Gambar dari sini
Berawal dari maraknya pemberian Donor ASI di lini social media, saya jadi penasaran ingin mengulik lebih lanjut tentang Donor ASI. Dan, beruntung saya sempat berbicara dengan dokter Asti. Menurut dokter yang praktik di Rumah Sakit Kemang Medical Centre, Jakarta Selatan ini, bayi yang membutuhkan donor ASI adalah bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI dengan baik. Misalnya ibunya meninggal dunia atau suplai ASI si ibu berkurang karena berbagai alasan, salah satunya karena bayi mengalami tongue tie, yang menyebabkan bayi tidak bisa mengambil Asi ibunya dengan baik. Sehingga lama-lama produksi ASI ibunya akan berkurang drastis.
Syarat Ibu yang mendonorkan ASI
Dr. Asti mengingatkan perihal kategori ibu yang layak mendonorkan ASI dan si penerima ASI, poin paling penting adalah ibunya harus SEHAT. Mengenai kriteria detailnya, dr. Asti satu suara dengan AIMI ASI – seorang ibu tidak disarankan mendonorkan ASI jika ia:
Maka, sebelum ingin mendonorkan ASI, disarankan memeriksakan dirinya dan hasil pemeriksaan harus terbukti negatif secara serologis terhadap: HIV-1 dan HIV-2, HTLV-I dan HTLV-II, Hepatitis B, Hepatitis C, dan sifilis. Pemeriksaan ini juga berguna dilakukan oleh setiap ibu hamil untuk mencegah penularan penyakit dari ibu ke bayi. Pemeriksaan dan kriteria donor di atas juga perlu diulangi setiap kehamilan atau persalinan baru.
(Sumber: AIMI ASI)
Sementara itu untuk jenis kelamin bayi dari ibu yang mendonorkan ASI-nya, dari segi media “Jenis kelamin bisa berbeda, tidak masalah karena tidak ada beda kualitas ASI ibu bila anaknya laki-laki atau perempuan. Namun, bila melihat dari sisi agama, keputusannya diserahkan kepada keluarga.” Kata dr. Asti.
Penerima Donor ASI
Selain ibu pendonor yang harus sehat, bayi ibu yang mendonorkan Asi-nya juga harus sehat, artinya berat badan bayi tersebut sesuai dengan growth chart. Menurut dr. Asti, kelebihan di negara lain adalah sudah tersedianya Bank ASI, yang berarti ibu pendonor sudah melalui screening. Maka ada baiknya bagi penerima donor ASI tanpa melalui Bank ASI mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
(Sumber: AIMI ASI)
ASI donor wajib dipasteurisasi! Temukan jenis dan cara pasteurisasi di halaman selanjutnya.
Gambar dari sini
WAJIB dilakukan! PASTEURISASI
Mengingat di Indonesia belum tersedia Bank ASI, dr. Asti wanti-wanti supaya ibu penerima donor ASI melakukan pasteurisasi secara pretoria atau Flash Heating. “Fungsinya untuk mematikan semua virus-virus yang ada di dalam ASI ibu pendonor itu. jadi kalau mendonorkan ASI dan menjadi penerima ASI itu tidak boleh langsung diberikan ke bayi, tapi harus melalui dua tahap pasteurisasi tersebut,” tegas dr. Asti. Pretoria sendiri di ambil dari nama kota di Afrika Selatan, tempat WHO menguji coba metode pasteurisasi pretoria.
Didihkan air dan siapkan ASI donor yang sudah ditempatkan di botol lalu taruh botol ASI tadi di wadah lain. Kalau air sudah mendidih tuangkan air mendidih tadi di wadah yang ada ASInya itu –dengan batas air sedikit di atas garis batas ASI yang ada di botol. Diamkan selama 20 menit, maka bakteri-bakteri akan mati, bahkan virus HIV pun akan mati. Baru diberikan kepada bayi.
Didihkan air di panci bersama dengan ASI yang sudah ditaruh di botol. Kali ini batas air dituang agak tinggi dari batas permukaan ASI. Pastikan air benar-benar mendidih sampai meletup-letup.
Kenapa perlu pakai Flash Heating? Karena tidak semua di dunia memahami hitungan waktu menit. Misalnya di daerah-daerah, masih ada segelintir orang yang tidak mengerti konsep menit. “Hukumnya wajib tidak boleh tidak,” tegas dr. Asti.
Perspektif Agama
Berdasarkan pasien dr. Asti yang sudah lintas agama, mereka cukup terbuka tentang donor ASI. Kalaupun ada yang tidak mau melakukan donor ASI, sifatnya lebih kepada delik-delik saja dan tidak ada alasan Agama yang mendasar.
“Sementara, pada agama tertentu, ada pertanyaan mengenai anak susu yang tidak boleh menikah dengan ibu susunya atau ibu donornya dan saudara sepersusuannya. Juga, bagaimana kalau menyusunya menggunakan alat bantu, tidak langsung. Apakah itu termasuk tetap anak susu atau bukan? Kalau saya pribadi akan menyerahkan keputusan ini kepada mereka, artinya pihak orangtua dan keluarga, terserah mereka mau ikut yang mana. Yang penting harus tetap menjaga silaturahmi ,” lanjut dr. Asti.
Secara garis besar, dr. Asti selalu menganjurkan apabila ingin mendonorkan ASI atau menerima ASI sebaiknya pilih yang seiman dan kenal. Dan, hal krusial dan tidak boleh ditawar adalah proses pasteurisasi.
Adakah yang ingin berbagi informasi atau pengalama mengenai donor ASI? Kami tunggu ya Mommies :)