Berawal dari rasa bosan kedua anak saya terhadap tumpukan mainan yang ada di kamar main mereka, pada akhirnya saya menemukan aktivitas bermain penuh edukasi untuk mereka yang ternyata jauh lebih menyenangkan dan lebih murah.
*Gambar dari sini
Entah apakah Mommies pernah melakukan hal yang sama seperti apa yang pernah saya lakukan. Jadi, sebagai working mother, tak bisa dipungkiri saya sering merasa bersalah ketika tak bisa terlalu sering bermain bersama anak-anak. Biasanya, untuk menebus rasa bersalah, setiap weekend saya akan mengajak mereka pergi dan membeli mainan. Bayangkan, setiap weekend! Entah berapa banyak mainan yang akhirnya teronggok begitu saja di kamar bermain karena pada akhirnya mereka bosan memainkannya.
Sampai suatu saat saya menyadari, bahwa perilaku saya hanya akan menimbulkan sifat konsumtif pada anak-anak, membuat mereka cenderung tidak menghargai barang (karena mereka tahu bahwa akan ada mainan pengganti untuk mereka) dan tidak menyelesaikan inti permasalahan yang saya miliki, yaitu kurangnya quality time bersama mereka.
Akhirnya, saya pun mencari jalan keluar yang bisa menjadi solusi untuk semua problem di atas. Apakah itu? Buat aktivitas bermain dengan menggunakan barang-barang yang ada di rumah.
Membuat aktivitas bermain dengan memaksimalkan barang-barang yang ada di rumah tentu saja tidak membuat saya harus keluar uang banyak – problem konsumtif teratasi . Harus membuat sesuatu dan menyadari bahwa semua barang membutuhkan proses dalam pembuatannya, ini menjadikan anak-anak lebih menghargai barang. Membuatnya bersama-sama, ada kerjasama di antara kami menjadikan momen ini sebagai quality time yang bagus. Selama proses pembuatan, saya jadi memiliki banyak waktu untuk ngobrol dengan mereka. Dan, satu lagi, ada nilai edukasi yang mereka dapatkan dari semua permainan ini. Mereka pun jadi paham bahwa belajar itu bisa jadi menyenangkan, lho!
Aktivitas bermain apa saja yang saya pilih dan apa nilai edukasi yang tersimpan di baliknya? Cek halaman berikut yuk...
*Gambar dari sini
Melukis dan mendongeng
Dengan menggunakan sendok atau centong kayu dan batu-batuan yang ada di halaman rumah, saya mengajak anak-anak untuk menggambar di atas centong atau batu-batu tersebut. Tapi sebelumnya, batu sebaiknya dicuci bersih terlebih dahulu. Sendok kayu atau batu digambar dengan menggunakan pinsil warna atau spidol. Bisa digambar dengan wajah orang, binatang, gambar pemandangan atau apa saja. Setelah itu, kami membuat cerita dengan menggunakan sendok dan batu yang sudah digambar.
Dari permainan ini, yang pasti anak belajar mengenal warna, melatih keterampilan motorik halus dan kemampuan koordinasi antara mata dan tangan. Saat bercerita, anak akan terasah kemampuan berpikir dan imajinasinya. Dan, karena saat itu saya memilih membuat cerita tentang pentingnya menyayangi teman, anak-anak pun belajar mengenai empati. Pelajaran tentang budi pekerti menjadi lebih mudah untuk saya tanamkan kepada anak-anak melalui kegiatan bercerita atau mendongeng ini.
Playdough bikinan sendiri
Memang mudah sekali membeli playdough di toko mainan, tapi membuat sendiri jauh lebih seru dan lebih aman. Untuk membuat playdough, hanya dibutuhkan bahan-bahan berupa tepung terigu ½ kilogram, garam 250 gram, berbagai macam pewarna makanan dan minyak goreng 1 sdt (ramuan ini saya dapat tentu saja lewat googling :D)
Cara membuat, cukup dengan memasukkan tepung terigu dan garam dalam satu wadah, kemudian sisihkan. Kemudian tuangkan beberapa tetes pewarna makanan ke dalam air matang hingga mendapatkan warna yang diinginkan. Tuang air yang telah diberi pewarna ke dalam wadah terigu sambil diuleni. Campur semua hingga terigu membentuk adonan. Uleni lagi hingga kalis. Lalu baru tuangkan minyak goreng dan uleni kembali hingga adonan menjadi licin. Taraaaa, playdough pun jadi.
Saya menantang anak-anak untuk membuat berbagai macam bentuk dari playdough ini. Melalui kegiatan ini, kemampuan berpikir dan imajinasi mereka terasah agar bisa menciptakan bentuk yang ‘keren’ menurut mereka.
Tebak aroma
Untuk melakukan permainan ini, saya harus mengorek isi dapur. Kemudian saya dapatkan biji lada, daun jeruk, batang sereh dan kopi. Saya biarkan mereka untuk mencium aromanya terlebih dulu sambil meminta mereka mengingat aroam yang mereka cium. Masing-masing bahan tersebut saya letakkan di sendok, kemudian saya meminta anak-anak untuk menutup mata lalu menebak aroma apa yang mereka cium. Hal ini baik untuk melatih daya ingat, penciuman, dan sekaligus menjelaskan kepada mereka apa manfaat dari masing-masing benda tersebut.
Saat ini, anak-anak ketagihan untuk melakukan aktivitas dengan menggunakan barang-barang yang ada di rumah. Secara keuangan saya menjadi lebih ‘sehat’, hahahaha. Secara interaksi bersama anak pun juga lebih sehat, karena kami jadi memiliki waktu berkualitas saat bersama.