Membesarkan Anak Introvert

Behavior & Development

Mommies Daily・27 Oct 2015

detail-thumb

Ditulis oleh: Nayu Novita

Kalau saya perhatikan, anak pertama saya itu agak introvert dan mengasuh anak introvert itu gampang-gampang susah (lap keringat).

Bagai pelangi, setiap anak lahir ke dunia dengan tipe kepribadian yang nggak mungkin seragam alias berwarna-warni. Waktu kita kecil dulu, pasti pernah deh ketemu teman sekelas yang hobi ngobrol dan gaul, tetapi ada juga yang betah duduk diam sambil membaca atau mendengarkan orang lain bercerita. Iya, di mana-mana pasti ada tipe anak yang rame alias terbuka (ekstrovert) dan ada yang tertutup (introvert).

feeling-malu-02

Nah, kalau dari saya pribadi seringkali saya merasa lebih ‘sullit’ memahami si kakak yang cenderung introvert. Yes I know, kita nggak boleh ngebandingin sesama anak, tapi ini hanya sekadar sharing pengalaman aja. Jujur saya sempat merasa cemas kalau nanti si kakak tumbuh menjadi sosok yang individualis dan kesepian. Semoga saja ketakutan saya nggak beralasan ya mom.

Anyway, akhirnya saya pun mencoba untuk mendampingi si kakak dan melakukan usaha semampu saya sebagai ibu.

  • Hargai dirinya
  • Saya pernah membaca sebuah artikel, menurut Kenneth H. Rubin, Ph.D.—psikolog dari University of Maryland, Amerika, anak introvert sebenarnya adalah teman yang menyenangkan. Selama mereka merasa nyaman dan berada di dalam lingkungan yang cocok, anak introvert akan menjadi seorang teman yang baik dan penuh perhatian. Saya pun jadi berusaha menelaah (tsaaaah) mana lingkungan dan teman-teman yang disukai anak saya.

  • Ajak mencoba hal-hal baru
  • Saya terkadang kesulitan mengajak si kakak berkenalan dengan orang baru atau mencoba hal-hal baru (bahkan untuk sekadar singgah ke restoran baru!). Tetapi, gimana pun, dia kan tetap harus diajak menjajal pengalaman agar wawasannya bertambah. Akhirnya saya melakukan secara bertahap dalam artian nggak memaksa. Dengan terbiasa menjajal hal baru, say merasa kakak jadi belajar mengatasi cemas dan ke depannya menjadi lebih pede.

  • Jangan menyamakan
  • Karena saya juga introvert, saya sedikit banyak tahu apa yang dirasakan oleh si kakak dari waktu ke waktu. Tetapi, jangan juga kita sebagai orangtua asik menyamakan pengalaman pribadi di masa lalu dengan kehidupan anak saat ini. Makanya saya nggak pernah cerita ke kakak, gimana duluuu saya suka susah fit-in dengan lingkungan atau capek saat berkenalan dengan terlalu banyak orang. Takutnya kalau si kakak tahu saya begitu, dia jadi ada alasan untuk melakukan hal yang sama.

    Bagaimana kalau si kecil ternyata tipe Orchid Child?

    Introvert Child

    *Gambar dari sini

  • Hindari memberi label
  • Saya suka sebal kalau mendengar orangtua yang asik-asik bilang kalau anaknya nakal, pemalu, susah diajak bicara dan bandel di depan si anak. Kalau anak terbiasa mendengar kita memberi label, anak malah akan merasa “Oh memang saya seperti itu, ya sudah.”

    Makanya, ketika orang lain melabeli si kakak pemalu, saya mencoba memperhalusnya, dengan bilang, “Si kakak memang senang mengamati dari jauh dulu sebelum ikut main bareng. Nanti juga dia juga bisa kok gabung sama teman lain.”

  • Rawat dengan hati-hati
  • Terkadang ada anak introvert yang amat sensitif terhadap suara, cahaya, pengalaman emosional, maupun situasi baru. Jika memang demikian, maka bisa jadi ia memiliki kepribadian yang dalam dunia psikologi dikenal dengan nama “orchid child”. Beda dengan anak yang berkepribadian seperti bunga dandelion—yang fleksibel dan bisa tumbuh di mana saja, si anggrek membutuhkan perawatan khusus agar bisa tumbuh dengan baik. Anak anggrek juga punya potensi sukses lebih besar—nilai pelajaran lebih tinggi, tubuh lebih sehat, dan hubungan pertemanan yang lebih baik, dibandingkan anak dandelion (bunga anggrek lebih cantik daripada bunga dandelion, kan?). Tapi dengan catatan, ia harus mendapatkan pola asuh yang positif, sesuai dengan kebutuhannya.

  • Pupuk minatnya
  • Si kakak biasanya senang mengerjakan sesuatu yang ia minati secara tekun dan sungguh-sungguh. Katanya sih, ini adalah bentuk kekuatannya, yang belum tentu dimiliki oleh anak-anak lain. Jadi, saya suka mengamati kegiatan apa yang disukai sama si kakak. Baru-baru ini misalnya, saya mengunduh apps bernama Smule untuk menyalurkan hobi menyanyi si kakak. Selain berguna sebagai sarana mengekspresikan emosi, si kakak juga sekaligus bisa mengasah kemampuan olah vokalnya. Mungkin selanjutnya saya akan mendaftarkannya ikut kursus menyanyi.