banner-detik
SELF

Scheduling Secret of Busy Moms

author

fiaindriokusumo21 Oct 2015

Scheduling Secret of Busy Moms

Pernah ngalamin kejadian seperti ini: Lupa menjemput anak pulang sekolah dan baru ingat setelah pihak sekolah menghubungi? Saya pernah. Jadi memang saya butuh strategi agar bisa mengatur waktu dengan baik.

Dan saat itu saya merasa seperti ibu yang paling nggak bertanggung jawab. Kejadian ini terjadi saat anak saya yang bungsu masih TK. Untung kepala sekolahnya teman saya, jadi tidak ada tatapan menghakimi. Yang ada teman saya malah ketawa dan bilang “Sibuuuuuk sampe segitunya. Untung si Djati nggak gw bawa pulang nih, buat nambah anak gw di rumah.” Seumur-umur saya bekerja, baru kali itu saya sampai lupa blas jadwal anak-anak saya. Mungkin karena saat itu load kerja di kantor juga lagi heboh.

Bukan hal mudah memang, menjadi working mommies yang harus pandai menjadi juggler (pemain lempar barang yang sering ada di sirkus itu lho!). Harus memastikan semua poin dalam hidupnya berputar sempurna dan tidak ada yang terjatuh. Faktanya, sesekali, saya pernah ‘menjatuhkan’ beberapa poin dalam hidup. Lupa menjemput anak, agak terlambat menyelesaikan deadline kerjaan di kantor, pasrah menatap tumpukan kotoran di tempat cucian piring, atau pura-pura tidur saat suami mengajak bercinta saking saya merasa lelah. I feel bad saat itu terjadi. Tapi apakah ini berarti saya adalah ibu yang buruk? Pegawai yang buruk? Atau isteri yang menyebalkan? Nggak juga kok.

Bussy MOm

*Gambar dari sini

Memiliki karier bagus sekaligus keluarga yang harmonis itu sudah pasti menjadi tujuan banyak working mommies, termasuk saya. Itu adalah tujuannya atau hasil akhirnya. Tapi untuk mencapai tujuan tersebut, nggak sedikit halang rintang yang harus saya hadapi. Yang nggak hanya membuat keringat menetes tapi juga ‘hati berdarah-darah.’ Saya nggak pernah percaya kalau ada orang yang bilang, bahwa urusan karier dan keluarga SELALU berjalan seimbang. Dalam setiap langkah menuju hasil akhir, saya yakin akan ada satu sisi yang perlu kita ‘korbankan.”

Saat deadline melanda bertepatan dengan anak sakit? Saya memilih menemani anak sakit. Pekerjaan saya untuk saat itu saya korbankan. Saat harus mengikuti meeting penting tapi di rumah nggak ada yang menjaga anak-anak? Saya meminta tolong mama saya untuk menemani. Anak-anak saya saat itu harus sedikit mengalah dengan pekerjaan saya. Kembali saya bertanya? Apakah itu membuat saya menjadi ibu dan pegawai yang buruk? No. Karena semua tergantung bagaimana saya mengatur skala prioritas dan sepandai apa saya mengatur jadwal harian saya. At the end toch karier saya tetap baik dan keluarga saya tetap baik.

Bicara tentang menjalani aktivitas dengan segudang kesibukan, saya mencoba untuk menerapkan beberapa ‘sistem’ yang lumayan membantu saya. Mau tahu? Ada di laman berikut

Pilih sistem kalendar yang Anda suka

Nayu pernah menulis tentang 10 aplikasi untuk working mommies, dan salah satunya adalah Wunderlist yang bisa menyimpan jadwal harian dsb. Kalau saya pribadi, sebenarnya untuk urusan jadwal saya masih percaya dengan cara lama alias mencatat di buku atau kertas. Tapi saya juga tetap menggunakan Google Calendar agar suami juga mudah mengetahui jadwal harian seluruh keluarga.

Jangan lupa printilan yang mengikuti

Saat sudah memasukkan sebuah jadwal acara ke dalam kalender, jangan lupa ingat-ingat apa yang mesti Anda lakukan selain menghadiri acara tersebut. Misalnya, acara ulangtahun si Panji temannya Bagus. Berarti to do list-nya adalah mencari hadiah dan kartu ucapan. Atau membuat RSVP tentang kehadiran kita di sebuah acara bisnis.

Perencanaan mingguan

Brian Tracy, penulis buku How To Master Your Time mengatakan bahwa setiap menit yang kita habiskan untuk membuat perencanaan, kita sudah save 10 jam untuk waktu bersama keluarga ke depannya. Hari Minggu menjadi hari yang pas untuk membuat penjadwalan seminggu ke depan. Pastikan 4 hal ini sudah direncanakan dengan baik: Jadwal mingguan (ada acara apa untuk satu minggu ke depan), Menu mingguan, Tugas mingguan (minggu ini ada tugas kantor apa atau tugas sekolah apa), Siapa yang menjaga anak-anak (terutama jika Anda tidak punya ART). Maka, belanja mingguan menjadi salah satu rutinitas saya.

membawa kantong belanja-6

Pilih-pilih untuk ekskul anak

Berhubung keamanan sekarang makin memprihatinkan, jadi untuk urusan ekskul saya memang memiliki aturan dalam memilih ekskul.  Namanya anak, pasti ada masanya semua mau dicoba, kayak anak saya, yang sempat mau mengikuti les Jaritmatika, Aikido, Renang, Robotic, Musik, Bahasa Inggris dan Bimbel. Nggak kebayang capeknya mereka nanti dan ribetnya saya mengatur jadwal :D. Akhirnya saya hanya memilih les yang kira-kira akan selalu ada orang yang bisa menjemput mereka dan diadakan di akhir pekan biar saya atau ayahnya bisa menemani.

Dan apa 4 rahasia saya yang lain?

Minta bantuan dan delegasikan

Tired of trying to do it all? Dont! Berbagi tugas dengan suami ataupun anak-anak. Saat ini saya lagi nggak ART. Jadi selain suami yang kebagian jatah menemani anak belajar, anak-anak pun juga terkena pembagian tugas. Si kakak membantu mencuci piring dan membawa pakaian kotor ke belakang, si adik bertanggung jawab untuk menyalakan dan mematikan lampu-lampu luar di pagi dan sore hari serta membereskan kamar tidur.

menemani belajar

Miliki emergency contact

Saya nggak bicara tentang emergency kontak rumah sakit, dokter atau polisi. Tapi teman atau keluarga yang bisa dimintakan bantuan saat Anda benar-benar tidak bisa menjaga anak-anak. List emergency contact saya adalah mama, adik sepupu dan tetangga dekat rumah.

Berani bilang TIDAK

Banyaknya grup pertemanan membuat saya otomatis juga memiliki cukup banyak kegiatan. Nggak heran kadang-kadang saya juga ditodong untuk menjadi komite kelas si kakak, komite kelas si adik, panitia acara jalan-jalan geng A, atau panitia bachelorette party geng B. Pilih yang penting dan sisanya bilang aja nggak bisa. Cukup sebagai peserta tanpa harus ribet sebagai panitia.

Bangun lebih pagi dan tidur lebih cepat

Mencuri start dengan bangun lebih pagi membuat saya memiliki waktu mengerjakan beberapa hal sebelum kedua anak saya terbangun. Saat mereka bangun saya sudah siap untuk fokus sama mereka. Susahnya adalah, saya terbiasa tidur larut malam, huhuhu.

Dengan 8 cara itu, apakah berarti hidup saya bebas drama dan berjalan mulus bagaikan kulit anak bayi? Nggak juga. Buktinya, beberapa waktu lalu saya terpaksa ngepot nyetir karena suami saya memberitahu dia nggak bisa jemput anak-anak les Aikido. Selesai les jam 18.30 WIB, saya baru dapat info jam 18.10 WIB. Lokasi? Saya di Kemang, Jakarta dan anak-anak les di Bekasi. Menuruuuuut ngana????

Tapi setidaknya kadar drama bisa jauh berkurang :D.

 

PAGES:

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan