Sorry, we couldn't find any article matching ''
Ternyata Susu Cair UHT Tidak Mengunakan Zat Pengawet
Siapa di antara Mommies yang masih berpikir kalau susu cair UHT pasti menggunakan pengawet? Coba cek tulisan saya ini yang akan menjawab kekhawatiran Mommies.
Seperti yang sudah Riska tuliskan di artikel Mengapa Memilih Susu Cair UHT?, belum lama ini saya mewakili Mommies Daily dengan beberapa blogger berkesempatan mengunjungi pabrik Ultrajaya di Padalarang. Lewat kunjungan tersebut banyak pengetahuan baru yang saya ketahui, salah satunya adalah fakta kalau susu kotak UHT ini selama proses pembuatan hingga pengiriman, yang memegang pertama kali adalah petugas di supermarket. Sudah ada yang tahu soal ini? Maksudnya apa, sih?
Jadi, dari awal hingga selesai proses pengolahan susu, ini dilakukan oleh tenaga robot (baca: mesin). Tapi bukan berarti pabrik ini nggak ada SDM-nya, lho. Soalnya, setiap mesin kan harus ada tenaga operatornya.
Prosesnya begini, setiap pagi dan sore hari, susu segar dari peternakan UPBS (Ultra Peternakan Bandung Selatan) akan dikirim ke pabrik. Susu cair segar yang baru datang akan langsung segera diproses di pabrik. Sebelum dikirim, susu segar tersebut juga harus melewati 3 uji fisik lebih dahulu. Mulai dari menguji apakah susu tersebut berbau atau tidak, kemudian dilanjutkan dengan uji kimia dan uji keaslian apakah susu tercampur air atau tidak.
Teknologi Aseptik Packaging
Salah satu yang sering dipertanyakan, sebenarnya susu UHT ini pakai zat pengawet nggak, sih? Kok, bisa tahan sampai berbulan-bulan?
Jadi sebelum masuk ke pabrik, waktu itu Mbak Jessica dari Tetra Pak menjelaskan kalau sebenarnya proses pengepakan susu sudah kian berevolusi yang dimulai sejak tahun 1800. Tapi, karena penanganannya masih tradisional dan kurang higienis, waktu itu susu justru jadi penyebar penyakit TBC dan typhus. Serem, ya? Soalnya, susu tercemar bakteri sehingga menjadi sumber penyakit.
Untungnya, pada tahun 1951 Tetra Pak membuat sebuah terobosan baru dengan menciptakan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dengan teknologi aseptik packaging untuk mensterilkan kemasan sebelum diisi oleh susu. Proses UHT ini, susu dipanaskan hingga 137-140 derajat C dan dalam waktu yang singkat (2-4 detik). Dengan begitu mikroorganisme yang merugikan mati, namun kandungan gizi dan mutu susu tetap terjaga layaknya susu alami.
Susu UHT dikemas dengan menggunakan teknologi aseptik, yaitu sebuah teknologi yang menggunakan kombinasi proses pemanasan untuk sterilisasi, di mana produk susu ini akan dipanaskan sehingga steril. Setelah itu baru dilanjutkan pada proses pengemasan dengan kemasan yang steril dalam suatu ruangan yang steril sehingga produk susu yang dihasilkan pun akan steril. Salah satu yang perlu digaris bawahi, selama kemasan susu UHT tidak rusak, baik penyok, terbuka atau menggelembung, masa kadaluarsanya bertahan hingga 10 bulan meskipun tidak disimpan di dalam kulkas.
Kalau selama ini saya hanya bisa menikmati susu, sekarang saya bisa mengetahui kalau proses perjalanan susu UHT begitu panjang dan rumit. Hal ini yang tidak kalah penting saya makin yakin kalau kandungan kandungan vitamin, protein, ataupun mineral dalam susu cair UHT terjaga dengan baik dan tidak membutuhkan pengawet untuk bisa tahan lama.
Selanjutnya saya mau berbagi cerita tentang apa yang saya lihat di dalam pabrik. Seru!
Kunjungan ke dalam Pabrik
Nah, setelah ngobrolin soal susu cair UHT yang menggunakan teknologi aseptik packaging, nggak afdol, dong, ya, kalau saya nggak cerita soal kunjungan ke dalam pabrik. Jadi, ketika mau masuk ke pabrik, saya dan beberapa teman blogger yang tergabung dalam satu grup diwajibkan untuk menggunakan jas lab putih, sepatu bot karet, tutup kepala dan tutup rambut. Tujuannya, tentu aja supaya menjaga kondisi yang steril. Oh, ya, sebelum masuk, kami juga wajib cuci tangan lebih dulu. Sebenarnya regulasi yang diberlakukan nggak berbeda jauh ketika saat saya dan keluarga mengunjungi UPBS (Ultra Peternakan Bandung Selatan).
