"Ibuuuu.... badan aku gatal-gatal, nih. Tolong garukin dong."
Kalimat yang dilontarkan anak saya, Bumi, hampir setiap malam saya dengar. Ya, selain mendongeng ataupun membacakan buku cerita, ritual setiap malam saya adalah mengelus-elus pergelangan tangan atau kakinya Bumi. Namun, tidak jarang usapan tersebut berubah menjadi garukan jika anak lanang saya ini sedang merasa gatal.
Walaupun usia Bumi sudah 5 tahun, untuk urusan kulit sepertinya anak saya ini masih saja sensitif. Gampang banget, deh, kena iritasi. Salah memakai produk seperti sabun, kulitnya bisa langsung kering. Kena perubahan suhu cuaca, juga bisa gampang bentol. Duh!
Pernah suatu kali ketika kami sedang liburan ke Lembang, Bumi mengalami bentol-bentol besar di sebagian besar tubuhnya. Tangan, kaki, dan badannya tampak mengalami edema atau peradangan kulit. Kondisi yang sering disebut sebagai biduran, secara medis dikenal dengan istilah urtikaria. Untungnya, gatal kemerahan pada tubuhnya ini tidak berlangsung lama. Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, bidurannya hilang dan tidak menimbulkan bekas. Soalnya ada, lho, yang mengalami urtikaria knonik, di mana kondisi bentol-bentol ini tetap bertahan hingga 6 minggu lebih. Namun, urtikaria kronik ini pada umumnya dialami pada orang dewasa.
Menurut sebuah artikel kesehatan yang pernah saya baca, para ahli menyimpulkan kalau gejala bentol-bentol pada urtikaria ini disertai dengan rasa gatal. Terjadi karena pembuluh darah kapiler pecah dan melepaskan molekul histamin yang memicu pembengkakan berupa bentol-bentol disertai sensasi gatal. Jika digaruk terus menerus biasanya bentok justru akan menyebar karena molekul histamin juga ikut menyebar.
Ternyata, tidak sedikit orang yang dinyatakan pernah mengalami biduran. Diperkirakan 3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami urtikaria, di mana anak-anak pun sering mengalaminya. Ada beberapa penyebab biduran pada anak balita. Apa saja?
Biasanya, sih, foktor kondisi cuaca yang terlalu dingin ataupun panas yang berlebih sering jadi pemicu timbulnya biduran. Persis seperti yang Bumi alami saat liburan beberapa waktu lalu. Namun ternyata kondisi biduran ini nggak hanya dipicu ketika cuaca dingin saja, namun termasuk saat panas. Jadi jangan heran ketika anak-anak yang berkeringat dan kepasanasan sering merasa gatal kemudian timbul bentol kemerahan. Sebagai pencegahan, tentu kita harus selektif dalam memilih bahan pakaian untuk anak kita.
Keluarga besar saya sebenarnya bukan tipe orang yang mudah terkena alergi, khususnya alergi makanan. Namun, ada beberapa jenis makanan yang memang memicu reaksi alergi yang salah satu gejalanya adalah biduran. Misalnya jenis seafood, susu, kacang-kacangan, telur, ataupun coklat.
Awalnya saya pikir gigitan serangga hanya bisa menyebabkan bentol semata. Kenyataannya, gigitan serangga ini juga bisa menjadi pemicu terjadinya biduran. Biduran ini timbul akibat reaksi alergi tubug terhadap cairan dari serangga tersebut. Beberapa peneliti menyatakan kalau faktor genetika memiliki peran besar ada kasus biduran. Untuk itu, nggak ada salahnya kita melakukan berbagai tindakan preventif supaya anak-anak kita terhindar dari gigitan nyamuk. Seperti memasang anti nyamuk elektrik di ruang tidur.
Kalau pergi ke dokter, saya sering kali mendapat pertanyaan, “Anaknya punya alergi, nggak?” Rupanya hal ini berkaitan erat dengan jenis obat-obatan yang akan diberikan dokter. Soalnya ada beberapa jenis obat yang memang sering menyebabkan reaksi alergi.
Selain 4 pemicu di atas, ternyata masih ada beberapa faktor yang sering membuat anak-anak mengalami reaksi alergi jika terpapar. Contohnya seperti polen bunga, ulat bulu, karet, dan bahan kimia tertentu.
Lalu, bagaimana cara pengobatannya? Langkah yang paling ideal yang bisa kita lakukan tentu saja dengan menghindari penyebab utama yang kita curigai. Bila memang dirasa sulit, paling nggak kita bisa mencoba mengurangi penyebabnya. Yang nggak kalah penting, hindari menggaruk bagian yang gatal karena justru menyebabkan penyebaran gatal dan bentol. Perhatikan juga kuku tangan si kecil, jangan sampai kuku tangannya panjang untuk mengurangi dampak garukan serta menghindari terjadinya luka lain pada kulit.
Sepengetahuan saya, biduran atau urtikaria ini memang tidak memerlukan pengobatan khusus. Jika memang tidak kronik, gejala yang timbul biasanya akan menghilang. Namun, kalau memang kondisi bentol biduran atau urtikaria ini sudah mengganggu, bahkan sampai menetap atau berulang ulang hilang dan timbul, tentu saja harus ditindaklanjuti dengan periksaan ke tenaga ahli. Dengan begitu, dokter kulit atau dokter ahli alergi dan imunologi bisa melakukan pemeriksaan lanjutan.