Buat ibu-ibu macam saya, termometer ibarat 'sahabat' setia dalam menjalankan peran sebagai ibu. Tapi tahu nggak, sih, Mommies kalau sebenarnya termometer ini banyak sekali macamnya? Hal ini perlu kita ketahui untuk mencocokan pada si kecil.
Ketika anak mulai demam, hal apa yang pertama kali Mommies lakukan? Menghubungi suami atau dokter? Pasti nggak, dong, ya... kalau saya, sih, biasanya secara refleks akan memegang dahi untuk mengetahui seberapa panasnya. Setelah itu langsung mencari kotak P3K untuk mengambil termometer. Biar bagaimanapun, dengan ketika anak panas, dengan bantuan alat kecil ini kita jadi bisa tahu perubahan-perubahan suhu tubuh anak secara akurat.
Selama ini, sih, saya memang hanya menggunakan termometer digital. Buat saya, termometer ini cukup akurat dan bisa digunakan dengan cepat. Cara untuk mengetahui suhu tubuh, saya hanya perlu menyelipkan termometer tersebut ke ketiaknya.
Jenis termometer ini sebenarnya cukup banyak, di antaranya ada termometer air raksa, termometer digital, termometer inframerah, termometer alkohol, termometer dinding, termometer laboratorium dan masih ada banyak jenis termometer lainnya. Tapi, kali ini saya mau fokus membahas termometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh anak saja, ya.
Setelah bertanya dengan DSA-nya Bumi, dr. Sandra Darmawan Rompas, SpA dari Rumah Sakit Cinere, ia menegaskan kalau pemilihan termometer ini perlu disesuaikan dengan usia anak. "Pada dasarnya semua termometer akurat, tapi memang perlu disesuaikan dengan usia anak. Kalau bayi, hingga usia kurang dari 3 bulan, cocoknya pakai yang termometer rectal. Di atas 3 bulan bisa pakai termometer yang lain, bisa di dahi ketiak, dan yang sudah lebih besar bisa menggunakan yang telinga".
Kalau begitu, yuk, kita bahas satu persatu...
Termometer Digital
Ngomongin segi kepraktisan, menurut saya, sih, termometer digital memang juaranya. Tinggal mengempitkan di ketiak anak, dan setelah mendengar bunyi ‘bip’, suhunya sudah bisa dilihat. Sayangnya, nih, saya pernah merasa kesulitan juga ketika sedang mengukur suhu tubuh anak saya Bumi. Lantaran sering menggeliat dan nggak bisa diam, saya jadi perlu usaha ekstra. Ketika mengukur suhu di ketiak juga harus dipastikan menyentuh langsung pada kulit anak, ya. Sementara kalau termometer digital yang digunakan di mulut, dr. Sandra menyarankan agar tidak menggunakannya setelah anak makan. Jadi, perlu jeda dulu selama 30 menit. Oh, ya, menurut salah satu teman saya yang sering menggunakan termometer di mulut, termometer ini lebih cocok digunakan untuk anak yang usianya di atas 4 tahun. Soalnya anak seusia ini sudah bisa diajak bekerjasama. Oh, ya, termometer digital ini juga ada yang diukur di anus, atau yang disebut termometer rectal. Termometer digital ini biasanya memang digunakan untuk bayi, dan tingkat keakuratannya sangat tinggi.
Termometer Telinga
Nah, termometer yang satu ini ternyata cukup banyak yang menggunakan. Salah satunya adalah Thatha. “Di rumah gue memang punya dua termometer. Termometer digital dan telinga. Dari pengalaman selama ini, gue merasa termometer ini lebih cepat dan akurat, sedetik saja hasilnya sudah bisa dilihat. Menurut gue, sih, termoter ini cocok buat anak yang usia toddler yang nggak betah ditempelin termometer di ketiak ataupun mulut”. Termometer ini sendiri menggunakan sinar inframerah untuk mengukur suhu tubuh melalui saluran telinga. Oleh karena itu, perlu memerhatikan kondisi kotoran telinga atau saluran telinga lebih dulu, dengan demikian jadi nggak mengganggu keakuratannya. Tapi saya sempat membaca beberapa artikel kesehatan yang mengatakan kalau termometer ini kurang cocok digunakan pada bayi karena liang telinga masih kecil. Bahkan hal ini juga ditegaskan oleh The American Academy of Pediatrics (AAP) yang tidak menganjurkan penggunaan alat ini pada bayi berusia kurang dari tiga bulan. Hal ini pun diamini oleh dr. Sandra yang menyarankan penggunaan termometer ini untuk anak yang usianya sudah cukup besar.
Termometer Empeng
Nah, dari sekian banyaknya jenis termometer, jenis yang satu ini bentuknya unik. Ya, persis empeng buat anak-anak. Jadi, termometer jenis ini memang di desain untuk anak-anak agar saat pengukuran mereka tetap merasa nyaman layaknya sedang ngempeng. "Jenis ini memang recommended buat bayi karena bisa tetap membuat mereka nyaman," ujar dr. Sandra. Sayangnya, pengukurannya butuh waktu yang cukup lama, hingga 6 menit. Soalnya, menunggu proses anak mengempeng lebih dulu.
Termometer Air Raksa
Dari sekian banyak jenis termometer, jenis air raksa merupakan model yang cukup jadoel. Termometer ini menggunakan air raksa atau merkuri sebagai pengisinya. Kalau model digital, ketika bunyi bip sudah bisa melihat hasilnya, termometer ini kita perlu mengawasi naiknya air raksa pada pipa kapiler. Untuk melihat hasilnya, kira perlu menunggu 3 sampai 5 menit. Selain itu, kalau memang suhu tubuh anak kita nggak terlalu tinggi memang tidak bisa ‘terbaca’ oleh alat termometer air raksa. Menurut dr. Sandra termometer yang satu ini sudah tidak direkomendasikan lagi.