Sorry, we couldn't find any article matching ''
Kepergok Anak Saat Bercinta, Apa yang Harus Dilakukan?
Sedang asik-asiknya bercinta dengan pasangan, tiba-tiba si kecil terjaga dari tidur dan langsung memergoki. Ooo... Oooo... kalau anak menangkap basah aktivitas tersebut harus bagaimana, ya?
Ok, bermesraaan di depan anak memang boleh-boleh saja. Bahkan menurut saya banyak manfaatnya, kok. Anak jadi tahu bentuk kasih sayang yang baik seperti apa. Dengan demikian, harapannya anak bisa memahami bagaimana memperlakukan pasangannya kelak. Tapi, mesra di sini tentu saja hanya sebatas membelai, mencium pipi atau memeluk. Jadi, bukan berhubungan intim.
Masalahnya, nih, ketika masih tidur sekamar dengan anak, kemungkinan kepergok saat bercinta bisa saja terjadi. Ada yang pernah merasakannya? Umh, berhubung sampai detik ini saya masih sekamar dengan Bumi, kondisi ini tentu saja bikin saya was was. Lebih hati-hati ketika ingin ‘mesra-mesraan’ dengan suami.
Saya masih ingat sekali, ketika masih duduk di bangku SMP, ada salah satu teman baik yang yang bercerita kalau saat ingin buang air kecil, ia mendengar desahan kedua orangtuanya. “Semalam masa gue denger desahan nyokap dan bokap di kamar. Gue tahu banget,pasti mereka sedang bercinta”. Kira-kira begitulah kalimat yang diucapkan teman saya ini waktu itu.
Untungnya, pengalaman teman saya ini hanya memergoki lewat pendengarannya saja. Bagaimana kalau benar-benar diketahui lewat visual? Karena saat ini posisi saya sudah jadi orangtua, saya sih bisa membayangkan betapa paniknya jika hal tersebut terjadi. Apalagi waktu itu sudah remaja karena sudah SMP.
Lain lagi dengan cerita teman saya semasa kuliah. Dia bilang, ketika sedang asik-asiknya 'berhubungan', anaknya yang mau berusia 2 tahun terbangun. Dengan polos sang anak pun bertanya, “Ibu, kenapa nggak pakai baju?”. Naaah, lho! “Untungnya waktu itu suami gue langsung menyelamatkan diri dengan menutup tubuhnya dengan selimut. Sementara gue waktu itu kurang sigap. Akhirnya gue bilang aja lagi kegerahan. Duuh... kapok, deh, gue,” ungkapnya.
Mendengar cerita seperti ini, dan merasakan bagaimana harus pintar mengatur strategi, saya pun akhirnya bertanya pada Mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi mengenai kasih kepergok anak saat berhubungan seksual. Jika hal ini terjadi, baiknya apa, sih, yang harus dilakukan? Pura-pura cuek seperti tidak terjadi apa-apa? Mengalihkan perhatian anak, atau seperti apa, ya?
“Baiknya, tetap jelaskan apa yang ia lihat, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah pada anak. Apa yang ia lihat, bisa salah diartikan. Misalnya, ayah dianggap menyakiti ibunya. Bisa saja, meskipun tidak ingat secara persis apa yang dilihat tapi menimbulkan rasa benci ke ayah bisa saja muncul,” papar psikolog anak ini.
Oleh karena itulah, orangtua juga perlu memerhatikan reaksi anak, dan dilanjutkan dengan memberikan penjelasan yang realistis. Pilih kalimat sederhana yang bisa diterima oleh anak. “Nggak ada salahnya juga menerangkan bahwa apa yang anak lihat adalah hal yang lumrah dari suami istri untuk sayang-sayangan,” jelas Mbak Vera lagi.
Saya pun kembali bertanya, apakah untuk anak usia batita sudah bisa mampu merekam memori tersebut? Dan ternyata Mbak Vera mengatakan, usia 2-3 tahun sudah bisa ingat, tapi bisa juga tidak. Kalau berdasarkan penelitian yang dilakukan Fiona Jack, dari University of Otago di New Zealand, hasil studinya menyatakan kalau memori anak mulai terbentu sejak usianya 2 tahun. Umumnya, kebanyakan dari kita belum bisa mengingat apapun memori saat bayi. Kalau pun ada yang ingat, biasanya hanya berdasarkan rekonstruksi yang diceritakan orangtua
Sementara, seperti yang sempat saya baca di laman Kompas, studi yang dilakukan tim Memorial University of Newfoundland di Canada, yang diterbitkan di jurnal Child Development menyebutkan kalau anak-anak mengalami infantile amnesia, atau fenomena ketidak mampuan untuk mengingat masa kanak-kanak.
Penelitian yang melibatkan 140 anak, mulai usia 6 hingga 14 tahun, ditemukan menemukan kalau kemampuan anak untuk mengingat sebuah peristiwa pada anak-anak yang paling muda ternyata sudah memudar. Memori tersebut rupana sudah digantikan dengan memori baru yang mereka rasakan ketika usia semakin bertambah.
Setelah membaca artikel tersebut, saya kok bisa sedikit bernapas lega, ya, hahaha... ya, mana tahu kan tanpa sengaja anak saya melihat juga? Tapi, mudah-mudahan saja nggak. Mbak Vera juga mengingatkan jika hal tersebut terlanjur terjadi, ada baiknya orangtua langsung meminta maaf ke anak karena ‘pemandangan’ tersebut seharusnya tidak dilihat.
Jangan lupa, kalau memang mau bermesraan kunci pintu dulu. Kalau memang yang masih satu kamar dengan si kecil, mungkin saatnya mengeksplorasi ruangan lagi supaya tidak kepergok. Setuju, dong, ya?
Share Article
COMMENTS