Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Cara Membuat Pagi Hari Tak Terlalu Rusuh
Ditulis oleh: Nayu Novita
Pagi hari bisa menjadi waktu yang paliiiiing sibuk buat para mommies. Sebelum kepala ‘meledak,’ coba 10 cara ini. Siapa tahu pagi harinya menjadi lebih adem.
*Gambar dari sini
Rencana membuat tulisan ini sudah ada sejak satu bulan lalu, ketika di satu pagi saya ingin banget menangis saking semua hal berjalan nggak benar di waktu yang bersamaan. Urusan rumah nggak beres, sekolah anak-anak juga lagi ada tugas, suami buru-buru ke kantor, pekerjaan juga masuk deadline dan badan saya sendiri lagi nggak nyaman banget saat itu. Begitu semua orang rumah pergi, dan tinggal saya sendiri di rumah, saya ngglosor di lantai dan mau menangis.
At that moment, setelah menghela napas dan sedikit menangis, saya yang sudah capek didera stress, pelan-pelan mulai punya semangat lagi untuk mencari jalan keluarnya. Yes, saya tahu working mommies memang lebih stress dibanding working dad (hai suamiku, catat ya ini!) tapi kan saya nggak boleh pasrah sama keadaan. Mommies Daily pernah menulis mengenai tips bagi ibu yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun dan salah satu tips-nya adalah no more morning roller coaster. Jadi saya pun mulai fokus di poin ini. Mencari cara agar pagi hari saya jauh lebih indah dan waras.
Ini beberapa langkah yang sedikit demi sedikit saya terapkan setiap hari. Nggak langsung berjalan lancar sih memang, tapi setidaknya cukup membantulah.
Biasanya, di pagi hari waktunya saya dan suami nyambi nonton berita di televisi, karena kalau sudah siang sampai malam, kami sudah nggak sempat lagi. Tapi sekarang saya cut kebiasaan ini. Soalnya, saat kami mencuri menonton atau mendengar, yang ada anak-anak kami juga ikutan mengintip. Jadinya mau apa-apa menjadi lebih lambat.
Untuk meringankan tugas di pagi hari, saya coba menyiapkan sebanyak mungkin keperluan seisi rumah di malam sebelumnya. Minimal, menyiapkan seragam sekolah yang akan dipakai anak-anak, mencuci kotak bekal dan botol air minum, memeriksa pekerjaan rumah, dan merencanakan menu sarapan serta bekal makan siang di sekolah.
Sarapan nasi uduk, spagheti, atau nasi goreng spesial memang menyenangkan. Tetapi kalau dilakukan setiap hari dan dikerjakan SENDIRI, saya pun melambaikan bendera putih tanda menyerah. Mungkin bagi mommies lain memasak nasi goreng atau spaghetti semudah mengedipkan mata.... nah kalau untuk saya, itu sudah termasuk dalam kategori ribet, hahaha.
Saya meminta anak-anak untuk menyusun daftar berisi hal-hal yang harus mereka lakukan setiap pagi sejak bangun tidur. Setelah mereka membuat versi mereka, saya akan memerika lagi dan menambahkan kalau ada kurangnya. Setelah lengkap, saya tempel di depan pintu lemari anak-anak agar mereka bisa melihat dengan jelas.
Nggak hanya anak-anak yang perlu membuat jadwal, saya juga perlu (bahkan suami saya). Bedanya, jadwal harian saya setiap hari bisa bongkar pasang, tergantung kalau ada jadwal presentasi, deadline pekerjaan atau sesuai kebutuhan setiap hari.
Me time di pagi hari bisa juga membuat pagi kita terasa nyaman tentram. Kok bisa?
Buat saya bangun lebih pagi dari anggota keluarga yang lain, selain bisa membuat saya melakukan rutinitas lebih awal, juga bisa melakukan me time versi singkat dan murah (PENTING!). Sekadar mendengarkan musik, berolahraga, atau sekadar bersantai sambil menghirup udara pagi yang segar. Jika mengawali ritual pagi dengan kegiatan yang menyenangkan, biasanya kesibukan akan bisa dijalani secara lebih mudah.
Supaya bisa bangun lebih pagi tanpa mengorbankan “beauty sleep”, tentunya saya mesti tidur lebih cepat pada malam sebelumnya.
Bagi saya, kerjasama berarti nggak hanya antara saya dan suami, tapi juga melibatkan anak-anak. Anak-anak saya ajarkan untuk membereskan tempat tidur sendiri sebelum berangkat sekolah dan menyiapkan keperluan mereka sendiri, seperti sepatu.
Untuk setiap pagi hari yang berhasil kami lalui tanpa “grasak-grusuk”, saya suka melakukan hal yang menyenangkan menjelang berangkat sekolah sebagai hadiah bagi diri sendiri dan anak-anak.
Ini masih terus saya usahakan, tapi setidaknya saya sudah berniat (yang penting niat). Pernah dengar ungkapan, “Choices become actions, actions become habits, and habits become our character”, kan? Jika suatu kegiatan dilakukan secara rutin dan konsisten setiap hari, lama-kelamaan kita (harusnya) akan terbiasa menjadikannya bagian dari keseharian.
PAGES:
Share Article
COMMENTS