banner-detik
ETC

Etika Menjenguk Bayi Baru Lahir

author

fiaindriokusumo16 Jun 2015

Etika Menjenguk Bayi Baru Lahir

Mendengar seorang kenalan baru saja melahirkan tentu saja kita semangat untuk menjenguk. Tapi, sebelum keburu ‘nafsu’ menjenguk, pahami dulu aturan mainnya agar kita tidak menjadi tamu yang menyebalkan.

Saat saya baru melahirkan Bagus ataupun Djati, saya senang saat ada kenalan yang menyempatkan diri menjenguk saya dan si kecil. Tapi, tak jarang ada beberapa hal yang membuat waktu berkunjung menjadi terasa tidak nyaman bagi saya atau bahkan membuat saya merasa sebal. Bukan, bukan karena saya tidak tahu berterimakasih (Dih, udah bagus dijenguk, kok, malah mengeluh), tapi lebih kepada saya ingin agar baik saya, si kecil yang baru lahir dan orang yang menjenguk sama-sama nyaman. Dan, setelah saya bertanya-bertanya kepada sesama mommies, mereka setuju, kok, dengan pendapat saya (mencari teman, hehehe).

KnockKnock450

*Gambar dari sini

Ini dia aturan versi saya yang pada akhirnya selalu saya terapkan ketika saya menjenguk seorang kenalan yang baru saja melahirkan.

  • Tak perlu menjadi yang pertama
  • Entah mengapa, seringkali saya melihat, setiap kali ada berita teman atau saudara yang baru saja melahirkan kemudian kita mau buru-buru menjenguk. Saat saya baru melahirkan dan kebetulan saya harus menjalani operasi sesar, sungguh deh, setelah melewati proses panjang dari niat melahirkan normal hingga kemudian terpaksa sesar, rasanya tubuh saya lelah luar biasa, rasa sakit masih terasa dan saat itu saya hanya ingin berdua dengan bayi saya atau jika ada tambahan, ya paling hanya suami saya saja.

    Ibu yang baru melahirkan membutuhkan waku untuk memulihkan diri dari rasa lelah dan sakit. Belum kalau ternyata emosinya juga belum stabil menghadapi ‘gelar’ baru sebagai seorang ibu. Ditambah merasa belum pede dengan penampilannya. Jadi, alangkah baiknya jika sebelum menjenguk kita bertanya dulu pada si ibu atau ayah, bagaimana kondisi ibu, bagaimana kondisi si bayi dan kapan waktu yang tepat untuk menjenguk.

  • Jangan asal sentuh dan cium
  • Ini salah satu poin yang cukup membuat saya gregetan bukan kepalang kalau melihat orang menjenguk kemudian main sentuh, main cium tanpa permisi ke si ibu. Namanya bayi baru lahir sistem imun alias daya tahan tubuhnya kan belum maksimal ya. Sedangkan dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, kita nggak tahu apa saja yang kita sentuh, kuman apa saja yang terbawa oleh tubuh. Lebih baik minimalkan keinginan untuk menyentuh dan mencium. Kecuali kalau orangtua si bayi menawarkan. Itu pun kita harus memastikan bahwa kita sudah mencuci tangan dengan sabun.

  • Kurangi komentar yang tidak penting
  • Pernah nggak saat menjenguk kemudian kita mengajukan pertanyaan seperti ini, “Kok, wajah bayinya nggak mirip ayah dan ibunya?”, “ASI atau susu formula?,” “Kok operasi sesar sih? Kan proses persalinan secara normal paling baik?”  Well, jangan bersikap sok tau kalau kita tidak tahu alasan yang membuat si ibu memilih hal yang mungkin bertentangan dengan prinsip kita.

  • Paham kapan waktunya untuk pulang
  • Saat situasi sudah semakin ‘riweh’, misalnya bayinya menangis terus-menerus, atau kita melihat ekspresi lelah di wajah si ibu atau ayah, nah, itu tanda sebaiknya kita segera berpamitan.

  • Hadiah untuk ibu baru atau si kakak
  • Saat melahirkan anak kedua, saya sering merasa iba pada anak pertama saya. Mengapa? Karena setiap tamu-tamu datang menjenguk adiknya, selalu yang mendapat hadiah si adik. Dan, si kakak hanya bisa menatap iri. Kemudian, ada seorang teman kantor saya yang datang menjenguk kemudian dia membawa dua kado, satu untuk adik dan satu untuk si kakak. Saat itu wajah anak pertama saya langsung sumringah dan penuh senyum. Hadiahnya nggak mahal-mahal amat, tapi bernar-benar berdampak pada perasaan si kakak.

    Belajar dari pengalaman ini, saya pun selalu melakukan hal yang sama. Kalau saya tahu orang yang mau saya jenguk memiliki dua anak, maka saya akan siapkan hadiah untuk anak pertama. Tapi kalau ternyata ini adalah anak pertamanya, saya tetap membawa dua kado. Satu kado lagi untuk si ibu. Setelah melewati proses melahirkan dan merawat bayi, siapa sih yang tidak senang menerima kado?

  • Jangan asal posting foto
  • Rasa senang karena teman atau kerabat kita pada akhirnya melahirkan seorang bayi mungil nan lucu, kemudian kita pun tidak sabar menjadi PR yang ingin memberitakan kabar bahagia tersebut. Hanya sekadar menuliskan informasi di social media mungkin tidak masalah. Tapi jangan lantas Anda buru-buru mengambil foto si bayi dan sibuk posting di social media sambil men-tag banyak kenalan. Wait, yakin orangtua si bayi tidak masalah dengan tindakan Anda? Sebelum melakukannya, coba tanya terlebih dahulu, apakah si orangtua tidak masalah.

    Ada yang ingin menambahkan? Silahkan saja :).

    Share Article

    author

    fiaindriokusumo

    Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan