Membaca judul tulisan saya, Mommies pasti langsung ngeh kenapa saya menulis artikel ini. Yup, semua berkat lagu berjudul “Lelaki Kardus”.
Iya, saya tahu sih kalau sudah cukup lama anak-anak Indonesia itu kehilangan lagu anak-anak yang liriknya anak-anak banget. Tapi tetap saja, saat saya dapat informasi mengenai lagu “Lelaki Kardus” di WAG kantor, saya terbengong-bengong. Kok bisaaaaaa, ada anak yang menyanyikan lagu dengan lirik demikian, kok bisaaaa ada orang yang menciptakan lagu sesampah itu. Dan yang lebih takjub lagi, kok bisa ada orangtua yang mengizinkan anak-anaknya menyanyikan lagu tersebut!
Saya jadi penasaran, apakah segitu kosongnya dunia musik berkualitas untuk anak-anak saya? Anak-anak kita? Coba kalau kita mundur ke zaman baheulaaa, perasaan dengan gampangnya kita bisa nyebutin para penyanyi cilik yang memang benar-benar menyanyikan lagu sesuai usia. Bukan penyanyi usia cilik tapi menyanyikan lagu cinta-cintaannya Ahmad Dhani, Mulan Jameela, dan sejenisnya.
Di tahun 80-an, kita dimanjakan dengan penampilan Ira Maya Sopha, Chicha Koeswoyo, Dina Mariana, Diana Papilaya, Ria Irawan hingga Adi Bing Slamet.
Era 90-an yang disebut sebagai masa keemasannya para penyanyi cilik, kita bisa menyaksikan penampilan menggemaskan dari Trio Kwek Kwek, Joshua, Maissy, Sherina (I loveee this girl), Tina Toon, hingga Tasya Kamila.
Dan memasuki tahun 2000 kayaknya masa kegelapan mulai terjadi ya.
Masalahnya, kalau sudah tahu nggak ada lagu anak-anak berkualitas, apa iya kemudian orang tua pasrah dan membebaskan anak-anak menyanyikan lagu alay yang nggak jelas? Nggak dong. So, apa langkah yang bisa kita lakukan?
*Image dari az616578.vo.msecnd.net
Orang tua perlu cermat menyaring lagu-lagu yang akan didengar oleh anak-anak kita. Saya pribadi masih rajin mendownload (dari sumber resmi tentunya, bukan bajakan) lagu anak-anak yang hits pada masanya dan rutin mengenalkan ke kedua anak saya. Seperti lagu Sherina yang berjudul “Pelangiku”, “Andai Aku Besar Nanti”, “Kembali ke Sekolah”, “Balon Udaraku.” Menyambut Lebaran, saya putar lagu-lagunya Tasya seperti “Ketupat Lebaran” dan “Minal Aidin Wal Faizin.” Dan lagu liburan Tasya “Libur Telah Tiba”. Setidaknya, di tengah gempuran lagu-lagu nggak jelas yang nggak hanya bikin sakit telinga namun juga sakit kepala, anak-anak saya tahu ada lagu-lagu indah yang sesuai dengan usia mereka untuk dinikmati.
Kenal kemudian sayang. Itu yang terjadi pada anak-anak saya. Saat mereka terbiasa mendengarkan lagu-lagu itu, mereka pada akhirnya bisa menyukainya kok.
Berikutnya, ya jangan kita kasih tempat pada lagu-lagu sampah yang nggak jelas. Nggak usah cari youtube-nya untuk kita dengar, karena itu sama aja kita menambah views bagi pemilik akun.
Dan terakhir, rutin mencari lagu anak-anak yang seringkali tenggelam dengan lagu-lagu nggak penting yang kerap kali diputar di acara televisi yang sama nggak pentingnya. And finally, saya menemukan satu artis cilik baru yang menurut saya memiliki koleksi lagu-lagu yang sesuai bangeeeet untuk anak-anak. Naura.
Swear saya nggak dibayar kok untuk memuji Naura. Awalnya saya sendiri sempat negative thinking karena mikirnya “Halaaah, palingan dompleng nama besar ibunya, Nola Be3.” Tapi semalam, ketika saya mengunjungi media sosialnya dan mencari websitenya, saya jatuh cinta pada lagu-lagu yang ia nyanyikan. Inilah yang saya cari. Seorang anak yang bernyanyi sesuai usianya dan ditujukan untuk anak-anak. Liriknya menarik, videonya seru dan lagunya bisa dinikmati.
Harapan saya, semoga saja semakin banyak Naura-Naura baru yang bermunculan. Dan Naura sendiri pun tidak akan mengalah pada selera pasar yang…. ya gituuuu deh.