung estrogen.
Mommies mengonsumsi obat-obatan atau bahan alami tertentu. Pseudoefedrin (bahan aktif yang sering terkandung pada obat flu atau pilek) dan peppermint dalam jumlah banyak dapat memengaruhi produksi ASI. Jika busui merasa ASI tida-tiba berkurang produksinya atau berhenti sama sekali, coba diingat-ingat apa yang telah dikonsumsi. Solusinya adalah menghindari bahan-bahan ini dan menggantikannya dengan yang lain.
Mommies pernah menjalani operasi payudara, entah untuk alasan estetika atau medis. Tidak semua dan tidak selalu mommies yang pernah menjalani operasi payudara pasti produksi ASInya sedikit atau bahkan tidak berproduksi sama sekali ya, tergantung jenis operasinya dan seberapa besar pengaruh operasi tersebut terhadap “kerusakan” kelenjar air susu dalam payudara. Solusinya, konsultasikan pada dokter.
Kesulitan menyusu yang disebabkan faktor anatomis. Misalnya anak dengan tongue tie yang membuatnya tidak dapat menyusu alias mengosongkan payudara secara efektif. Karena prinsip utama ASI adalah demand and supply, yang diproduksi akan sama dengan “permintaan”nya. Jika yang dikeluarkan banyak, maka yang akan diproduksi pun banyak juga. Pada anak dengan tongue tie, karena kesulitan latch on dengan tepat, bayi tidak mampu secara efektif mengosongkan payudara, sehingga yang diproduksi lebih sedikit. Solusinya, konsultasikan pada dokter. Mungkin anak perlu dieksisi tongue tie-nya.
Ibu tidak menyusui anak saat malam hari. Hormon prolaktin yang sangat berpengaruh dalam produksi ASI sangat tinggi pada saat malam hari. Jika anak rutin disusui pada malam hari, maka hormon prolaktin akan meningkat dan merangsang produksi ASI yang lebih banyak lagi. Demikian sebaliknya, jika tak disusui pada malam hari, hormon prolaktin akan menurun dan menurunkan juga produksi ASI. Solusinya: rajin-rajin menyusui anak saat malam hari.
Pemberian susu formula selain ASI. Biasanya ini sering terjadi di awal kelahiran di mana ibu merasa ASI belum keluar sehingga sementara waktu menambahkan formula. Pada saat anak mendapat formula, maka secara otomatis anak akan menyusu lebih sedikit. Kembali pada prinsip demand and supply. Kalau anak menyusu sedikit, maka sedikit pulalah yang diproduksi oleh ASI. Solusi: Sebelum kelahiran, cari info sebanyak-banyaknya mengenai menyusui.
Pemberian dot atau empeng untuk anak dapat memengaruhi keefektifan anak menyusu sehingga mempengaruhi produksi ASI juga yang akan berkurang atau berhenti sama sekali. Solusinya: hindari penggunaan empeng atau dot.
PSIKIS:
Stress atau kelelahan dapat menghambat letdown reflex dan mengurangi aliran ASI. Solusinya: Sempatkan me time sebentar.
Semoga penjabaran dari dr. Meta bisa memberikan pencerahan untuk Mommies yang membutuhkannya, Selamat menyusui dan jangan lupa tetap bahagia ya, kalau kata dokter Meta tadi sempatkan me time :)