Selama dalam kandungan, janin akan merasa aman, nyaman, dan terlindungi dengan adanya air ketuban. Oleh karena itulah penting bagi bumil untuk mengetahui kecukupan air ketuban.
Salah satu hal yang wajib diperhatikan para bumil adalah mengetahui cara menjaga kecukupan air ketuban. Ngomongin masalah air ketuban, cairan ini memang banyak sekali manfaatnya. Mulai dari menjaga suhu di rahim tetap stabil, sehingga di mana pun kita berada, si bayi bisa tetap merasakan kehangatan dan nyaman. Belum lagi manfaat penting air ketuban yang lain, untuk merangsang jaringan paru-paru janin untuk berkembang.
Jadi kebayang, ya, kalau jumlah air ketuban kurang pasti akan berakibat fatal karena akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Karena was was dengan kecukupan air ketuban, dulu saat pemeriksaan kehamilan, saya selalu memeriksakannya secara rutin. Nggak tahu kenapa saya sempat parno, takut kalau ukuran air ketubannya nggak normal, entah sedikit atau bahkan malah terlalu banyak.
Seperti yang dikatakan dr. Yusfa Rasyid Sp.OG. MARS, bahwa jumlah air ketuban mencerminkan kondisi kesehatan janin. “Biasa kondisi air ketuban yang tidak normal ini bisa membuat kelainan letak karena bayi mengapung saja, bisa menyebabkan melintang. Kalau memang tidak ada masalah apa-apa dan tidak ada kelainan, ya sudah biarkan saja sampai janin dilahirkan. Tapi memang sebisa mungkin cegah melahirkan preterm,” ungkapnya.
Biasanya, persalinan preterm atau prematur ini memang bisa terjadi apabila air ketuban terlalu banyak. Meskipun penyebab belum bisa dipastikan secara pasti, namun dr. Yusfa mengatakan kalau ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya polihidramnion, seperti masalah genetika pada janin, adanya kondisi plasenta yang tidak normal, dan kondisi ibu yang mengalami diabetes.
Dokter kandungan yang berpraktik di RS. YPK Mandiri, Menteng ini juga mengungkapkan apabila ibu hamil mengalami air ketuban yang berlebih perlu diawasi. Salah satu tidakan untuk mengurangi jumlah iar ketuban, bisa dilakukan adalah dengan amniosentesis. “Jadi memang ada beberapa bisa dihilangkan secara aman melalui proses yang disebut amnioreduction, yang dilakukan melalui amniosentesis. Namun, tentu saja perlu dilakukan pemeriksaan rutin terlebih dahalu”.
Sementara kondisi air ketuban yang sedikit, atau oligohidramnion dapat terjadi karena beberapa faktor Ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi kronis, kondisi plasenta yang terlepas dari dinding rahim atau memang ada masalah pada janin, seperti kelainan genetik, pertumbuhan janin terhambat, atau adanya masalah ginjal maupun saluran kemih.
Mengingat kondisi kondisi kurang atau berlebihnya jumlah air ketuban ini tidak bisa dicegah, dr. Yusfa pun menyarankan agar bumil memang wajib mengenali tanda-tanda air ketuban yang tidak normal sehingga bisa segera mendapat pertolongan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu tentu saja pentingnya melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan secara rutin. Untuk mencegah terjadinya risiko yang ada, dr, Yusfa pun menandaskan bahwa salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan proses lahiran yang dipercepat sehingga janin bisa diselamatkan.