Sosok Nia Dinata begitu lekat dengan bangkitnya karya perfilman Indonesia, namanya mulai dikenal dan diperhitungan karena film besutannya yang berjudul Ca-bau-kan di 2001. Dan pada 2003 dia kembali dengan Arisan! Sebuah film yang mengangat tema kehidupan kaum urban Jakarta, dengan segala pernak pernik tingkah laku para pemerannya – penggambaran sosok demi sosok di film ini sangat detail, ini adalah salah satu film favorit saya sepanjang masa. Tak heran film ini pantas diganjar lima penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2004 – yaitu Film Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik.
Film untuk Perubahan Sosial
Film-film Nia terkenal dengan pesan moral yang kental, baginya film yang ia hasilkan sebaiknya memberikan perubahan sosial dan dapat menimbulkan kesadaran akan isu-isu tertentu. Seperti yang ia paparkan dalam press con Lifebuoy Rayakan Hari Cuci Tangan Sedunia. Pada kesempatan kali itu, Nia ikut terlibat dalam sebuah proyek pengadaan air bersih dan sanitasi di daerah Bitobe, Nusa Tenggara Timur. Ia ambil bagian dalam merekam kehidupan masyarakat Bitobe, dan merangkum dalam sebuah film pendek yang diperuntukkan untuk kepentingan program bersama Lifebuoy. Walau memang pada awalnya ini di luar dari rencana Nia, namun hati Nia sudah terpaut dengan kehidupan masyarakat Bitobe yang membutuhkan pertolongan.
Gambaran masyarakat Bitobe akan kerinduan terhadap kehadiran air bersih persis seperti yang pernah ia alami ketika shooting di Papua dan Wamena di akhir 2004 silam. Ketika itu ia sedang membuat film dokumenter tentang kaum ibu di sana, tepatnya di dearah Yahukimo yang sangat terpencil. Kurang lebih dua minggu, ia bersama crew sempat merasakan hidup dengan sumber air yang sangat susah. Karena pengalamannya itulah, Nia sempat terpikir untuk menyumbangkan sesuatu “Habis dari sana saya langung berpikir, apalagi setelah menonton hasil filmnya berulang kali dan banyak orang yang bertanya bagaimana kehidupan di sana. Saya kepingin banget, menyumbangkan sesuatu – jadi saya setelah selesai shooting tidak mau ditinggalkan begitu saja.” Ungkap Nia dengan semangat.
Seperti gayung bersambut, keinginan Nia diketahui oleh kawan dekatnya – sekaligus mengajak Nia ke daerah Bitobe yang nasibnya serupa dengan Papua dan Wamena. Hingga akhirnya film pendek ini ia persembahkan untuk membantu masyarakat mendapatkan gambaran nyata bahwa, di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang kesulitan mendapatkan air bersih untuk mencuci tangan dengan air mengalir apalagi kegiatan lainnya yang membutuhkan air bersih yang mengalir.
Nia punya kiat unik mengajarkan cuci tangan kepada si kecil, lihat di halaman selanjutnya ya, Mommies.
Nia Berbagi Kiat Unik Mengajarkan Cuci Tangan kepada Si Kecil
Menyoal kebiasaan cuci tangan, bagi Nia, cuci tangan dengan air bersih yang mengalir bukanlah hal baru, bahkan ia termasuk ibu yang paranoid soal ini. “Saya itu orangnya agak paranoid yang berlebih, saya sering sekali mencuci tangan menggunakan sabun. Apalagi kalau masuk toilet umum – ketika sudah mencuci tangan dari toilet, biasanya saya akan menyediakan tiga tissue, yaitu untuk buka keran, tutup keran dan membuat pintu toilet,hahaha” kata Nia sambil tertawa.
Ada kiat khusus yang ia ajarkan kepada dua anaknya, yang kini sudah berusia menginjak remaja. Sedari kecil Nia mengajarkan mereka untuk mencuci tangan. Nia selalu mencontohkan perilaku hidup sehat dengan mencuci tangan – “Saya memberi contoh kepada mereka cuci tangan sembari nyanyi “happy birthday” sampai selesai – artinya itu sudah cukup untuk dibilas. Dan kalau menutup keran di toilet umum pakai tissue. Mereka sudah sangat terbiasa dari usia setahun, dan tetap dilakukan hingga kini.” Tutup Nia.