Ditulis oleh: Lariza Puteri
Karena melepas popok ibarat love and hate relationship bagi saya. Penuh drama dan tak bisa dianggap mudah namun nggak sabar menanti momen ini datang. Iya nggaaaak???
Satu lagi tahapan perkembangan anak yang cukup membuat saya deg-degan. Potty training! Gimana, enggak? Beberapa teman bercerita, tahapan ini penuh dengan drama. Dari mulai anak yang menangis kencang di kamar mandi hingga anak yang trauma liat kamar mandi. Kalau ditanya, apa saja persiapannya? Maka jawaban saya adalah menyiapkan sabar dengan level yang paling tinggi.
Apa yang saya lakukan pada Dhia dulu, mungkin bisa menjadi tips jitu untuk Mommies. Berikut tipsnya:
*Image dari i-pottytraining.com
1. Lihat kesiapan fisik anak
Lupakan sudah yang namanya apa kata buku, artikel atau pengalaman teman tentang anak mereka. Karena apa yang tertulis atau terjadi pada anak dari teman kita, bisa berbeda 180 derajat dengan anak kita. Sebagai masukan boleh, tapi jangan sampai terpaku banget. Saya pribadi melihat kesiapan fisik dengan memerhatikan ekspresi Dhia saat menahan BAK atau BAB, popok cenderung kering saat bangun tidur dan BAB anak cenderung memiliki waktu yang rutin setiap hari. Infonya, Otot-otot anak mulai bisa mengontrol kandung kemih mulai usia 18 bulan.
2. Pilih dudukan toilet
Ibarat kata punya alat perang yang sesuai sama hati, pasti kan kita jadi lebih senang ya menjalaninya. Nah, sebelum ritual toilet training berjalan, saya mengajak Dhia membeli dudukan toilet sesuai keinginannya.
3. Mengatur jadwal
Sejak MPASI, saya mengajarkan Dhia untuk disiplin waktu makan. Hal ini ternyata berguna saat akan potty training. Sebab, dengan mengatur asupan makan dan minum, BAK jadi lebih terprediksi. Saat-saat itulah saya rajin mengajak Dhia ke toilet.
4. Melibatkan seluruh pihak
Karena saya bekerja, otomatis kegiatan ini harus didukung oleh pengasuh Dhia. Karena biasanya si mbak suka nggak tegaan, saya harus tegas, "Dhia harus diajak ke toilet 2-3 jam sekali ya walaupun kayaknya ia sedang tak mau pipis."
5. Contohkan dengan benar
Ada kalanya saya mengajak Dhia saat saya akan BAK. Sambil BAK saya jelaskan tahap-tahapnya. Mulai dari duduk di toilet, buang air kecil, menyiram alat kelamin hingga bersih, menyiram toilet dan yang terakhir cuci tangan.
6. Mulai lepas popok
Secara perlahan saya tidak lagi memakaikan popok pada Dhia. Jadi, Dhia merasakan tidak nyaman saat celananya basah akibat mengompol.
7. Berdamai dengan 'kebobolan'
Namanya juga proses, satu dua kali anak mengompol, terutama pada malam hari, ya terima ajalah Moms. Jangan malah marah-marah dan mengatakan kalau si kecil nggak pintar. Lah, kalau gara-gara melihat saya marah Dhia jadi semakin sulit belajar, piye?
8. Beri pujian
Bagaimanapun proses bisa pipis sendiri itu hal yang cukup berat lho bagi balita. Jadi,saya nggak pernah pelit memberi pujian kalau Dhia berhasil pipis di toilet.
9. Buku cerita andalan
Karena Dhia suka sekali dongeng, saya memanfaatkan hal ini dengan membeli buku cerita tentang toilet training dan buku organ manusia! Saya benar-benar menjelaskan proses masuknya minum hingga sisa minuman yang harus dibuang dari dalam tubuh. :D
Untuk point nomor lima itu, saya suka dikomplein sama beberapa teman saya, karena katanya harusnya jangan mengajak anak melihat kita BAK, kalau menurut Mommies gimana?