Banyak hal yang harus diperhatikan saat perempuan sedang mengandung. Salah satunya adalah kondisi plasenta.
Salah satu ketakutan perempuan di kala hamil adalah saat mengetahui kondisi plasenta yang tidak normal. Pasalnya, plasenta atau ari-ari yang merupakan sebuah organ penting yang berfungsi mengirimkan gizi dan oksigen dari darah pada janin. Supaya nggak dag dig dug karena kondisi plasenta abnormal, ada baiknya kita mengetahui kondisi plasenta sedini mungkin.
Saya masih ingat sekali dulu saat sedang mengandung usia 4 bulan, dokter kandungan bilang kalau saya mengalami plasenta previa. Begitu mendengarnya, jelas saja saya kaget dan khawatir. Soalnya, sepengetahuan saya, kehamilan dengan kondisi plasenta previa harus berujung pada proses melahirkan sesar.
Bahkan, apabila kondisi seperti ini terus berlangsung hingga kandungan makin besar, dapat menyebabkan perdarahan dalam trimester ketiga. Selain itu, bisa menyebabkan kelahiran dini yang membuat bayi lahir prematur. Harapan untuk melahirkan dengan normal, juga bisa tidak diwujudkan jika plasenta menutupi seluruh serviks atau sebagian dari serviks.
Meskipun belum punya pengalaman, tapi saya nggak mau langsung percaya kalau saya mengalami plasenta previa? Untuk menemukan jawaban yang pasti, saya pun memutuskan untuk mencari dokter kandungan lain sebagai second opinion. Dan benar saja, begitu bertemu dengan dokter kandungan lain, jawabannya cukup melegakan. Waktu itu dokter kandungan saya mengatakan kalau posisi plasenta previa baru bisa diketahui saat usia kandungan di atas 28 minggu.
Ngomongin masalah plasenta, belum lama ini saya sempat ngobrol dengan dr. N.K. Yeni Dhana Sari, SpOG. Lewat beliau saya pun menggali infomasi mengenai plasenta. Ya... siapa tahu akan bemrnfaat ketika saya hamil lagi kan?
Waktu itu ia menjelaskan kalau sebagai organ vital, di mana plasenta merupakan organ penghubung antara ibu dan janin, yang juga tumbuh dan berkembang bersama janin. Tugas plasenta memang terbilang banyak. Selain berfungsi jadi jembatan yang dalam menyalurkan makanan dan ogsigen, plasenta juga bertugas membawa karbondioksida dan sisa-sisa pembuangan janin kembali ke darah ibu. Tidak hanya itu saja, plasenta juga berfungsi membentuk penahanan untuk infeksi dan obat-obatan tertentu.
Untuk itu, kondisi plasenta memang wajib kita ketahui dari awal. Posisi plasenta yang normal, biasanya berada di dinding depan, belakang atau puncak rahim. Namun, jika terletak diluar itu, seperti mendekati mulut rahim (plasenta letak rendah) atau menutupi sebagian maupun total mulut rahim (plasenta previa), kondisi plasenta seperti inilah yang sebaiknya dikhawatirkan.
Saat janin berusia memasuki trimester ke dua, 16-17 minggu, kondisi plasenta biasanya sudah dapat diketahui. Dengan begitu, semakin cepat mengetahui kondisi plasenta, Ibu pun bisa mengambil langkah yang tepat. Sedangkan plasenta previa ini baru bisa diketahui ketika letak plasenta di atas 28 minggu posisi plasenta akan menutupi jalan lahir baik sebagian ataupun total. Plasenta ini sebenarnya akan berimplatansi mencari ogsigen atau nutrisi yang terbanyak pada bagian rahim.
Menurut dr. N.K. Yeni Dhana Sari, SpOG, sangat penting bagi perempuan hamil untuk mendeteksi kondisi plasenta. “Makanya, perempuan yang sedang mengandung perlu melakukan kontrol secara berkala. Biasanya, perdarahan pasca-persalinan juga dapat menjadi tanda umum plasenta yang lengket dan akhirnya tertinggal di dalam rahim.”
Sayangnya, penyebab langsung terjadinya plasenta previa memang tidak ada. Namun dr. N.K. Yeni Dhana Sari, SpOG, mengatakan risiko terjadinya plasenta previa akan meningkat pada Ibu yang memiliki sel telur yang melekat sangat rendah di dalam rahim, memiliki masalah lapisan rahim (endometrium) seperti fibroid atau kondisi lain, memiliki parut di dinding uterusdari kehamilan sebelumnya serta pada kehamilan ganda (kembar).
“Memang kondisi plasenta ini tidak ada obatnya, yang Ibu perlu lakukan adalah bed rest atau tirah baring total. Hal ini berfungsi untuk membantu menghentikan proses pelepasan plasenta yang terjadi sedikit demi sedikit sebelum waktunya. Jika Ibu istirahat total, keadaan otot rahim pun bisa istirahat,” pungkasnya.