banner-detik
HEALTH & NUTRITION

Gerakan Dokter Gigi Peduli, Seperti Apa?

author

adiesty05 Mar 2016

Gerakan Dokter Gigi Peduli, Seperti Apa?

Ketika tenaga medis seperti dokter gigi mau mengabdi dan tidak melulu memikirkan materi, tentu kondisi kesehatan gigi masyarakat di Indonesia akan semakin sehat. Iya, sudah saatnya para dokter gigi peduli diberikan apresiasi.

Percaya nggak, kalau angka kesakitan gigi di Indonesia ini masih tinggi? Bahkan menurut data KEMENKES RI, di DKI Jakarta yang memiliki jumlah dokter gigi terbanyak, angkanya masih di atas rata-rata nasional, yaitu 29,1%. Angka keterjangkauan untuk mendapatkan pelayanan tenaga medis gigi di DKI Jakarta juga hanya 9,1%. Kalau di kota besar saja kondisinya cukup memprihatinkan  seperti ini, bagaimana kondisi kesehatan gigi masyarakat di pedalaman? Pantas saja, ya, kalau tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat di kota kecil atau pedalamaman soal kesehatan gigi masih sangat minim.

Belum lama ini saya mewakili Mommies Daily menghadiri jumpa pers yang dilangsungkan Pepsodent mengenai gerakan "Dokter Gigi Peduli". Gerakan ini memang sengaja digagas oleh Pepsodent dalam rangka ikut serta meningkatkan pelayanan kesehatan gigi di Indonesia. Saya sendiri cukup takjub dengan gerakan ini. Apalagi setelah mendengar dan melihat kalau masih banyak, kok, dokter-dokter khususnya  dokter gigi yang punya kepedulian tinggi. Bekerja dengan tingkat kepedulian yang sangat tinggi karena nggak semata-mata bekerja untuk mendapatkan materi saja.

Okter Gigi Peduli

Contohnya adalah drg. Devi Oktara, MKM, sosok perempuan ini layak diacungi jempol karena sebagai dokter gigi ia banyak melakukan kegiatan yang akhirnya membawa dirinya menjadi Tenaga Kesehatan Teladan Provinsi Banten tahun 2014. Memang apa saja, sih, yang dia lakukan? Banyak! Selain memberikan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas, dirinya juga melakukan kegiatan promotif dan preventif dengan mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan membentuk kader kesehatan gigi dengan menggandeng anak-anak remaja Karang Taruna.

Selain drg. Devi ada juga Gracety Shabrina. Calon dokter gigi yang sudah tercatat sebagai dokter gigi muda di FKG Universitas Padjajaran ini menggagas komunitas Dens Do, di mana komunitas ini berkeliling ke pelosok daerah untuk memberikan edukasi kesehatan mulut. Grace mengatakan, "Awalnya saat sedang ke Karimun Jawa, saya merasa prihatin karena di sana nggak ada dokter gigi. Kondisi kesahatan gigi dan mulutnya juga sangat parah," ungkapnya.

Bahkan katanya lagi, ketika ia berkunjung ke Badui, masyarakat setempat masih mengira kalau sakit gigi itu merupakan sebuah kutukan. "Ada, lho, pasangan suami istri yang akhirnya bercerai cuma karena sakit gigi. Mereka mengira pasangannya itu kena kutukan. Di Kupang, juga ternayata masyarakatnya belum tahu kalau gigi itu harus disikat dan dibersihkan," paparnya. Duuh... miris, ya?

Mendengar cerita mereka paling tidak membuktikan kalau masih banyak, kok, tenaga medis yang punya kepedulian tinggi. Punya semangat juang dalam rangka membantu pemerataan kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Sebagai brand pasta gigi yang peduli dengan kesehatan gigi, Pepsodent pun memberikan apresiasi kepada mereka sebagai 'Dokter Gigi Peduli'.

dokterpeduli

"Kami paham bahwa 80% kegiatan pelayanan kesehatan bergantung pada sumber daya tenaga medisnya. Pepsodent juga menyadari kalau pemerataan edukasi kesehatan gigi terutama di daerah pedalaman akan terlaksana dengan baik jika ditunjang oleh sumber daya kesehatan yang memadai baik dari segi kualitas dan kuantitas," ungkap drg. Ratu Mirah Afifah, GCClintDent., MDSc., Head of Professional Relationship Oral Care, PT Unoilever Indonsia Tbk.

Untuk itulah Pepsodent akan mendukung sepenuhnya kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh komunitas Dens Do ataupun drg. Devi Oktara dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Harapannya, gerakan ini akan membangkitkan semanagt pengabdian para tenaga medis sehingga ke depannya kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia akan semakin meningkat dan merata.

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan