Benarkah atasan perempuan itu lebih banyak menggunakan perasaannya ketimbang logika dalam berpikir, dan apa benar bos perempuan itu menyebalkan? Cari tahu kebenaran dan teorinya yuk, Mommies.
Kini semakin banyak perempuan yang berkarya dan menunjukkan eksistensinya, ini menandakan kaum perempuan semakin berdaya dan mampu menyetarakan dirinya dengan kaum pria. Dan tak jarang, beberapa dari mereka menduduki posisi bergengsi di sebuah perusahaan. Hmmm, bagaimana ya, ceritanya jika perempuan berperan sebagai atasan?
Apa kata mereka tentang atasan perempuan?
Selama lima kali berkantor (termasuk di tempat yang sekarang), di tiga kantor terdahulu dan sekarang saya mendapatkan atasan perempuan. Rata-rata atasan perempuan memang lebih perhatian dan detail. Baik dari segi pekerjaan maupun interaksi sehari-hari. Namun, saya sempat tergelitik dengan pernyataan teman saya yang berbunyi “Bos perempuan itu moody, apa karena kebanyakan perempuan kalo sedang datang masa periode bulanannya jadi lebih mudah marah, ya?. Apalagi kalau ada kesalahan, jadi berkali lipat marahnya!.” yang menariknya teman saya itu juga mengakui kalau ketika bekerja sama dengan pemimpin perempuan ia dan bersama timnya merasa bos perempuan itu lebih perhatian dengan hal-hal kecil.
Testimoni barusan saya dapatkan dari teman laki-laki, di pihak lain sebenarnya dia sudah menyadari kalau perubahan suasana hati secara drastis ini disebabkan faktor siklus datang bulan seorang perempuan. Tapi nih, Mommies Misalnya kalau ada rapat, makanan kecil selalu terhidang, bahkan setelah rapat masih ada makanan susulan.
Hal yang sama juga diamini oleh dua teman perempuan saya, mereka berdua bilang “Bos perempuan itu lebih perhatian, dan menyenangkan – ya walau tergolong bawel, hehehehe.” Serunya lagi nih, Mommies, kata mereka – punya atasan perempuan itu bisa saling berbagi ilmu tentang fashion, makeup hingga cerita tentang pasangan. Nah, kan, peran atasan perempuan tak tertutup kemungkinan bisa menjadi teman cerita kan? Dan jauh, dari kata menyebalkan apalagi kejam, dong ya :)
Perasaan VS Logika pada perempuan
Lalu ada juga nih, curhatan teman lama saya yang selalu terngiang-ngiang “Bos gw itu, lebih banyak menggunakan perasaan deh daripada logikanya.”. Nah, anggapan semacam ini ternyata memang ada benarnya karena menurut Dian Puty Oscarini – Psi Praktisi SDM & Psikolog. Secara anatomi otak perempuan dan laki-laki memang ada perbedaan, “Ada bagian di otak yang menghubungkan antara otak kiri dan otak kanan dimana bagian itu lebih besar. Sehingga aliran antara otak kiri dan kanan menjadi lebih besar. Dan otak kiri itu lebih banyak bicara tentang logika, dan otak kanan lebih kepada kreatifitas dan komunikasi,” jelas Dian. Jadi nggak heran kan, anggapan teman saya di atas yang bilang kalau bos perempuan itu bawel, ya memang dari fungsi otaknya saja mendukung perempuan untuk memiliki karakterisitik demikian :D
Selain itu, nih Mommies dalam otak manusia ada yang dinamakan sistem limbik, bagian ini berfungsi untuk mengatur rasa. Dan bagian ini berkembang lebih pesat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. “Sehingga wajar saja jika perempuan dan laki-laki ada perbedaannya. Misalnya perempuan terkadang terlihat lebih emosional,” tutur Dian. Jelas sudah kan, Mommies kenapa perempuan itu lebih mengedepankan perasaan ketimbang logikanya.
Pada kasus perempuan yang menjadi atasan atau pemimpin, teori mengenai sistematika kerja otak ini juga mendatangkan keuntungan. “Hal ini sebetulnya bisa menjadi kelebihan dari sisi perempuan itu sendiri. Terutama ketika kita menjadi atasan, bukan semata-mata fokus kepada target yang jelas yang membuat kita bisa menggerakakan tim. Tapi ketika kita tahu pada yang dirasakan tim kita, dan tim kita merasa dimanusiakan, di situlah kita bisa memotivasi mereka –termasuk mengambil hatinya,” pungkas Dian yang memberikan banyak pencerahan kepada saya.
Jadi, gimana nih, Mommies? Atasan perempuan tidak menyebalkan seperti yang digambarkan sebagian orang kan? :)