Beberapa waktu silam, grup whatsapp di kantor sempat ramai membicarakan aksi intip mengintip. Dalam artian, ada salah satu teman bercerita kalau salah satu saudaranya mengalami pengalaman buruk karena merasa ada yang mengintip ketika ia sedang buang air kecil di toilet umum.
Cerita semacam ini sebenarnya sudah sering saya dengar. Bahkan sudah sejak lama. Masih ada yang ingat dengan pemberitaan artis-artis yang diintip saat ganti baju? Rupanya aktivitas mengintip tanpa diketahui ini memang banyak dinikmati oleh sebagaian orang, dan hal ini termasuk kelainan, lho, dikenal dengan sebutan Veyeurisme.
Uniknya, ada sebuah teori klasik menyebutkan bahwa melihat pemandangan seksual adalah salah satu faktor yang bisa menentukan kecocokan pasangan dan masa depan reproduksi seseorang.
Menurut American Psychiatric Association, seseorang dikatakan sebagai pelaku veyeurisme jika setidaknya selama 6 bulan melakukan aktivitas mengintip orang lain beradegan seks atau telanjang dan ini bersifat eksklusif, dan bisa jadi juga sudah mengganggu kepentingan serta privasi orang lain.
Penelitian terangkum dalam International Journal of Sexual Health menyebutkan bahwa dari 318 partisipan yang mengikuti studi, sebanyak 83 persen pria dan 74 persen wanita mengaku ingin melihat pemandangan seksual hanya jika tidak ketahuan oleh orang lain.
Bahkan pengajar di bagian Andrologi dan Seksologi Universitas Udayana, dr. Oka Negara memaparkan, bahwa sebenarnya setiap orang memiliki keinginan melihat pemandangan seksual tanpa ketahuan orang lain. “Hal ini sudah merupakan naluri alamiah manusia,” ungkapnya.
Jadi, nggak mengherankan ya kalau aktivitas mengintip atau sekedar melihat sembunyi-sembunyi orang lain yang telanjang, seperti sedang mandi, atau tengah berganti pakaian memang mampu mendatangkan kesenangan dan kepuasan seksual. Tapi, hal ini tidak berlaku untuk dikategorikan Veyeurisme
Dokter Oka menjelaskan biasanya veyeurisme ditandai dengan adanya dorongan yang tak terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, menanggalkan busana atau melakukan kegiatan seksual. Dari aktivitas ini seorang pelaku veyeurisme akan memperoleh kepuasan seksual.
“Yang unik adalah bahwa mengintip menjadi cara eksklusif atau satu-satunya cara untuk mendapatkan kepuasan seksual, artinya bagi pelaku veyeurisme sama sekali tidak menginginkan berhubungan seksual dengan orang yang diintip. Berbeda dengan seseorang yang normal, pelaku veyeurisme sudah terpuaskan tanpa harus melakukan hubungan seksual, tetapi bisa memperoleh kepuasan seksual tanpa aktivitas seksual, atau bisa dengan cara masturbasi selama atau sesudah mengintip,” paparnya.
Dari hasil di atas bisa diasumsikan kalau perilaku veyeurisme lebih banyak terjadi pada laki-laki. Pria yang kini tengah menjabat sebagai sekretaris di Asosiasi Seksologi Indonesia ini juga mengatakan bahwa untuk pelaku veyeurisme, laki-laki memang ada kecenderungan lebih mau terbuka dan ekspresif ke pihak luar, tetapi untuk pelaku veyeurisme perempuan memiliki kecenderungan benar-benar menutup diri agar tidak diketahui orang lain jika dia memiliki perilaku veyeurisme.
Androlog yang berdomisili di Denpasar, Bali ini menjabarkan pelaku veyeurisme biasanya dilatar belakangi karena ketidak percayaan diri atau ketidak nyamanan untuk menyalurkan dorongan seksual dengan berhadapan langsung dengan obyek seksual, sehingga lebih nyaman dengan mengintip. Hal ini diambil dari pemahaman teori psikoanalisa Freud.
“Alasannya, dengan mengintip mereka sanggup mempertahankan kendali seksual tanpa perlu mengalami ketakutan akan kegagalan atau penolakan dari pasangan yang nyata,” ungkapnya.
Alhasil, seperti yang diterangkan dr. Oka Negara, bagi seorang pelaku veyeurisme murni, ia tidak berminat sama sekali melakukan interaksi seksual dan hubungan seksual dengan orang lain karena membawa rasa tidak nyaman dan tidak percaya diri baginya.
Jadi, untuk mommies yang mungkin kerap menggunakan toilet umum, harus lebih waspada ya mom. Seringkali karena terburu-buru, kita jadi nggak aware terhadap kondisi toilet selain kebersihannya. For the next, bisa juga dicek apakah ada lubang-lubang mencurigakan. Lebih baik berjaga-jaga daripada mengalami trauma kan.