Sakit perut pada anak ternyata memang nggak boleh disepelekan. Buktinya, sakit perut yang dialami Bumi berujung dengan usus buntu. Iya, anak kecil ternyata juga bisa mengalami usus buntu.
Tanggal 19 Mei lalu, rencana merayakan ulang tahun anak saya, Bumi yang ke-6 mendadak buyar seketika. Bukannya menghabiskan waktu cuti dengan kencan berdua sesuai rencana, justru harus kami habiskan di rumah lantaran Bumi mengeluh sakit perut. Nggak cuma sakit perut saja, sih, waktu itu Bumi pun mengalami demam, diare, dan selalu muntah setelah makan ataupun minum.
“Ibu, perut aku sakiiittt.... aku nggak kuat,” rintih Bumi waktu itu.
Mendengar teriakannya dan melihat kondisi tubuhnya yang cukup lunglai, saya feeling kalau sakit perut yang dirasakan Bumi bukan sakit perut biasa. Saya pun lantas browsing dan mencari tahu lebih lanjut apa penyebab nyeri perut yang dialami Bumi. Begitu membaca berbagai artikel kesehatan, saya langsung curiga kalau Bumi mengalami usus buntu. Apalagi posisi sakit di perut yang dialami merupakan area yang mengindikasikan sakit usus buntu. Termasuk kalau melihat beberapa keluhan yang dirasakan Bumi.
Adapun keluhan usus buntu pada anak ini biasanya sangat khas, yaitu terasa nyeri di daerah perut bagian bawah pusar. Rasa sakit bermula dari ulu hati selama beberapa hari, kemudian berpindah ke bagian kanan bawah perut dan menetap di sana. Diikuti dengan gejala di mana anak akan mengalami demam, mual sampai muntah. Apapun yang yang masuk ke dalam perutnya seakan ditolak dengan cara dimuntahkan. Rasa nyerinya pun yang semakin meningkat, biasanya akan membuat anak nggak tahan sehingga harus membungkuk, bahkan ada yang sampai kesulitan untuk berjalan.
Melihat kondisi Bumi yang kepayahan, keesokannya hari saya langsung memutuskanmembawanya ke Rumah Sakit Puri Cinere. Benar saja, setelah diperiksa oleh dr. Rusmala Deviani Zen, SpA, dokter pun curiga Bumi mengalami usus buntu. Waktu itu, dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk mengonfirmasi rasa sakit pada perut. Bagian di sekitar usus buntu, perut kanan bawah, akan ditekan secara perlahan-lahan, kemudian kaki kanan Bumi diminta untuk dinaikkan membentuk siku.
"Mama... ini saya memang curiga kalau Bumi kena usus buntu. Untuk memastikan langsung USG saja, ya, untuk melihat kondisi usus Bumi seperti apa... baru setelah itu Mama lanjut konsultasi dengan dokter bedah anak, apakah memang Bumi harus segera dioperasi atau tidak,” ungkap dr. Rusmala.
Deg... hati saya mencelos...
“Operasi, dok? Harus sekarang juga?”
“Iya... Mama... apalagi kalau ternyata sudah perforasi atau pecah.”
Dan benar saja, apa yang saya khawatirkan ternyata benar-benar terjadi, hasil pemeriksaan USG membuktikan kalau Bumi sudah mengalami peradangan usus buntu akut. Karena tidak mau mengambil risiko, dr. Rusmala merujuk agar Bumi dioperasi hari itu juga. Sebelum operasi, Bumi lebih dulu melakukan beberapa pemeriksaan, seperti cek darah dan rontgen.
"Jadi apa penyebab terjadinya usus buntu pada anak, dokter?" tanya saya. "Sebenarnya sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti terjadinya usus buntu, kalau sudah kita ketahui, tentu sudah bisa dicari cara pencegahannya. Sementara kalau banyak yang bilang usus buntu karena senang makan cabai, jambu biji atau makanan berbiji itu juga belum terbukti. Usus buntu ini memang karena adanya infeksi bakteri dalam tubuh. Kita pun sebenarnya tidak tahu pasti kan kondisi bakteri dalam tubuh seperti apa?” terang dr. Rosmala.
Di samping itu, faktor yang sering kali dituding sebagai penyebab usus buntu adalah masuknya kotoran atau fases. Penyumbatan inilah yang akhirnya menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak atau tersumbat di dalam usus buntu sehingga bisa menyebabkan peradangan. Apabila peradangan ini terus dibiarkan tentu saja berisiko menyebabkan abses atau bernanah, lalu lalu terjadi kebocoran pada dindingnya, serta penyebaran infeksi ke bagian perut yang lain hingga ke seluruh tubuh.
"Ibu, operasi itu seperti apa? Sakit, nggak?" tanya Bumi sesaat sebelum masuk ruang operasi.
“Kita berdoa saja kalau kondisi usus buntunya belum abses dan terjadi perforasi. Kalau sudah bocor, tahapan operasinya lebih lama karena akan operasi besar di mana usus dan rongga perut harus benar-benar dibersihkan lebih dulu,” ujar dr. Nadifa Agil, SpBA, dokter bedah anak di RS. Puri Cinere yang menangani Bumi.
Begitu mendengar penjelasan dr. Nadifa, perut saya mendadak mules. Setelah hampir menunggu proses operasi selama 1 jam 15 menit, saya akhirnya mengetahui kalau usus buntu Bumi memang sudah terjadi abses dan perforasi. *hiks*
Meskipun sempat menyesal dan merasa kecolongan kenapa saya tidak lebih waspada, tapi saya masih sangat bersyukur kalau kondisi usus buntu Bumi segera diatasi. Waktu itu dr Rusmala juga menjelaskan kalau sampai saat ini fungsi usus buntu sendiri belum diketahui, sehingga pengangkatannya juga tidak memengaruhi kesehatan. Paling tidak dari sini saya jadi lebih banyak belajar kalau penyakit anak, apapun bentuknya memang tidak boleh disepelekan sama sekali.