Gambar dari sini
Belakangan ini pamor beberapa pola makan atau pola diet itu sedang gencar di kalangan masyarakat. Nggak usah jauh-jauh, di antara teman-teman saya saja, masing-masing punya pola makan yang berbeda-beda dan semuanya yakin bahwa pola makan yang mereka ‘anut’ itu adalah pola makan yang paling the best.
Kalau menurut saya, ini kan kembali ke cocok-cocokan aja ya. Tapi, karena saya juga sudah berencana kembali ke ‘jalan yang benar’ alias mau mulai memiliki pola hidup yang sehat, maka memerhatikan pola makan otomatis menjadi bagian dari si jalan yang benar ini, hehehe. Daripada salah-salah, selain mencari tahu di mbah google, saya pun bertanya ke Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc mengenai dua trend pola makan di atas dan aman nggak kalau saya menularkan pola makan tersebut ke Jordy kelak.
Food Combining
Nah, salah satu teman kantor saya ada yang penganut pola makan Food Combining ini. Setiap pagi sampai jam 11.00 WIB dia hanya mengonsumsi buah-buahan. Aturan mainnya dalam mengonsumsi makanan adalah, jangan makan pisang sebagai makanan pembuka dan jenis buah seperti semangka dan melon tidak bisa digabungkan dengan jenis buah yang lain. Selain itu, dilarang untuk menggabungkan karbohidrat dengan protein hewani seperti daging ayam, daging merah dan ikan. Karbohidrat hanya bisa ‘berteman’ dengan protein nabati, begitu juga protein hewani hanya bisa berteman dengan protein nabati.
Food Combining meyakini kalau makanan yang berbeda jenis membutuhkan waktu yang berbeda untuk proses pencernaan. Dengan mengonsumsi makanan yang kaya kandungan protein hewani bersama dengan makanan yang kaya kandungan karbohidrat, akan mengurangi penyerapan zat gizi karena akan menyebabkan makanan-makanan tersebut tertinggal dan terfermentasi dalam saluran cerna sehingga akan membentuk zat racun, yang akhirnya akan menyebabkan berbagai penyakit kronis.
Menurut dokter Saptawati, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah tentang kelebihan dan kekurangan metode diet tersebut, namun pemilihan bahan-bahan makanannya memang sudah bervariasi dan lengkap gizi. Lalu bagaimana jika pola makan Food Combining ini diterapkan ke anak-anak atau ibu hamil?
Untuk mengonsumsi makanan dengan pola diet seimbang saja sudah cukup sulit untuk dilaksanakan dengan baik, apalagi dengan aturan-aturan khusus seperti metode ini. Dikhawatirkan, apabila tidak dilaksanakan dengan benar maka akan mengurangi kecukupan asupan zat gizi secara lengkap yang akan berdampak pada kualitas kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Apalagi untuk diaplikasikan pada anak yang masih sering mengalami masalah sulit makan.
Do & Don’ts: Sepanjang bisa memperoleh asupan energi dan zat gizi lengkap dalam sehari dari berbagai jenis makanan, metode diet apapun tentu boleh dicoba.
Evaluasi yang bisa dilakukan untuk mengetahui metode ini cocok dengan metabolisme tubuh: Perlu evaluasi kesehatan baik secara fisik dan laboratorium untuk mengetahui kecukupan zat gizi tubuh dan gangguan metabolisme karbohidrat (kadar gula darah dan insulin), lemak (kadar lemak darah) dan protein (kadar albumin dan hemoglobin) serta peningkatan penanda peradangan dalam tubuh (C-reactive protein dan zat kekebalan tubuh).
Selanjutnya tentang pola diet Raw Food
Gambar dari sini
Raw Food
Yang saya tahu, artis Sophie Navita salah satu pelaku pola makan Raw Food. Kalau dari informasi yang saya peroleh, Raw Food merupakan pola makan dengan mengonsumsi bahan makanan yang belum diproses, organik, tidak dimasak, seperti sayur, buah, umbi, rumput laut, kacang, bijian, buah yang dikeringkan atau sekitar 75% makanan yang dikonsumsi tidak melalui proses pengolahan sama sekali.
Apa pentingnya coba mengonsumsi makanan yang tidak melalui proses pengolahan alias tidak dimasak sama sekali? Kalau menurut pola makan Raw Food, bahan makanan yang dimasak akan kehilangan cukup banyak zat gizi. Dengan tidak diproses maka akan diperoleh zat gizi yang lengkap, juga kandungan enzim untuk proses pencernaan masih memadai. Kelebihan lainnya, kandungan tinggi serat alami dari makanan mentah menyebabkan rasa lebih kenyang sehingga akan mengurangi asupan makanan. Selain itu bahan makanan mentah dan alami juga rendah kalori, sehingga tubuh kita juga akan rendah kandungan lemak, gula dan karbohidrat.
Ketika ibu hamil melakukan pola diet ini: Sepanjang dapat menjamin kebersihan dari bahan makanan mentah yang akan dikonsumsi, maka ibu hamil atau ibu menyusui dapat memperoleh asupan vitamin, mineral, air dan serat dari sayur dan buah, namun perlu dibarengi dengan asupan makanan pokok dan lauk pauk.
Jika si kecil disertakan melakukan pola diet ini: Dibandingkan dengan memberikan makanan cepat saji tinggi kalori dengan berbagai dampak negatifnya bagi kesehatan, maka menyediakan sayur dan buah mentah pada setiap kali makan bersama makanan pokok dan lauk-pauk merupakan cara untuk membiasakan anak menyukai dan mengonsumsi sayur dan buah.
Do & Don’ts: Yang pasti perlu dijaga kebersihan dan keamanannya sebelum dikonsumsi.
Evaluasi yang bisa dilakukan untuk mengetahui metode ini cocok dengan metabolisme tubuh: Diperolehnya berat badan yang sehat tanpa tanda-tanda gangguan tubuh akibat kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral).
Poinnya yang perlu diingat saat melakukan salah satu pola diet di atas adalah tetap melakukan aktivitas dan latihan fisik secara teratur minimal selama 30 menit per-hari selama minimal lima hari dalam seminggu.
Kalau di antara Mommies ada yang sudah menjadi pelaku Food Combining atau Raw Food, mau dong informasinya mom, biar saya yang Newbie ini nggak kebingungan lagi.