Sorry, we couldn't find any article matching ''
Berhasil Menjadi Ibu Berkat Bayi Tabung
Ada perempuan yang perlu perjuangan tersendiri untuk menjadi seorang ibu. Ini kisah dari MD Community bagaimana perjuangannya menjalani program bayi tabung.
Kehamilan saya sempat terhalang PCOS. Namun, akhirnya di tahun kelima pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk mengikuti program In Virto Fertilization (IVF) atau bayi tabung. Program yang cukup menguras biaya, tapi kami yakin, hasilnya akan sepadan.
Baca juga: Perkiraan Paket Bayi Tabung di Jakarta
Program bayi tabung kami lakukan menjelang akhir bulan Ramadhan tahun 2015. Selama kurang lebih dua minggu, saya diberi obat suntik yang berguna untuk merangsang sel telur berkembang dan siap dibuahi. Dan karena rekam jejak saya yang pernah gagal ketika program inseminasi sebelumnya, maka dokter memberikan suntikan dengan dosis berbeda.
Selama dua minggu itu, saya harus bolak-balik ke rumah sakit untuk tes darah. Itu dilakukan untuk mengetahui perkembangan hormon dan memeriksakan kondisi sel telur. Setelah hari ke-12, akhirnya saya dikabari oleh suster bahwa Ovum Pick Up (OPU) akan dilakukan di hari ke 14. Excited dan gugup menjadi satu.
Di hari H, saya datang pagi hari, sekitar jam sembilan. Sebelum masuk ruang operasi, seorang suster memasangkan jarum untuk menginfus obat bius saya nantinya. Ketika saya akan memasuki ruang operasi, suami pun diminta ke ruang khusus untuk diambil spermanya.
BACA JUGA: 6 Fakta Bayi Tabung yang Patut Kita Ketahui
Sekitar satu jam rupanya saya tertidur. Operasinya sendiri berjalan setengah jam, sisanya, saya tertidur pulas di ruang pemulihan. Saat seorang suster membangunkan dan memanggil nama saya, baru saya membuka mata. Suster memeriksa kondisi saya dan mengatakan bahwa sel telur yang berhasil diambil ada 19 buah. Katanya ini termasuk bagus. Saya hanya berharap, ketika sel telur tersebut disatukan dengan sperma, hasilnya akan menjadi prima.
Setelah proses OPU, yang selanjutnya dilakukan adalah proses Embryo Transfer (ET), dengan estimasi waktu tiga hari sesudahnya, tergantung perkembangan embrio nantinya. Pada hari ketiga, kami ke rumah sakit untuk bertemu dengan embryologist. Dalam sebuah ruangan terdapat layar komputer besar, yang menampilkan foto-foto dari embrio kami. Di hari ketiga tersebut, terdapat 14 embrio yang terbentuk dari hasil penggabungan sejak hari pertama.
Kami sangat senang mendengarnya, dan ingin buru-buru melakukan ET. Tetapi sang embryologist menyarankan untuk melakukan ET di hari kelima, ketika embrio tersebut mencapai tahap blastocyst, kurang lebih dari yang kami tangkap adalah kondisi embrio sudah membentuk lapisan sel luar, sehingga daya tahannya lebih kuat.
Akhirnya hari kelima tiba juga. Kali ini saya tidak dibius. Suami pun boleh menemani di dalam ruangan. Prosesnya cukup cepat, hanya sekitar 15 menit, dan tidak menyakitkan. Namun yang cukup menyiksa, kantung kemih harus penuh agar rahim terlihat jelas ketika USG. Terbayang, dong, ketika alat USG menekan bagian rahim? Duh, kebelet pipis.
Setelah proses selesai, dua embrio telah dimasukkan ke dalam rahim, dokter mengucapkan semoga sukses, dan saya segera berlari ke kamar kecil. Betapa terkejutnya para suster, ketika mendapati saya telah turun dari tempat tidur. “Ibu! Jangan turun dulu sampai 30 menit.”, ucap salah satu suster sambil membawakan saya pispot. Saya dan suami sampai menyesal karena sudah sok tahu.
BACA JUGA: Bedanya Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan
Masa penantian kami dimulai dalam program bayi tabung ini. Selama dua minggu, saya diwajibkan bersantai-santai, makan sehat dan tidak stress. Terdengar mudah bukan? Untungnya, sebagai freelancer, saya bisa mengatur ritme kerja, dan sudah mengosongkan jadwal sejak sebulan sebelum program ini dimulai. Tapi kenyataannya saya sudah bosan berdiam diri tiga hari di tempat tidur.
Dalam keadaan ini, saya membatasi diri dengan siapa saya berbicara dan tidak browsing mengenai tanda-tanda kehamilan. Ini penting dilakukan, karena bisa saja mengganggu mood dan memengaruhi hormon.
Hari-hari selanjutnya saya jalani dengan perut yang terasa kembung dan kencang di bagian ulu hati. Saya sempat khawatir jika saya terkena Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), seperti yang teman saya alami pada proses kehamilannya. Tapi ada cara mudah mengatasinya, yaitu dengan memakan minimal lima buah putih telur ayam kampong setiap pagi. Yup! Not fun at all, y’all!
BACA JUGA: Jangan Katakan 4 Hal Ini Kepada Mereka yang Mencoba Bayi Tabung
H-2 tes kehamilan, saya terbangun tengah malam sambil menangis sesenggukan. Suami tentu saja terkejut. Ia terbangun dari tidur dan menanyakan keadaan saya. Sambil terus menangis, saya mengatakan bahwa sepertinya saya tidak hamil. Tak ada tanda-tanda kehamilan yang saya rasakan. Tubuh saya justru seperti kembali seperti sebelum menjalani semua proses ini. Suami dengan sabar mengatakan bahwa hasilnya tidak menjadi masalah dan kami dapat mencoba kembali dengan sisa embrio yang telah dibekukan.
Hari penentuan tiba juga! Pagi-pagi, saya dan ibu sudah pergi ke laboratorium untuk tes kehamilan, yang terdiri dari tes darah dan urin. Hasilnya sendiri baru akan diantar pada sore hari yang sama. Saya sudah pasrah. Ketika kurir datang mengantarkan hasilnya, saya menyerahkannya pada suami untuk dibuka. Dengan muka sok cool, suami berjalan ke teras sambil membuka amplop tersebut. Ibu saya hanya menatapnya sambil harap-harap cemas dan saya melanjutkan nonton tv.
Betapa terkejutnya kami waktu suami masuk sambil berkata,”Eh, ini tulisannya positif, lho.” Ha? Rasanya saya tidak percaya! Ibu saya langsung memberi selamat. Yang saya lakukan? Menelepon ke laboratorium sambil bertanya,”Mbak, ini kalau tulisannya positif, artinya saya hamil ya?” Lalu sumringah begitu mendengar jawaban ‘iya’ di seberang telepon.
Lewat dua minggu lagi setelah hasil tes tersebut, waktunya USG pertama, untuk mengetahui, berapa jumlah janin yang berkembang. Mata kami tertuju pada layar yang memperlihatkan isi rahim. Sebuah bulatan hitam dengan ujung yang berdetak dinyatakan sebagai jantung calon bayi kami! Meski hanya satu, bahagianya luar biasa.
Semoga keajaiban yang kami dapatkan juga menyemangati para calon orang tua di mana saja, untuk tetap semangat mencoba, berdoa dan berusaha untuk mendapatkan buah hati!
Ditulis oleh: Monik Wulandari
Share Article
COMMENTS