banner-detik
PARENTING & KIDS

8 Cara Berterima Kasih Pada Orangtua

author

?author?06 Apr 2015

8 Cara Berterima Kasih Pada Orangtua

“Terima kasih,” dua kata yang sangat sederhana namun mengandung arti yang cukup dalam. Kemampuan dua kata ini sangat besar untuk mengharmoniskan hubungan dalam konteks apapun dan dengan siapapun. Sekarang, saya ingin mengerucutkannya ke dalam hubungan antara anak dan orangtua. Terbayangkah, Mommies, setelah puluhan tahun mereka merawat, membesarkan, dan memberikan apapun yang kita butuhkan, namun kita masih enggan mengucapkan “Terima kasih?” Mengingat saya tinggal bersama orangtua dan menitipkan anak saya, Jordy, kepada mereka, maka kebiasaan ini tak boleh saya kesampingkan.

 

Thank You

 Gambar dari sini

Yep, I’m a working mom dan (masih) saja merepotkan dengan menitipkan anak pada orangtua – karena sejauh ini langkah inilah yang saya anggap paling logis. Pun mereka yang dengan gamblang menyatakan kepada saya bahwa tidak keberatan dititipi Jordy. Walau begitu, tetap harus ada etika yang sekilas sepele namun penting. Singkatnya, saya harus tahu diri; karenanya, sejak awal kehamilan sudah mencari ART atau Mbak yang bisa membantu Mama mengasuh Jordy. Maklum saja, di rumah saya, ART hanya kerja paruh waktu - datang siang dan akan pulang sore hari - and I need a fulltime housemaid (walau hingga sekarang saya belum juga mendapatkannya)! Well, hikmahnya adalah level toleransi dan kompromi saya bersama pasangan jadi bisa terasah atas kekurangan orangtua saya dalam merawat Jordy.

Adakah cara selain mengatakan secara verbal? Cari tahu di halaman selanjutnya, ya, Mommies.

Say it

 Gambar dari sini

How to say it?

Selain mengatakannya secara langsung saat hendak pamit ke kamar kami untuk menidurkan Jordy, saya dan suami juga punya cara lain untuk berterima kasih kepada mereka.

  • Perlengkapan apapun yang orangtua saya butuhkan untuk memudahkan mereka merawat Jordy sebisa mungkin akan saya dan suami hadirkan ke rumah. Pertimbangan lainnya, kondisi fisik Mama dan Papa enam tahun lalu (saat ketitipan cucu pertama mereka) dan sekarang pasti jauh berbeda.
  • Setelah selesai mandi, saya tidak langsung mengambil Jordy dan ngeloyor pamit ke kamar atas. Minimal setengah jam, saya dan suami menyediakan waktu untuk berbincang dengan mereka. Obrolan yang sifatnya relaxing saja, misalnya kebiasaan baru apa yang Jordy pamerkan kepada mereka.
  • This is the most important thing: menanyakan mereka sudah makan atau belum? Jika belum, ya saya dan suami sebisa mungkin membelikan mereka makanan.
  • Memenuhi kebutuhan bulanan atau harian, sebut saja beras, air mineral, minyak, buah, hingga tagihan listrik.
  • Ingat kebutuhan spesifik apa yang selalu dikonsumsi mereka, contohnya: Papa saya tidak bisa lepas dari madu, dan Mama saya tidak bisa lepas dari multivitamin Omega3 – dua benda tadi saya pantau stoknya, dan kalau sudah mau habis, segera beli yang baru.
  • Once in a week, terutama di akhir pekan, sebisa mungkin saya masak untuk orang rumah. Karena bosan juga, ya, hampir setiap hari mereka (orangtua saya) membeli makanan jadi.
  • Mengingat hari ulang tahun mereka dan memberikan bingkisan. Tidak harus mahal, yang penting untuk orangtua adalah mereka diingat oleh anak-anaknya. Contohnya, tahun lalu Mama saya sampai menangis saat saya berikan hadiah di hari ulang tahunnya. Padahal saya hanya memberikan mukena dengan corak warna hijau kesukaannnya.
  • Kiss your parents! Ketika pamit berangkat ke kantor, saya selalu melakukan ritual mencium tangan Mama dan Papa. Seraya mengucapkan “Mah, Pah, titip Jordy, ya.” Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai sebagai manusia seutuhnya.
  • Selain terima kasih, juga sudah sepantasnya mendahulukan kata “Tolong” di setiap kalimat meminta bantuan. Walau relasi saya dan mereka ada anak dan orangtua, namun yang harus dicamkan, mereka juga manusia yang patut dihormati lahir dan batin. Di samping itu, jangan segan segera meminta maaf sesaat melakukan kesalahan terhadap mereka. Awalnya memang suka canggung, tapi jika sudah satu kata saja yang keluar dari mulut maka untuk selanjutnya akan terasa lebih ringan.

    Walau dibanjiri ratusan, ribuan, bahkan mungkin jutaan ucapan terima kasih, pengorbanan dan jasa orangtua masih jauh lebih banyak dibandingkan apa yang sudah pernah kita lakukan sebagai anak. Tapi, setidaknya mereka tahu kalau kita peduli dan sayang hingga akhir hayat memisahkan dengan kalimat sederhana ini, “Terima kasih, ya, Mah, Pah.”

     

    PAGES:

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan