banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

5 Cara Mengajarkan Anak Menghemat Pemakaian Air

author

adiesty30 Apr 2016

5 Cara Mengajarkan Anak Menghemat Pemakaian Air

Usia anak-anak seperti Bumi memang masih senang main-main dengan air. Walaupun begitu, saya dan suami selalu berusaha mengajarkannya untuk bisa menghemat air. Bagaimana caranya?

"Bumiiiii... kok  main air terus begitu, sih? Bumi... kenapa kerannya dibiarkan nyala terus menerus? Jangan buang-buang air seperti itu, dong, Mas Bumi..."

hemat air

Entah sudah berapa puluh kali kalimat seperti di atas saya ucapkan pada Bumi. Iya, saya paling geregetan kalau melihat ulah anak saya yang terlihat seenaknya menggunakan air.  Sebenarnya saya juga sangat paham, kalau anak seusia Bumi memang masih doyan main air. Senang berendam di bak, senang ikut bantu nyuci piring dan nyuci baju karena akan punya kesempatan main air lebih lama, apalagi kalau tahu bapaknya mau nyuci mobil. Wah, yang ada Bumi yang lebih heboh.

Anak yang sangat menikmati sensasi bermain air memang nggak salah. Hanya saja, yang perlu ditekankan di sini adalah bagaimana mengajarkan anak untuk bisa berhemat air. Bukan berarti pelit, lho, ya. Hemat di sini lebih kepada mengajarkan anak untuk menggunakan air secukupnya, sesuai kebutuhan, atau sesuai keadaan. Jadi, nggak perlu berlebihan.

Lagi pula, mana ada sih, mahluk hidup di dunia ini yang nggak butuh air? Tapi, mengingat kondisi air di bumi juga semakin menipis, penting buat saya untuk mengajarkan kepedulian terhadap lingkungan kepada anak sejak dini. Dulu, ketika memutuskan memberikan nama anak saya, Bumi, saya dan suami sama-sama berharap anak saya tumbuh menjadi manusia yang membumi dan tentunya bisa menjaga bumi yang ia pijak.

Sadar kalau sekedar cuapan nggak akan efektif mengajarkan Bumi saya pun memutuskan untuk melakukan beberapa hal di bawah ini. Apa saja?

  • Salah satu langkah yang selalu dan masih saya lakukan saat ini adalah mengingatkan anak saya, Bumi, untuk tidak membiarkan keran menyala ketika memang ia tidak membutuhkannya. Baik saat buang air kecil, buang air besar, ketika menggosok gigi, atau saat melakukan aktivitas lainnya. Soalnya, semakin banyak air yang mengucur, otomatis akan makin banyak air yang terbuang.
  • Siapa di antara Mommies yang di rumahnya menggunakan pancuran atau shower untuk mandi? Ternyata banyak penelitian yang membuktikan kalau mandi dengan shower jauh lebih hemat daripada dengan ember atau bak mandi. Konon, mandi menggunakan gayung bisa menghabiskan hingga 60 liter air, sementara dengan shower bisa jauh lebih hemat karena guyuran shower yang seperti hujan bisa menyiram seluruh tubuh dengan lebih merata. Oh, ya, saya sempat membaca sebuah artikel yang menuliskan kalau Riyanni Djangkaru, menerapkan mandi hanya dengan 2 gayung air saja! Siapa yang sudah menirunya?
  • Salah satu cara yang cukup efektif untuk mengajarkan anak terhadap kepedulian lingkungan termasuk hemat air adalah bercerita lewat buku ataupun berita. Paling nggak, dengan tokoh yang ada dalam buku cerita, anak-anak bisa mendapatkan pesan-pesan moral yang bisa mendorong anak-anak untuk membangun karakter positif.
  • Memanfaatkan air bekas. Seperti yang sudah sempat saya singgung di atas, rasanya sudah nature-nya anak-anak senang main air. Supaya hemat air, bagaimana kalau kita mengajak anak-anak untuk memanfaatkan air bekas? Misalnya, nih, ketika sedang mencuci sayur, buah, atau beras, jangan lupa tampung airnya. Kemudian, minta bantuan anak untuk menyiram tanaman menggunakan air tersebut.
  • Langkah selanjutnya bisa dibilang cara yang paling utama dan harus dilakukan. Apalagi kalau bukan menjadi contoh. Iya, anak itu kan memang butuh contoh yang kongkrit sehingga mereka bisa meniru perilaku yang baik. Kalau kita orangtuanya masih sering terlihat nggak bisa menghemat air, bagaimana bisa dicontoh?
  • Sejauh ini, sih, lima langkah ini yang saya terus lakukan. Bagaimana dengan Mommies yang lain? Ada kiat lainnya?

    Share Article

    author

    adiesty

    Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan