Family Friday: Mona Ratuliu – Skenario Berumah Tangga Bisa Dibuat Sendiri

Parenting & Kids

?author?・26 Jun 2015

detail-thumb

Menjadi ibu di usia tergolong muda menjadikan pribadi Mona Ratuliu lebih matang. Ia dan pasangannya juga termasuk pasangan yang sepi dari berita miring. Dan, kini ia bekerja sama dengan para sahabatnya menjalankan website momsweetmoms.com

IMG_0989

Ibu dari Davina (12), Raka (6) dan Nala (3) tampak bersemangat saat sesi ngobrol santai dengan MD berlangsung. Mulai dari bicara tentang kesibukan baru bersama empat sahabatnya Ersa Mayori, Novita Angie, Meisha Siregar dan Nola B3 tentang webite Mom Sweet Mom yang sedang mereka rintis – hingga prinsip Mona dan Indra Brasco menjalankan rumah tangga mereka. “Kalau ada masalah, cepat-cepat diselesaikan dan dibahas – tidak dibiarkan berlarut-larut, karena bisa berakibat saling menduga-duga. Dan aku banyak belajar dari Indra, dia pernah bilang “Kita bisa bikin sendiri kok, skenario dalam keluarga kita”, dia tidak membiarkan ini berjalan natural, melainkan dibuat skenarionya.” Sekelumit resep berumah tangga ala Mona dan Indra.

Hmmm, apa lagi ya kiat-kiat Mona dan Indra mempertahankan keharmonisan mereka dan bagaimana awal mulanya Mom Sweet Mom ini terbentuk?  Simak cerita lengkapnya yuk, Mommies :)

Ceritakan dong, awalnya tercipta Mom Sweet Mom ini?

Dalam suatu kesempatan saat saya dan keluarga Elsa Mayori ke Amerika selama 3 minggu, kami sering posting kegiatan selama di sana di Instagram. Tanpa disangka postingan-postingan kami mendapat banyak tanggapan dari follower kami. Di antaranya banyak yang bertanya, “Kok bisa bawa anak pergi berlibur dalam jangka waktu yang cukup lama?”, “Persiapannya apa saja?” – dari situ mulai deh muncul ide. Ternyata banyak informasi ya yang bisa dibagi kepada masyarakat. Akhirnya kami menawarkan kepada yang lainnya, awalnya kami ingin membuat website seputar liburan saja – mulai dari persiapannya apa saja, kendala liburan membawa anak, dan pemilihan lokasi hotel. Tapi begitu menumpahkan ide ternyata banyak juga topik yang bisa dibagikan kepada masyarakat. Kiat-kiat dari kami saja pada dasarnya, tapi setiap orang tetap ada spesifikasi khusus – misalnya Novita Angie yang sangat expert untuk urusan sepatu. Jadi saya pikir apa salahnya kalau diselingi dengan topik lainnya.

Tantangan merintis Mom Sweet Mom? Mengingat sudah banyak bermunculan media sejenis.

Sebetulnya kami tidak ampil pusing memikirkan positioning kami ada di mana, karena konsep kami awalnya hanya ingin mempunyai wadah untuk berbagi cerita. Daripada terbatas di social media saja, dan informasi yang kami bagi malah setengah-setengah, lebih baik kami buat secara utuh dalam sebuah artikel. Dan gaya penulisannya mengalir saja, sesuai dengan kepribadian dan gaya bahasa masing-masing.

Salah satu tujuan kami membuat Mom Sweet Mom ini, karena kami prihatin dengan kondisi citra artis di Indonesia yang seolah-olah sangat identik dengan berbagai kasus yang menimpa mereka. misalnya kasus perceraian, segala sesuatu mengenai harta – tema-tema ini menjadi konsumsi menarik untuk bahan berita infotainment. Dari kondisi ini sayangnya sebagaian masyarakat hanya mengetahui berita tentang selebritas dari segi yang negatif saja

Sementara jika para publik figure sedang memiliki berita yang bagus, jarang ada yang ingin meliput. Padahal sebenarnya artis banyak yang memiliki passion yang oke banget, tapi jarang ada yang mau meliput – Iwet Ramadhan dengan batiknya misalnya. Nah, kami ingin teman-teman juga ikut nulis di Mom Sweet Mom. Lewat media ini kami juga berharap, ada secercah harapan untuk mengubah citra tersebut.

Kami itu sebenarnya punya kekuatan yang cukup besar untuk memengaruhi masyarakat, kan sayang kalau tidak dipergunakan di jalan yang benar. Kami ingin memberikan gambaran positif mengenai artis-artis di Indonesia, bahwa masih banyak hal-hal positif yang bisa dibagi ke masyarakat. Bisa memberikan manfaat. Kami sebagai public figure ikut merasa memiliki tanggung jawab dengan kondisi yang seperti ini. Kami berharap langkah kecil ini dapat  menjadi langlah besar dan pastinya tindakan nyata untuk memberikan manfaat kepada masyarkat luas.

Mom Sweet Mom ini mau diteruskan sampai di titik mana, misalnya sampai anak-anak dewasa, atau bagaimana?

Kami memilih untuk mengalir saja, dan intinya kami ingin menyebarkan informasi positif ke masyarakat. Jika bisa diteruskan hingga anak-anak dewasa lebih bagus ya. Sekarang saja, anak-anak dari Ersa, Angie, Echa dan Nola yang sudah bisa menulis, mulai membuat artikelnya sendiri. Aku sih, inginnya sampai mereka besar ya, karena kan selalu ada pengalaman baru, seiring dengan pertumbuhan mereka. Untuk mengajarkan anak-anak juga, bahwa ternyata, hal yang buat kita biasa saja dan sudah menjadi ritual sehari-hari jika disebarluaskan kepada masyarkat, ternyata bisa mengambil manfaat dari tulisan tersebut , dan diaplikasikan kepada keluarganya sehingga keluarga menjadi lebih baik, itu secara tidak langsung kita menyebarkan manfaat.

Selanjutnya Mona berbagi cerita tentang persabatannya bersama Ersa, Angie, Echa dan Nola & kiatnya menjaga keharmonisan rumah tangga.

Dari persahabatan ini, bisa dibilang semua memiliki keluarga yang harmonis. Kalau menurut Anda, itu membawa efek positif nggak sih? Membuat Anda menjadi lebih terpacu berbuat kebaikan yang sama (misalnya terhadap pasangan).

Iya betul. Justru di saat kami kumpul, baru disadari bahwa kami mengambil banyak manfaat dari hasil obrolan tersebut. Hanya saja ketika sudah sampai rumah kami baru menyadarinya, misalnya ada yang menghadapi masalah dengan sangat santai. Tidak hanya dari obrolan saja, melihat dari gerak tubuh masing-masing pasangan saja bisa menjadi ilmu baru untuk kami. Atau dapat ilmu bagaimana cara menangani anak. Itu kan sebenarnya bisa kasih pengaruh positif. Selain itu, lewat persahabatan ini, saya memiliki banyak harapan – yaitu cerita-cerita kami bisa diakses oleh orang banyak.

mona2

Gambar dari sini

Anda dan suami termasuk ke dalam pasangan yang jauh dari gosip dan langgeng. Bagi kiatnya dong.

Paling mudah sih, menurut kami – baik suami maupun isteri punya kontribusi yang sama. Minimal mau saling memberi, dan kalau saya sama Indra niatnya saling memberi bukan saling menuntut. Tapi ada juga masa-masa di mana kami saling menuntut, bukannya masalah selesai malah semakin tidak karuan masalahnya. Karena di saat masing-masing meminta, akhirnya yang memberi malah tidak ada, tapi kalau masing-masing memberi bahkan bisa berlebihan. Yang penting, butuh adanya inisiatif dari masing-masing untuk cepat-cepat menyelesaikan masalah – bukannya saling mengandalkan dan saling menunggu. Jadi tanpa berharap pasangan melakukan hal yang sama atau membalas, yang penting kisa memberikan apa yang bisa diberi secara maksimal.

Dalam kasus kami kebetulan inilah yang terjadi, saling memberi, jadinya lebih mudah. Tapi mungkin akan menjadi sulit, kalau salah satu pasangan saja yang memberi, tapi kalau yang bersangkutan sudah ikhlas akan seumur hidup ikhlas memberi dan tidak meminta balasan, itu mungkin akan bertahan lebih lama. Hanya saja kan tidak semua orang bisa bertindak demikian, ada juga yang punya limit dan merasa ada di titik sudah mulai lelah karena memberi terus.

Konteks memberi ini konteks dalam semua hal ya, misalnya dalam hal menjaga keharmonisan pasangan, dan mengasuh anak-anak. Dan kebetulan Indra itu tipe suami yang sangat terlibat dengan pengasuhan anak, terlebih karena dia lebih banyak di luar rumah, Indra jadi sangat sadar diri. Ketika di rumah, jadi kesempatan Indra untuk quality time sama anak-anak, sayanya malah jadi santai, hahaha.

Poinnya saya merasa Indra sangat bermanfaat di segala situasi, dan Indra merasakan yang sama. Ujung-ujungnya kita merasa saling membutuhkan, puas satu sama lain. Indra pernah bilang “Kita bisa bikin sendiri kok, skenario dalam keluarga kita”, dia tidak membiarkan ini berjalan natural, melainkan dibuat skenarionya. Misalnya, mau memberikan kue atau makanan kesukaan lainnya untuk anak-anak, Indra akan mencari cara seunik mungkin, supaya bisa diingat anak-anak. Karena tanggapan dari anak-anak juga akan berbeda. Indra memilih untuk membangun kebahagiaan, bukan hanya sekadar melakukan ritual harian saja.

Kalau sudah mengalami kebosanan dengan kegiatan yang itu-itu saja biasanya Anda melakukan ritual apa?

Kalau sudah mulai bosan dengan runitas yang itu saja, kami akan membuat sesuatu yang lain dari biasanya. Lagi-lagi di sini dibutuhkan inisiatif, dalam sebuah kesempatan, kali ini saya yang mengambil porsi itu. Kalau biasanya, Indra yang akan mengatur segala sesuatu tentang kebutuhan perjalanan, sekarang sayalah yang melakukan semua persiapan tersebut.

Misalnya, saat dulu kami pergi berlibur, ersiapan mulai dari memerah ASI, karena Raka (anak kedua kami saat itu masih menyusu) rencananya akan kami tinggal semalam saja. Aku kasih kejutan perjalanan ke Bali, Indra kaget karena dia merasa yang melakukan ini semua bukan aku. Dinamika-dinamika seperti ini perlu dibikin, karena kalau sudah lama tidak melakukan hal semacam itu, perlu dipikirin lagi mau ngapain ya? Biar hidup terus hubungannya.

Apakah hal yang sama berlaku dengan anak-anak?

Sama anak-anak juga begitu. Misalnya Indra kalau membuat teh suka menggunakan istilah-istilah “ajaib”, “Teh cinta buatan Bunda itu rasanya lain!”, anak-anak jadi terbawa suasana yang dibangun sama Indra dan respon mereka juga heboh jadinya. Menurut saya itu ide yang keren banget, dan saya sama Indra terbuka – kami ngobrol apa adanya, bahwa sebagai manusia biasa ada kemungkinan akan bosan satu sama lain. Atau sedang bosan di rumah, itu merupakan hal wajar. Jadi, kalau pasangan mau nyaman dengan diri kita, ya harus dibangun. Kami sadar akan hal itu.

Kalau bepergian sama anak-anak juga disetting ya, Mbak?

Iya sering kali juga seperti itu ya, misalnya surprise trip. Nah, itu juga dicontoh sama teman-teman yang lain. Misalnya waktu itu, kami bilangnya mau ke Surabaya, tapi ternyata ke Hong Kong, karena Mima, anak pertama kami lagi kepingin banget ke Disneyland. Atau waktu itu juga pernah, saya bilang hanya mengantar Indra ke bandara, karena ada perjalanan bisnis, eh, tapi ternyata anak-anak nganternya sampai ke pesawat dan akhirnya ya kami pergi liburan. Indra juga rutin pergi berdua dengan masing-masing anak. Karena Indra mau anak-anak dekat dengan dirinya, bukan malah takut.

Kira-kira Mona dan Indra ingin dipandang sebagai orangtua yang seperti apa ya? Yuk, lihat di halaman selanjutnya Mommies

mona1

Gambar dari sini

Kalian maunya dipandang sebagai orangtua yang seperti apa?

Maunya dipandang sebagai orangtua yang asyik saja, pinginnya anak-anak merasa nyaman sama kami. Sehingga mau berbagi cerita dan bertanya tentang hal apapun ke kami. Bukan hal mudah sih sebetulnya, misalnya ketika mereka sudah merasa nyaman ke kami, eh, kami malah mendapatkan pertanyaan yang membuat kami kaget, hahaha. Tapi minimal anak-anak sudah berani bertanya ke kami karena merasa nyaman itu tadi.

Cerita dong tentang kejutan dari Indra berupa pemberian cincin pernikahan yang sudah lama diidam-idamkan Anda?

Jadi, ketika kami menikah dulu dananya pas-pasan. Walaupun ada beberapa pos yang mendapatkan sponsor, tapi untuk cincin dan katering kami harus membayarnya sendiri. Ya kami pikir, ya sudah membeli cincin yang harganya bersahabat saja, kebetulan ada cincin yang kami berdua senang modelnya, tapi dari segi harga belum mampu untuk membeli. Jadi ya sudah, kami tiru saja modelnya. Dan saya nggak nyangka, Indra akan membelikan versi aslinya. Kebetulan waktu perayaan ulang tahun pernikahan kami ke-10, Indra diam-diam nitip cincin ke temannya. Pemberian ini lebih kepada simbol pencapaian Indra dan keuarga kami, dan momen perayaan atas segala sesuatu yang kami sudah jalani selama ini. Karena kami memulai rumah tangga dari nol.

Hal apa yang bisa Anda bagi, selama menjadi orangtua?

Intinya ketika memutuskan menjadi orangtua, artinya kita mendedikasikan diri ini untuk oranglain, yaitu anak dan suami. Dan menurut saya berkeluarga itu adalah proses belajar seumur hidup. Tapi di antara kegiatan mendidik anak, sebenarnya saya yang mendapat ilmu paling banyak dari anak-anak. Pelajaran paling berharga yang saya dapat adalah belajar melihat berkah di segala situasi. Kalau kita hanya melihat dari sisi repotnya saja, sampai kapanpun akan merasa susah terus.

Ada pembagian tugas pengasuhan anak dengan Mas Indra?

Kalau pembagian tugas secara khusus sih, nggak. Pokoknya, jika saya ada kelebihan di bidang tertentu, misalnya saya suka crafting karena dulu kuliahnya jurusan design grafis. Nah, jadi kalau anak-anak ada tugas yang berkaitan dengan crafting, saya yang ambil alih tugas ini. Kalau urusan gadget lebih ke Indra. Intinya lebih ke arah kerjasama saja.

Di sela-sela kegiatan Anda sebagai ibu dari tiga anak, dan istri. Kegiatan relaksasi apa yang biasanya dilakukan?

Mandi pakai shower, dan airnya hangat. Itu seperti luruh semua masalah. Dan suka berjalan berdua saja sama Indra, karena nanti kita berdua sudah fresh, manfaatnya juga akan dirasakan sama anak-anak – jadi kami tidak merasa bersalah.

Ada mentor khusus nggak, dalam berumah tangga – misalnya psikolog keluarga?

Secara khusus sih, belum ya. Tap sesekali, kalau ada acara yang ada narasumbernya psikolog, suka ngobrol di lokasi. Nah, sekarang karena Mima sekarang sudah remaja, aku dan Indra sudah mulai berpikir ke arah itu ya. Ingin punya sesi khusus dengan psikolog untuk berdiskusi mengenai perkembangan anak-anak, karena nanti hal-hal seperti ini bisa dibagi ke orang lain.

Role model untuk Anda?

Saya melihat sosok Ayahnya Indra yang luar biasa, karena bisa menghasilkan anak seperti Indra. Ayahnya Indra, berhasil mendidik Indra menjadi sosok pria yang mandiri, karena dia merantau dari Malang ke Jakarta. Memberikan kesempatan untuk berkembang, padahal risikonya sangat tinggi. Dan tipe orangtua yang mau menerima masukan dari anak-anaknya.

Obrolan singkat yang membawa manfaat cukup banyak untuk saya, semoga Mommies juga merasakan hal yang sama ya :)