Ibu dan pertemanan. Geng ibu-ibu. Peer group. Kumpulan mamak-mamak. Apa lagi istilahnya? You name it, pasti banyak ya. Intinya sekumpulan ibu-ibu dipadukan dengan teknologi.
Nggak sedikit ibu-ibu yang kesehariannya diisi dengan berinteraksi dengan ibu-ibu lain, bisa jadi dipersatukan karena anaknya satu kelas di sekolah, atau teman olahraga bareng, atau alumni sebuah sekolah, dan masih banyak lagi. Grup Whatsapp atau BBM ramai diisi info-info seputar update terbaru aktivitas anak-anak, janjian playdate, jualan makanan atau barang dan tentunya sharing keseharian tentang anak dan relationship dengan suami atau keluarga besar. Yang namanya ibu dan pertemanan itu selalu ada sisi seru untuk dibahas.
Seru, ya. Terutama karena ibu-ibu saling dukung satu sama lain, dan juga selalu bisa melihat dari perspektif ibu-ibu jadi kalau curhat pas banget. Kita selalu bisa dapat jawaban atas apa pun yang kita perlu tahu. Anak barangnya hilang di sekolah, cek ke grup ibu-ibu, apakah ada yang kebawa di tas anak lain. Lagi jenuh, bosan dengan rutinitas, becanda-becanda dan ngobrol dengan ibu-ibu lain lalu semangat lagi. Belum lagi kalau nanya rute jalan, beli apa di mana, bisa pinjam barang atau nggak dan masih banyak lagi. Betapa sehari-hari grup ibu-ibu mewarnai dan berperan banyak dalam kehidupan kita.
Diam-diaman, saling sensitif, gosipin di belakang, tentunya menjadi pemanis juga dalam dinamika kelompok ibu-ibu. "Sebel deh, dia gampang banget nge-judge orang!" -- "Orangnya emang gitu, nggak heran anaknya jadi gitu." Tentunya sangat wajar ada konflik dalam sebuah kelompok. Justru ini jadi pembelajaran yang asik.
Berada dalam grup ibu-ibu membuat kita semakin mengenal diri kita dan memahami orang lain. Dari konflik-konflik ini kita belajar banyak juga. Setelah bertahun-tahun bersama dalam sebuah grup, layaknya bersaudara, pada akhirnya saling menerima kekurangan dan kelebihan.
Grup ibu-ibu ini adalah salah satu hal yang menjadi highlight dalam membesarkan anak di era sekarang, ya nggak sih? At least itu yang saya rasakan. Saya nggak kebayang gimana kalau ibu-ibu itu nggak ada, tentunya semua bisa berjalan seperti biasa, toh ibu kita zaman dulu juga belum ada teknologi yang support perkumpulan ibu-ibu ini. Tapi kehadiran teknologi yang menghubungkan kita dengan ibu-ibu lain dengan mudah adalah sebuah bonus kecanggihan peradaban yang patut disyukuri.
Terutama bagi saya sebagai ibu bekerja, yang terkadang ketinggalan info anak-anak seputar sekolah, mendadak tidak bisa jemput ke sekolah, atau sedang ada tugas luar kota, maka perkumpulan ibu-bu dipadukan dengan teknologi adalah jalan keluar yang memudahkan sekaligus menghibur.
Kehadiran geng ibu-ibu dipadukan dengan teknologi ini tentunya ada kelemahannya juga. Banyak waktu yang dihabiskan untuk chatting, kadang sampai larut malam atau pekerjaan tertunda karenanya. Tapi tentunya ini bagian dari proses manajemen waktu yang lebih baik aja.
Terima kasih untuk ibu-ibu di seluruh penjuru Whatsapp/BBM yang selalu sigap hadir dalam segala suasana, mari selalu saling dukung. Kalau ada sedikit kerikikil-kerikil tajam toh itu wajar kan.
Berapa grup ibu-ibu yang Anda punya, Mommies? Semakin banyak anak yang sudah bersekolah, tentunya semakin banyak grupnya ya. Mari share pengalaman.
-------------------
Yulia Indriati, Content Manager di Keluarga Kita – yang semula bernama 24hourparenting.com – kini berubah menjadi keluargakita.com. Keluarga Kita adalah penyedia konten edukasi keluarga dan berharap bisa menjadi teman seperjalanan keluarga Indonesia. Ikuti updatenya di Twitter: @KeluargaKitaID, Instagram: @keluargakitaid dan Facebook: Keluargakitaid