Ditulis oleh: Waristi Amila
Mungkin pindah kerja termasuk dalam resolusi tahun baru Anda. Namun, sebelum terburu nafsu, ada 8 hal yang yang perlu diperhatikan sebelum pindah kerja.
Seorang teman mengajak saya minum kopi sore ini. Bukan hal yang aneh memang, tapi semangat 45 di matanya membuat saya mengira-ngira berita hangat apa yang akan dia bagi untuk saya. Ternyata, semangatnya timbul karena dia ditawari pindah kerja. Sudah hampir empat tahun dia bekerja di perusahaan yang sekarang, sudah berkali-kali juga dia mengatakan kalau dia mulai jenuh dan sangat ingin pindah. Sebagai teman, tentu saya senang.
Tapi saat dia bertanya, “Should I take this offer?” saya merasa harus menanyakan beberapa hal sederhana ini.
1. Do you like the job?
Percaya atau tidak, pertanyaan ini penting. Seringnya keputusan seseorang untuk pindah kerja adalah untuk berlari. Rational decision, memang, untuk seseorang memilih pekerjaan agar dia terlepas dari kejenuhan di pekerjaan saat ini, atau untuk membuat dia terlepas dari masalah keuangan. Tapi, pekerjaan adalah komitmen jangka panjang, maka sangat penting bagi kita untuk menyukai sebuah pekerjaan. Belum pernah masuk ke bidang ini sebelumnya? Cari tahu. Bisa bertanya ke beberapa orang yang berkecimpung dalam bidang itu, atau sesederhana mencari tahu di internet.
2. Do you think you are capable to do the job?
Yakin kalau pekerjaannya menantang dan menyenangkan? Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita mampu mengerjakan pekerjaan itu? Saya lulusan administrasi kesehatan yang berkarir lebih dari sembilan tahun sebagai humas dan kini menikmati karir sebagai seorang Event & Exhibition personnel di sebuah perusahaan otomotif. Jadi bagi saya, tidak wajib untuk memiliki dasar pendidikan di suatu bidang untuk bisa berhasil di bidang itu, tapi penting untuk punya keyakinan kalau kita mampu.
Keyakinan ini harus ada dasarnya. Tidak punya pendidikan jurnalistik, tapi mampu menulis dengan baik dan bisa mencari bahan tulisan dengan efektif, maka tidak ada yang bisa bilang kalau kita tidak bisa jadi jurnalis. Sebaliknya, suka melihat bagaimana tim pembuat acara bekerja tapi tidak kuat untuk tidur lebih dari jam sebelas malam dan mudah stress saat tenggat waktu mendesak, maka jangan paksakan untuk bekerja di sebuah Event Organizer.
3. Job desk and range of responsibility.
Tawaran datang untuk menjadi Manager Pemasaran. Kita mengerti ilmu pemasaran dan kita yakin kita bisa. Tunggu dulu, jangan langsung bilang iya. Tanyakan apa tugas yang akan menjadi tanggung jawab kita. Ini penting karena harapan setiap perusahaan itu berbeda-beda. Jangan sampai kita sendiri merasa kalau – pada akhirnya – beban kerja yang diberikan kepada kita “tidak masuk akal” dan membuat kita tidak bisa memberikan hasil yang terbaik.
4. Your (future) colleagues.
Ini mungkin sulit, seringnya terasa seperti berjudi. Tapi tidak ada salahnya untuk bertanya, ada berapa banyak orang di tim kita, berapa range umurnya, dan hal-hal umum lainnya. Biasanya calon atasan kita akan sedikit banyak mau membahas hal ini ketika proses wawancara sudah mendekati tahap akhir. Karena bagaimanapun, tipe teman kerja bisa berpengaruh pada kenyamanan kita bekerja.
Apa lagi yang perlu kita cari tahu? Simak detailnya di halaman berikut ya, Mom.
5. The environment
Bukan hal baru kalau kemacetan menjadi masalah besar para pekerja di kota besar, maka jarak antara rumah dan kantor juga harus diperhatikan. Selain itu, akses ke kantor, kondisi gedung, keamanan, dan kondisi ruang kerja juga harus kita perhatikan. Most of us spend our time more at the office than at home, jadi kondisi ini jangan sampai luput dari penilaian kita.
6. Your (future) boss
People are not working for the company, they are working for their boss. Suka atau tidak, atasan kita akan menjadi faktor penting kesuksesan atau kehancuran karir kita. Tidak sedikit orang yang meninggalkan pekerjaan karena merasa tidak cocok dengan atasannya. Sedikit tips: Tidak ada salahnya mencari informasi tentang dia di internet, ketik namanya di google, and voila! You got access to their professional or (even) personal info. Minimal Anda bisa mencari tahu, apakah dia tipe pemimpin yang patut dicontoh. Lihat informasi tentang dia di linkedIn, fotonya, acara yang sering dia datangi, achievement-nya. Atau, percaya pada kata hati dan “chemistry”, kalau sudah merasa tidak cocok di awal, jangan dipaksakan.
7. The benefit
Sedalam apapun kita menyukai sebuah bidang pekerjaan, pada akhirnya kita akan melihat jumlah nominal yang kita dapatkan. Maka, besarnya pendapatan tentu harus seimbang dengan tanggung jawab pekerjaan. Bukan cuma gaji pokok, beberapa komponen lain juga harus diperhatikan: apakah kebijakan kantor bersahabat untuk para ibu bekerja seperti kita, asuransi kesehatan, tunjangan keluarga, bahkan perhitungan uang lembur atau kompensasi saat harus bekerja di hari libur nasional, semua harus menjadi bahan pertimbangan untuk kita.
8. Your career path
Yes, mommies, this is important. Pada akhirnya, kita harus berkembang menjadi lebih baik. Maka saat kita memilih untuk pindah ke tempat kerja baru, kita harus yakin bahwa kita bisa berkembang, baik secara professional maupun personal. Berkembang bukan berarti kita harus menjadi pemimpin, tapi berarti kita bisa memiliki pengetahuan lebih dalam, pengalaman lebih matang, bahkan koneksi yang lebih luas. Pekerjaan juga seharusnya memberi peluang bagi kita untuk tetap bisa melakukan hal yang menjadi minat kita di luar pekerjaan.
Memilih pekerjaan bukan berjudi, kita punya hak untuk menentukan dan memilih. Jujur pada diri sendiri, apakah pekerjaan ini yang kita mau dan mampu, karena ini akan menjadi penentu kesuksesan dan kebahagiaan kita. Jadi, sudah siap melangkah sekarang?