Sorry, we couldn't find any article matching ''
7 Tips Menjadi Pekerja Anti Lembur
Ditulis Oleh: Waristi Amila
Percaya deh, kualitas kerja dan loyalitas kita sebagai pekerja tidak dinilai dari seberapa banyak jam kerja lembur yang kita jalani. Ini 7 cara menjadi pekerja anti lembur.
Akhir tahun kemarin, saya menemani si Abang (Anak tertua saya – 14 tahun) ke sebuah acara berkumpulnya ratusan distro dan pengusaha clothing. Abang heboh sekali ingin mengunjungi sebuah stand yang (menurut dia) punya desain kaus dengan kata-kata yang seru. Satu kaus yang dipajang menarik perhatian saya, sayangnya saya lupa mengambil foto (dan ukuran kaus itu terlalu besar untuk saya beli), kurang lebih kata-katanya, Lembur 101: Jam kerja 8 – 5, 5 pagi tapi.
Saya tertawa, tapi tertawa miris, tulisan sederhana ini pastinya mewakili banyak orang yang entah kenapa harus menghabiskan waktunya untuk bekerja sampai larut malam, bahkan dini hari. Saya adalah orang yang sangat percaya kalau work smart jauh lebih penting daripada work hard, dan saya yakin kalau saat ini perusahaan tidak lagi menilai kinerja pegawainya dari berapa lama dia bekerja di kantor tapi bagaimana efektifnya dia bekerja dan bagaimana hasil kerja.
Sebagai "orang event“, jam kerja saya memang jauh dari kata jelas. Kadang bisa sampai pagi di lokasi untuk set-up, kadang bahkan tidak pulang sama sekali. Untuk mommies yang bekerja dengan jam kerja normal (dibandingkan jam kerja saya sebagai orang event), maksimalkan pekerjaan kita selama 5 – 6 jam saja per harinya, karena itu adalah waktu terlama yang bisa ditolerir otak untuk bekerja.
[caption id="attachment_61673" align="aligncenter" width="615"] Ini saat saya dan team sedang menyiapkan event di Bromo[/caption]
Karena lembur bukan hanya tidak menyenangkan, tapi tidak baik untuk kesehatan dan hubungan dengan orang-orang terkasih. Saya punya beberapa hal sederhana yang saya terapkan (kalau saya lagi tidak terjebak dengan persiapan event, hahaha). Let’s see, mungkin ini juga cocok buat mommies.
1. Keep your eye on the result
Saat menerima dan melakukan pekerjaan, fokuslah pada hasil akhir yang kita inginkan. Ini penting supaya kita bisa terus termotivasi untuk bekerja dan tidak mudah terdistraksi seiring proses berlangsung.
2. A.S.A.P
Jangan tunda pekerjaan. Walau itu terlihat lebih sederhana dari yang lainnya, bukan berarti harus dilakukan di akhir. Yang harus dilihat adalah tenggat waktu, dan selesaikan tugas dengan tenggat waktu terdekat. Saya lebih suka menyelesaikan hal-hal yang lebih sederhana sebelum memikirkan konsep acara atau design ruang acara, karena kalau menjelang sore, saya merasa lebih lelah dan pekerjaan sederhana memberikan saya lebih sedikit tantangan, akhirnya malah malas dan lebih lama selesainya.
3. Fokus
Ketika bekerja, usahakan jangan memikirkan atau melakukan hal lain. Apabila otak lelah (setelah 45 menit atau satu jam), berhenti sesaat dari pekerjaan dan istirahatkan otak dengan cara sederhana. Texting your loved-ones, ngobrol ringan dengan rekan di kantor, menyeduh teh, bisa jadi caranya. Asal jangan terlalu lama ya, nanti malah jadi lembur karena kebanyakan istirahat.
4. Eliminate the X factor
Deadline semakin dekat, kerjaan menumpuk, tapi rekan kerja asyik mengoceh atau telepon di meja tidak berhenti berdering. Dalam situasi ini, saya langsung mengambil langkah cepat, pergi dan cari tempat tenang untuk bekerja. Masing-masing dari kita punya cara sendiri untuk berkonsentrasi, jadi cari cara yang paling efektif untuk bisa menjaga konsentrasi saat bekerja.
Mau tahu 3 tips lain yang saya punya? Cek laman selanjutnya
5. Set and understand your own limit
Tubuh punya physiological clock sendiri, jadi otak kita akan mengirimkan sinyal saat kita sudah terlalu lama melakukan sebuah kegiatan. Tapi batasan ini juga bisa termasuk batasan yang kita buat untuk diri kita sendiri. Jangan terlalu lama bergossip setelah makan siang, batasi penggunaan handpone untuk urusan personal pada jam kerja. Kembali lagi, kita butuh 6 jam waktu berharga kita untuk bekerja maksimal, jadi jangan sampai itu terpotong dan akhirnya lembur lagi.
6. Find your own rhythm
Buat saya ini penting. Tidak masalah mommies bekerja dengan jam kerja yang pasti atau pekerja kreatif dan pekerja lapangan seperti saya. Ritme bekerja itu sangat penting. Apabila kita bisa bekerja dengan ritme yang teratur dan stabil, kita akan mampu bekerja efektif. Jangan berhenti hanya karena tiba-tiba merasa malas dan akhirnya menghancurkan ritme yang sudah kita bangun di awal.
7. Understand yourself
Saya tidak akan pernah bosan untuk bilang kalau kita punya kontrol penuh atas diri kita sendiri. Tapi kita hanya bisa melakukannya saat kita mengerti diri kita. Apa yang kita butuhkan untuk bisa fokus saat bekerja – apakah ketika datang ke kantor kita harus ambil waktu 30 menit untuk minum teh dan baca koran misalnya, Apa yang kita butuhkan untuk bisa meminimalisir efek dari faktor X saat bekerja – misalnya memakai headphone, atau bekerja di ruang tertutup.
Sebagai pekerja, dengan tanggung jawab yang menyertainya, kita harus memastikan bahwa kita mampu memberikan hasil kerja yang berkualitas. Kadang bekerja dengan waktu lebih lama dari seharusnya menjadi satu-satunya pilihan, tapi akan jauh lebih baik kalau ini tidak menjadi kebiasaan. Hidup ini bukan cuma punya kita dan karir kita, kita punya orang-orang terkasih yang pasti akan jauh lebih bahagia kalau kita ada untuk mereka.
PAGES:
Share Article
COMMENTS