Gigi anak saya yang kedua nggak gigis, plak dan berlubang, tapi cepat banget dihinggapi bercak hitam sehingga terlihat kotor.
Berbeda dengan gigi si kakak yang sempat gigis karena setiap tidur hobi ngemut jempol, gigi si adik sama sekali nggak bermasalah dengan gigis atau lubang. Tapi memasuki usia sekitar 5 tahun, perlahan namun pasti mulai timbul bercak-bercak hitam menutupi bagian-bagian giginya. Awalnya dari bagian dalam gigi kemudian menyebar dengan cepat ke bagian depan gigi. Problemnya ya hanya plak itu. Kondisi giginya sendiri? Nggak gigis, gripis atau berlubang.
Ok, saat pertama kali menemukan itu dan masih di bagian dalam gigi, saya nggak terlalu khawatir karena saya pikir itu ‘hanya’ bercak hitam. Tapi saat mulai menyebar sampai ke bagian depan dan membuat Djati juga malu untuk tersenyum, radar khawatir saya mulai berbunyi. Akhirnya setelah semakin banyak, saya pun mengajak Djati ke dokter gigi langganan saya dari kecil, Drg Stefanus di daerah Jl Raya Bogor, untuk bertanya sekaligus membersihkan kotoran-kotoran itu.
Sampai di Opa Dokter (ini sebutan dari anak-anak saya), gigi anak saya pun dibersihkan. Kalau menurut opa dokter, biasanya ini terjadi karena anak senang minum minuman manis, soda atau teh. Lah, masalahnya anak saya jaraaaaaaang banget mengonsumsi jenis minuman-minuman yang disebutkan tadi. Menurut opa dokter, nggak ada salahnya melakukan pengecekan kondisi air di rumah, mungkin saja ada kondisi air yang tidak baik menjadi penyebab timbulnya bercak hitam. Pengecekan air dilakukan, dan kondisi air di rumah baik-baik saja.
Enam bulan kemudian si bercak hitam nongol lagi. Kali ini saya ajak Djati ke Suryatenggara Dental Practice di Setiabudi Building, Jakarta. Kami bertemu dengan dr Veronica isterinya dr Erik Suryatenggara. Dokternya baik dan pintar menangani anak-anak. Nah, saya pun menjelaskan kalau beberapa waktu lalu Djati baru saja membersihkan gigi tapi kok sekarang sudah muncul lagi bercak hitam. Kalau informasi dari dokter Veronica, hadirnya bercak hitam bisa juga karena anak jarang minum air putih. Hmmm, berarti poin yang satu ini juga harus saya anulir karena anak-anak saya rajin banget minum air putih.
Nah, beberapa bulan lalu saya kembali mengajak Djati ke dokter gigi yang dekat dengan tempat les Roboticnya, karena bercak hitam itu kembali hadir. Jadilah giginya kembali dibersihkan atau scalling. Saya lupa nama dokternya, tapi dokternya menyenangkan juga. Dari kunjungan terakhir ini, ada informasi baru yang saya dapat. Si dokter curiga kalau produksi enzim air liur Djati itu sedikit sehingga kemampuan gigi untuk membersihkan plak juga berkurang. Tapi ‘positifnya’ adalah, biasanya gigi jadi jarang berlubang.
Untuk memastikan apakah benar perkiraan dokter gigi tersebut, dokter memberikan sebuah pasta gigi untuk dicoba oleh Djati selama 3 bulan dan kemudian meminta anak saya melakukan pemeriksaan air liur di laboratorium agar lebih pasti hasilnya. Well, pemeriksaan di laboratorium baru akan saya jalani bulan depan. Tunggu informasi selanjutnya mengenai hasil dari lab dan tindakan apa yang diperlukan ya.