Begitu masuk ke dalam pabrik, pemandangannya nggak jauh dari tangki-tangki raksasa. Gimana nggak raksasa, lah wong kapasitas tangki itu bisa memuat 150 hingga 200 ribu liter. Dan setiap jam, produksi susu yang dihasilkan berjumlah 24 ribu kotak susu. Selain susu, tangki tangki juga ada yang berisi teh, kacang hijau dan sari buah yang akan diproduksi dalam kemasan aseptik. Setelah melihat beragam tangki dan melihat proses pengolahan tahapan awal, kami pun diajak melihat proses UHT dan juga mesin aseptic packaging.
Seperti yang sudah saya singgung di atas, bahwa semua pengerjaan ini dilakukan secara otomatis. Contohnya, nih, kalau si mesin menemukan ada kotak yang rusak ataupun penyok, susu tersebut langsung tereliminasi dengan sendirinya. Canggih, deh!
Saya semakin dibikin takjub begitu sampai di area gudang penyimpanan susu kotak yang telah selesai diproduksi. Susu yang jumlahnya sangat berlimpah ini rupanya tidak bisa langsung dipasarkan, namun harus menunggu selama 8 hari. Soalnya, kondisi susu masih harus dilihat lebih dahulu, apakah masih ada bakteri yang berkembang atau tidak. Jadi, setiap kali produksi, susu tersebut akan diambil sampelnya untuk dibawa ke lab. Kalau kondisinya masih baik, susu baru boleh keluar gudang dan dipasarkan.
Sementara, untuk susu yang rusak ternyata tidak akan menyisakan limbah yang merugikan bagi kehidupan manusia. Menurut informasi yang saya dapatkan, susu tersebut akan diproses menggunakan Industri Pengolahan Air Limbah terpadu. Lalu susu akan dimakan oleh bakteri pengurai sehingga yang terbuang hanya berupa susu saja. Sementara untuk kemasannya, akan dihancurkan oleh mesin penghancur sampah. Namun untuk alumuniumnya akan diolah dan disumbangkan untuk para pengrajin di wilayah Bandung.
Aaaah... keren banget, ya! Ternyata nggak susunya saja yang bermanfaat sebagai salah satu sumber nutrisi. Limbahnya, pun ternyata bisa berguna untuk mata pencaharian masyarakat.
Belajar masak menu sehat
Setelah dibikin takjub dan kaki sedikit pegal lantaran keliling pabrik seluas 12 hektar, sekarang saatnya belajar masak bersama Chef Norman. Bertempat di Mason Pine Hotel, Padalarang, waktu itu saya dan para peserta menyimak Chef Norman demo masak. Ada 3 menu yang cukup sederhana yang dipraktikkan host acara kuliner 'Gila Makan'.
Menu pertamanya adalah Overnight Oatmeal. Menu ini cocok sekali dipilh jadi hidangan sarapan sehat untuk keluarga. Menu keduanya adalah Fettucini Carbonara. Ternyata membuatnya nggak sesulit yang saya bayangkan. Fettucini yang sudah direbus, tinggal dicampur dengan bumbu bawang putih, telur, susu, keju parmesan. Setelah diaduk rata, kita tinggal menambahkannya dengan daging asap, garam, merica, kacang polo. Aduk rata, fettucini carbonara pun siap disajikan. Nah, menu yang terakhir, nih, yang perlu usaha lebih, hahaha. Soalnya, waktu itu Chef Norman demo membuat steak dengan saus jamur. Setelah puas melihat Chef Norman masak, giliran peserta ditantang untuk membuat dua menu yang berbeda. Dan ternyata, semua peserta cukup kreatif, lho!
Umh, kebayang, ya, bagaimana keseruan kami waktu itu? Mommies bisa 'mengintip' keseruannya di album foto Facebook Mommiesdaily. Selain itu, kalau mau diskusi mengenai susu cair UHT bisa langsung ke forum, ya. Saya sendiri sangat berharap bisa mendapatkan kesempatan lagi untuk merasakan keseruan seperti ini. Siapa tahu di antara Mommies ada yang bisa ikutan juga. Tolong di Amiin-kan yaaa....
PAGES:
Share Article
COMMENTS