Ditulis oleh: Nayu Novita
Kemajuan teknologi mendatangkan banyak kemudahan dalam hidup kita. Tapiii... teknologi canggih dan gaya hidup modern hadir bersama sejumlah “penyakit” yang mengintai generasi anak-anak kita. Apa saja?
Dulu pernah nggak sih terbayang kalau kita bisa melakukan percakapan secara tatap muka dengan orang yang berada di negeri “antah berantah” melalui internet? Atau saat ponsel awal-awal hadir dengan ukurannya yang tebal dan besar, saya juga nggak pernah mengira bahwa akan ada masanya ponsel bisa setipis majalah. Belum lagi manfaatnya yang tak hanya sebagai alat komunikasi, namun sekaligus sebagai ensiklopedimini, media hiburan, bahkan remote control.
Para mommies seumuran saya juga pasti akrab dengan jenis permainan seperti gobak sodor, petak umpet, ular naga, lompat tali, main benteng, dan engklek. Waktu saya kecil dulu, anak-anak biasa keluar rumah setelah mandi sore (lengkap dengan wajah cemong berpulas bedak!) untuk bermain bersama di lapangan dekat rumah. Tetapi kini, anak-anak (termasuk anak saya) lebih luwes memainkan keypad gadget dan beraneka macam game online ketimbang jenis permainan yang melibatkan aktivitas fisik.
*Gambar dari sini
Hanya saja, bagai pedang bermata dua, kemajuan teknologi hadir dengan membawa sejumlah perubahan yang tidak melulu bersifat positif, namun juga negatif. Salah satunya, menurut psikolog spesialis perkembangan anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia—Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi, penemuan teknologi yang dimaksudkan untuk memudahkan hidup kita, malah ujung-ujungnya membuat aktivitas fisik menjadi terbatas.
“Anak-anak yang dulu lebih banyak bermain aktif secara fisik, sekarang justru beralih ke gadget yang bisa menjadi all-in entertainment dan lebih atraktif,” ujar Vera. Kegiatan pergi bermain ke luar rumah di sore hari—seperti yang biasa kita lakukan dulu, kini menjadi kegiatan yang asing bagi anak-anak zaman sekarang. Tak heran kalau pakar kesehatan menyatakan bahwa generasi masa kini dibayang-bayangi oleh risiko obesitas serta penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan sakit jantung.
Sebuah penelitian yang dilakukan di School of Public Health, University of California, Berkeley, Amerika, juga menyatakan bahwa pemakaian smartphone hingga menjelang waktu tidur bisa mengakibatkan gangguan pada kualitas tidur anak-anak. Gangguan yang diakibatkan oleh smartphone bahkan jauh lebih besar ketimbang yang ditimbulkan oleh televisi!!!
Waspadai arus informasi instan!
Bukan hanya itu, seiring banyak tersedianya berbagai tayangan hiburan melalui internet dan televisi, alhasil, selain menjadi kurang bergerak, si kecil pun juga juga terancam menjadi “bulan-bulanan” bujuk rayu iklan dan berpotensi mengembangkan sikap konsumtif dalam keseharian. Anak saya, saat melihat camilan di iklan televisi, langsung minta beli. Pernah dia ngotot ingin dibelikan produk mi instan hanya karena di iklan mengatakan kalau mi instan sehat berkat kandungan sayur di dalamnya. Nah, loh! Untung saya sukses menolaknya.
Lautan informasi yang tidak selalu “bergizi” di dunia maya mau tidak mau membuat saya wajib bersikap ekstra waspada. Menurut Vera, orangtua perlu menjaga supaya anak-anaknya tidak mudah terbuai berbagai informasi instan yang tidak jelas kebenarannya. “Anak perlu diajak untuk berpikir kritis mengenai kebenaran informasi yang diperoleh, antara lain dengan mengajaknya melakukan cek dan ricek ke sumber-sumber terpercaya,” jelas Vera.
Dalam hal ini, lanjut Vera lagi, orangtua perlu memberikan penjelasan kepada anak mengenai situs-situs mana saja yang relatif bisa dipercaya. Tanamkan pada anak untuk tidak menelan mentah-mentah informasi yang diperolehnya dari internet. Boleh juga kita berikan contoh isu yang sempat membuat heboh dunia maya, namun di penghujung hari terbukti bahwa isu tersebut adalah hoax alias berita palsu.
Batasi penggunaan gadget dalam keseharian
Jika tak ingin si kecil terkena imbas negatif dari kemajuan teknologi tadi, menurut Vera, tak ada pilihan lain bagi orangtua selain memberikan pembatasan yang perlu pada setiap jenis kegiatan yang melibatkan gadget. Misalnya,yang saya lakukan, sekarang saya benar-benar mengurangi memanfaatkan “kesaktian” komputer tab untuk menghibur anak di rumah, dan sibuk mengajak si kecil bermain di luar. Tapi saya tetap memberikan jatah waktu harian baginya untuk menggunakan gadget, sesuai usia.
Untuk meredam ketergantungan anak pada informasi dan beraneka kegiatan yang berbau hi-tech, orangtua juga bisa mencontohkan betapa asyiknya kegiatan membaca buku—sebagai pengganti berselancar di dunia maya dan bermain game online. “Meski informasi bisa diakses dengan mudah dari internet, tetaplah lakukan kunjungan rutin ke toko buku sehingga buku selalu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak kita,” jelas Vera.