banner-detik
YUMMY MOMMIES

Motherhood Monday : Cerita Meyta Retnayu Membangun Bisnis Kaynn & Persiapan Jadi Ibu

author

adiesty22 Jun 2015

Motherhood Monday : Cerita Meyta Retnayu Membangun Bisnis Kaynn & Persiapan Jadi Ibu

Pemilihan nama yang playful dengan karakter produk yang orisinal akan menjadikan sebuah brand lebih stand-out sehingga mampu 'mencengkeram' pasar. Hal inilah yang sudah dilakukan Meyta Retnayu sehingga berhasil membesarnya usahanya bernama 'Kaynn', usaha di bidang handcrafted bags and leather goods.

Bagi Mommies yang menyukai dan senang mengoleksi tas kulit buatan anak negeri mungkin sudah familiar dengan brand Kaynn. Saya sendiri sudah lama jadi penggemar tas buatan Meyta Retnayu ini. Alasannya tentu saja tidak terlepas karena kualitas serta desain model yang ditawarkan Kaynn begitu menggoda. Tidak percaya? Coba saja intip akun Instagram @meytanayu.

meyta

Perempuan asal Bandung ini mengakui kalau kekuatan produknya adalah simplicity in complexity. Meskipun desain yang ditampilkan sangat sederhana, namun pengerjaannya terbilang sulit. Hal ini dikarenakan semua pengerjaan yang handmade dengan proses desain yang cukup rumit. Tidak heran kalau produk buatan istri dari Mitchy Vilhat Riffandie ini sudah diekspor ke beberapa negara.

Meyta telah berhasil 'menyulap' bahan-bahan kulit kambing ataupun sapi menjadi produk fashion yang unik. Hebatnya lagi, untuk mengurangi gunungan sampah dari bahan kulit, ia pun memanfaatkan sisa kulit untuk dijadikan berbagai aksesori berukuran kecil, seperti dompet, gantungan kunci, gelang, dan sandal.

Mau tahu perjalanan perempuan yang tengah menanti kehadiran anak pertamanya ini dalam membangun kerajaan bisnisnya? Simak obrolan saya dengannya, di bawah ini, ya.

Ceritain dong awal mulanya membuka usaha Kaynn. Idenya dari mana, sih?

Awal mulanya, tahun 2009 lulus kuliah di FSRD ITB saya hijrah ke Bali untuk bekerja di suatu retail busana, setahun di sana saya melihat banyak produk kulit. Jadi tertarik untuk coba-coba bikin sendiri karena sumber dayanya mendukung (tukang, dan bahan baku). Di samping itu saya merupakan penggemar tas kulit dibanding produk fashion lainnya, setelah berpikir panjang “Dari pada ngebesarin brand orang, mending saya merintis brand sendiri”. Lalu dari sana awal mulanya, saya build di Bali. Intinya dimulai dari kegemaran mengumpulkan tas dan coba untuk membuat untuk diri sendiri.

Kenapa memilih nama Kaynn?

Kaynn sendiri sebenarnya tidak ada artinya, spontan saja di kepala karena mungkin hampir setiap hari saya berhubungan dengan material kain baik semasa kuliah (kriya tekstil ITB) maupun bekerja ketika fresh graduate. Hanya ingin abstrak jadi penulisannya diubah biar rancu.

Sebelumnya memang sudah pernah ada pengalaman bekerja di industri fashion?

Yup, karena saya sempat bekerja di retail busana “Biasa” di Bali. Dari sana banyak dapat pengalaman, lalu pondasi paling utama jelas ketika semasa kuliah saya di jurusan seni rupa ITB jurusan Kriya Tekstil di sana banyak belajar tentang desain, manajemen desain dan mendapatkan banyak link di dunia desain seni dan fashion, seperti pernah terlibat di beberapa event fashion Jakarta Fashion Week (JFW) atau Jakarta Fashion Food Festival (JFFF) dan lain lain.

Selanjutnya, Meyta bercerita mengenai strategi yang dilakukan dalam membangun kekuatan merek Kaynn.

Boleh tahu berapa modal awal yang  Meyta keluarkan untuk  awal membuka usaha ini?

Modal awal tak lebih dari 2 juta, kok. Karena kan awalnya untuk diri sendiri, dipakai kemudian teman lihat dan pesan. Dari sana nggak butuh modal yang besar.

kaynn

Menurut Meyta, apa yang menjadi kekuatan brand Kaynn?

Kekuatan produk kita di kualitas kulit, desain dan proses pengerjaan yang handmade. Desain yang ditampilkan sangat sederhana, tapi justru di situ kekuatanya Kaynn, simplicity in complexity.  Namun kesederhanaan yang ditampilkan tidak sesederhana itu, kita melalui proses desain yang cukup rumit, karena untuk menghasilkan produk yang berkualitas bisa dibilang nggak instan.

Kenapa sederhana? Karena menurut saya material kulit sudah mewah dan tidak harus berlebihan ditampilkan dan sebuah desain, cukup potongan sederhana. Beberapa desain sudah terlihat manis, mewah dan elegan, lagi-lagi ditunjang dengan pemilihan kulit yang pas. Dan untuk memilih masih saya lakukan dengan tangan sendiri, tidak diwakilkan.

Saat ini  pembeli Kaynn kan tidak hanya masyarakat Indonesia saja, karena produknya sudah diekspor. Sejauh ini negara mana saja? Bagaimana awalnya sampai bisa menjaring pembeli dari luar negeri?

Saat ini kita sudah ekspor ke Malaysia, Australia, Jepang,  Dubai,  dan Los Angeles. Awalnya mungkin karena kita mulai di Bali, yang banyak wisatawan asing, dari situ dari mulut ke mulut berkembang dan mulai dikenal. Kemudian ditunjang dengan social media yang sekarang ini menurut saya sebagai senjata utama marketing sehingga bisa melakukan pemasaran tanpa batas.

Mengingat saat ini produsen tas kulit lokal sudah banyak, bagaimana strategi Meyta untuk membuat brand Kaynn tetap ‘dilirik’ masyarakat?

Yang jelas agar tetap dilirik kita harus “beda”, “unik” serta mengutamakan kepuasan customer, after sales  juga sangat penting buat kita. Produk kita ada garansi dan komunikasi dengan customer juga harus baik.

Oh, ya, setiap bulannya berapa banyak tas yang bisa diproduksi?

Dalam sebulan kami bisa produksi sekitar 50-100 tas beserta aksesorisnya, seperti dompet, gantungan kunci, dan sampul organizer.

Mengingat Meyta saat ini sedang hamil, mengurangi porsi kesibukan nggak?

Selagi hamil, otomatis intensitas pekerjaan agak dikurangi, namun produksi tetap berjalan karena kami ada orang yang bertanggung jawab dengan produksi, jadi untuk keperluan bisnis nggak terlalu terganggu.

Di laman selanjutnya Meyta bercerita soal persiapannya menjadi seorang ibu.

Kebayang kira-kira nanti Meyta akan jadi sosok ibu seperti apa?

Ibu yang casual,  hehehe. Saya lebih suka mendidik anak dengan cara santai namun bertanggung jawab, lebih membebaskan pilihan kepada anak namun tetap pada pendampingan dan pantauan dengan suami. Melihat orangtua saya juga mendidik kami seperti itu. Kami dibebaskan untuk melakukan hal apapun, memilih apapun seperti sekolah, jurusan, dan lain-lainnta. Tapi dari sana, kami malah lebih bertanggung jawab sendiri karena pilihan kami jadi modal ke depannya untuk melanjutkan hidup. Orangtua hanya membekali dan membimbing serta memantau. Hasilnya setengah perjalanan hidup sudah bisa dinikmatin. Di umur sekarang, saya melakukan pekerjaan dan mencari nafkah di bidang yang saya gemari.

Siapa role model parenting buat Meyta?

Role model parenting tentunya Mama dan Papa saya. Mereka sangat demokrasi dalam mendidik anaknya dengan membekali agama, keahlian khusus, dan pendidikan yang baik. Ketiga hal tersebut bisa menjadi pondasi yang kuat untuk anaknya dalam memilih lingkungan pergaulan, mana yang baik di luar lingkungan rumah, karena pergaulan mempengaruhi cukup besar di kehidupan sosial kita. Baik buruk terhadap tingkah laku kita.

meyta1

Cerita dong, sejauh mana sih dukungan suami dengan bisnis Meyta?

Suami sangat mendukung, karena sebenarnya lingkup kami juga nggak jauh berbeda. Suami juga berkecimpung di dunia desain, desainer produk. Jadi sebenarnya sudah saling memahami satu sama lain, hehehe.

Sebenarnya bagaimana Meyta membagi waktu antara bisnis dan keluarga?

Manajemen waktu penting, apalagi dengan memilih wirausaha. Weekend pun nggak kenal libur. Intinya dinikmatin dan tidak dijadikan beban, karena jalan ini yang kita pilih. Dan mau tidak mau harus serius, karena inti dari usaha adalah kerja keras dan konsisten, bahkan quality time kami juga bisa sambil mengerjakan pekerjaan. Intinya dibawa santai saja,  kami biasanya mematok dalam setahun kerja dan beberapa bulan off untuk liburan. Mungkin semuanya berubah ketika nanti saya melahirkan, di sana menejemen waktu perhari harus dibagi untuk kepentingan anak.

Apa saja tantangan terberat menjadi womanpreneur?

Tantangannya banyaknya kompetitor, tapi di sana kami makin tertantang untuk mencipatakan suatu yang baru dan beda. Bagaimana kami putar otak terus untuk menciptakan sesuatu yang baru agar orang juga tetap melirik dan harus memiliki ciri atau garis merah agar orang tetap ingat dengan produk kita.

Boleh, dong, tolong share beberapa kiat buat pembaca Mommies Daily yang mungkin berencana untuk berbisnis?

Intinya jangan takut memulai, kalau sudah mulai jangan setengah setengah, dan harus konsisten.  Semua usaha pasti ada naik turun, jadi kalau bisnis usahakan harus bisa menabung, ini penting banget, lho. Kerja keras juga pasti, ya, karena kalu bisnis sendiri, sejauh mana usaha kita, itu hasil yang kita tuai sendiri.

----

Wah, saya setuju sekali dengan kalimat  Metya yang mengatakan kalau hasil yang yang kita dapatkan memang tidak terlepas dari usaha dan kerja keras diri kita sendiri. Mudah-mudahan obrolan saya dengan Meyta memberikan insight buat Mommies yang lain, ya.

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan